Wajah Agni masih menekuk saat matanya tak sengaja menatap Agnes, Agnes yang melihat tingkah Agni tak mau berusaha untuk membujuk gadis itu, nanti palingan Agni yang bakal negur dia duluan, pikir Agnes. Karena tingkah Agni ini udah sering terjadi.
Tak tahan melihat Agnes yang tidak ada reaksi melihat aksi ngambeknya ini, Agni pun menghampiri Agnes.
"kok lo nggak ada usaha sih buat ngebujuk gue, gue lagi marah nih sama lo, gara - gara lo ninggalin gue sendiri waktu di hukum kemarin." todong Agni.
Agnes yang menerima pertanyaan Agni hanya bisa tersenyum. Agni emang nggak pernah bisa lama - lama marahan sama Agnes.
"iya - iya maaf, gue nggak bakal ninggalin lo sendirian lagi deh." ucap Agnes setengah tak yakin. "lagian kemarin siapa yang nyuruh gue buat mikirin arti teman rasa musuh, lo kan. Nah karena gue teman yang baik gue nggak pengen cuma tau artinya tetapi juga melaksanakannya."
"tapikan lo bukan teman gue, lo itu sahabat gue." jawaban Agni membuat Agnes sedikit merasa bersalah.
"maaf."
"oke kali ini gue maafin lo, sini gue peluk." tanpa menunggu persetujuan Agnes, Agni langsung menarik Agnes ke dalam pelukannya.
"ih kok gue ngeri ya liat kalian berdua." celetuk salah satu teman sekelas Agni, namanya Rama.
"kenapa pengen di peluk juga." tanya Agni sambil melepaskan pelukannya dari Agnes.
"emang boleh." tanya Rama dengan mata yang berbinar, kapan lagi bisa meluk dua cewek, ya walaupun kedua cewek ini rada aneh, tapi Agni dan Agnes termasuk kategori cantik.
" nggak boleh." jawab Agnes dengan cepat, saat melihat Rama merentangkan ke dua tangannya.
" kalau nggak boleh ngapain nawarin." sungut Rama menurunkan tangannya.
"yang nawarinkan bukan gue, kalau mau peluk, tuh peluk aja Agni." tunjuk Agnes pada Agni.
"nggak boleh juga, cowok yang boleh meluk gue itu hanya keluarga gue dan my Dion." sambung Agni cepat.
"dasar kalian, cewek - cewek pemberi harapan palsu." ucap Rama, sambil melangkah pergi ke luar kelas.
Setelah Rama keluar kelas, pandangan Agnes kembali tertuju pada Agni, bersiap untuk mengeluarkan pertanyaan yang bersarang di otaknya.
"eh Ag, lo di hukum apa kemarin sama Pak Bejo." Tanya Agnes penasaran.
"bersihin wc, tapi ada untungnya juga lo pergi, jadi gue bisa berduaan sama my Dion." mengingat kemarin dia ditemani oleh Dion, meskipun dia juga harus berusaha keras agar dion mau menemaninya.
Dion itu tipe cowok yang agak cuek, meskipun nggak cuek - cuek banget. Kalau di ajak pergi keluarpun dia harus di ancam dulu baru mau. Contohnya waktu Agni ngajak Dion buat nemenin dia nonton. Dion langsung menolak dengan alasan banyak tugas.
Padahal besoknya itu hari minggu. Langsung aja Agni ngancem Dion, kalau nggak nemenin dia, Agni bakal nyanyiin Dion lagu - lagu romantis di depan kelas Dion. Tapi ancaman Agni nggak di tanggapi oleh Dion dengan serius, karena dion yakin Agni juga nggak bakal berani.
Ternyata pikiran Dion kalau Agni nggak bakal berani salah, karena dua hari berikutnya. Agni ngelaksanain ancamannya itu.
Setelah kejadian hari itu kalau Agni udah ngeluarin ancamannya, Dion bakal langsung nurutin apa yang Agni mau.
"terus tadi kenapa pakai acara ngambek segala, kan ada untungnya gue pergi."
"pengen aja." jawab Agni dengan wajah polosnya, membuat Agnes melongo tidak percaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dion
Novela JuvenilKarna pilihanku adalah kamu, jadi kamu juga harus memilih ku.