Ray yang menyadari perubahan wajah Agni, menatapnya penuh selidik.
"kenapa?" Ray memincingkan kepalanya.
"gue ingat, besok paginya Dion datang ke rumah gue, dan dia ikut makan bareng gue disini." ucap Agni panik.
"jadi maksud lo, kemungkinan besar Dion yang nemuin?" tanya Ray, yang di balas anggukan lemah dari Agni.
"ya bagus dong."
"bagus apanya, mungkin salah satu alasan Dion mutusin gue, karena diary sialan itu." ucap Agni kesal.
"Ag, gue nggak nyangka lo bego banget."
"bego. Kalau bukan karena lo, gue nggak mungkin putus sama Dion." ucap Agni sinis.
Agni ingat waktu Ray meminta tolong kepadanya, untuk menulis diary itu, Ray bilang ia menyukai seseorang yang merupakan teman sekelas Agni, Ray meminta Agni untuk menuliskan diary yang berisi tentang betapa ia menyukai cowok itu dan dia menjadikan Dion pacar hanya untuk membuat Ray cemburu.
Rencananya setelah menulis diary itu, Ray juga memintanya untuk memasukan diary itu ke dalam tas cewek yang di sukai itu, untuk melihat bagaimana reaksi cewek itu. Jika cewek itu menjauhi Agni, mungkin dia juga menyukai Ray.
Awalnya Agni sempat menolak, tetapi karena melihat wajah memelas Ray, akhirnya Agni mau mengikuti ide aneh Ray itu.
Dan kini semua itu menjadi bumerang bagi dirinya, niatnya ingin membantu, jadi membuatnya putus dengan Dion.
"terus kalau bukan bego apa? Lemot." ucap Ray kesal. "nih dengar kata - kata gue, Dion mutusin lo mungkin karena dia cemburu sama lo."
"cemburu kenapa?"
"ya mungkin karena Dion suka sama lo." kesal Ray.
Mendengar Ray berkata Dion mungkin menyukainya, membuat dada Agni berdegub dengan kencang.
Tapi pikiran Agni langsung menepis itu dan satu pemikiran mulai muncul memenuhi otaknya, yang membuat wajahnya berubah menjadi muram.
"kenapa wajah lo jadi berubah nggak enak di pandang." tanya Ray yang sedari tadi memperhatikan Agni.
"kemungkinan Dion suka sama gue itu kecil, mungkin Dion mutusin gue karena dia merasa di permainkan."
"terserah lo deh Ag mau percaya gue apa nggak, tapi yang pasti Dion begitu karena dia suka sama lo."
****
Karena percakapannya kemaren bersama Ray, Agni jadi tidak konsen mengikuti pelajaran, kata - kata Ray terus membuatnya menjadi berharap. Di tambah lagi, dia jadi kepikiran tentang masalah yang sudah lama di pendamnya.
"Ag jangan melamun, Pak Bejo dari tadi lihatin lo terus tuh." ucap Agnes menyenggol tangan Agni. "mikirin Dionnya ditunda aja dulu, nanti lo lanjutin di rumah."
Agni tak merespon ucapan Agnes, membuat Agnes kembali membuka suara.
"Ag, lo dengar gue nggak sih?" ucap Agnes mulai kesal.
"berisik lo." ucap Agni dengan suara keras.
"siapa yang berisik?" ucap sebuah suara yang membuat kedua gadis itu terlonjak kaget.
"bapak kok ada di samping meja saya, tadikan bapak ada di depan." ucap Agni bingung, Agnes langsung mencubit lengan Agni dan melototkan matanya menyuruh Agni untuk tidak berbicara lagi. "lo kenapa sih cubit - cubit gue sakit tau, pakai acara melotot lagi." marah Agni yang tak mengerti maksud Agnes, Agnes hanya menghela nafas pasrah melihat wajah pak Bejo yang sangat menyeramkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dion
Teen FictionKarna pilihanku adalah kamu, jadi kamu juga harus memilih ku.