Dion mengepalkan tangannya semakin kuat ketika Ray berjalan semakin mendekat ke arahnya, melihat Ray berdiri di depannya, membuat Dion mengingat pada kejadian beberapa hari lalu.
-
Dion mengambil helm yang di letakannya di atas kaca spion motor miliknya, gerakan tangannya terhenti ketika tangan seseorang menahan pergelangan tangannya. Dion menatap tangan tersebut sinis, lalu menepisnya. Tidak tau kenapa Dion selalu merasa kesal jika melihat cowok tersebut berada di dekatnya.
"kenapa?" tanya Dion to the point.
"wow, santai dong."
"tinggal bilang kenapa aja susah ya?" jawab Dion sinis.
Ray terkekeh geli, dia menatap Dion dengan tatapan yang serat akan ejekan. "pantesan Agni tinggalin lo."
Tatapan Dion semakin dingin, dia tidak tahu kenapa ucapan yang di lontarkan Ray membuat telinganya terasa panas.
"kenapa nggak terima?" ucap Ray tekekeh geli. "oh iya lo udah baca diary Agni kan? Menurut lo gue sama Agni cocok nggak?" Dion mengeratkan kepalan tangannya, mulai terpancing pada permainan yang di ciptakan Ray. "kenapa ekspresi lo jadi berubah horror, lo marah, setau gue lo nggak suka Agni, apa gue salah?"
Dion yang sudah tidak dapat menahan emosinya menarik kerah kemaja Ray. Ray menatap sinis ke arah Dion.
"gue cuma mau kasih tau lo, Agni tulis diary itu karena gue suruh. jadi kalau mau marah, marah aja sama gue jangan sama Agni."
"lo suruh Agni tulis? maksudnya apa?" tanya Dion mulai bingung.
"niat pertama gue karena pengen hancurin hubungan kalian berdua." Dion yang sudah tidak dapat menahan emosinya, melayangkan kepalan tanganya ke arah wajah Ray. "terus kenapa sekarang lo kasih tau gue?" Dion semakin mengeratkan genggamannya membuat Ray sedikit merasa sesak.
"karena gue kasihan aja liat Agni yang cintanya bertepuk sebelah tangan, jadi gue suruh dia tulis diary itu buat pisahin lo berdua, dan biar dia bisa dapat cowok yang nggak berengsek kayak lo."
"gue nggak tega, lihat Agni nangis terus. Lo tau, selama gue temanan sama dia, Agni itu jarang nangis tapi karena lo, dia bisa nangis berjam - jam lamanya, dan dari sikap lo, gue jadi bisa ambil kesimpulan kalau lo juga suka sama Agni." lanjut Ray.
"lo suka Agni." tanya Dion menatap lurus ke arah mata Ray mengabaikan pernyataan yang Ray katakan sebelumnya.
"menurut lo? udah jelaskan ka-."
tanpa menunggu ucapan Ray, Dion memakai helmya dan menjalankan motornya meninggalkan Ray yang meringis kesakitan.
"kalau gue sayang Agni, sebagai saudara kandung gue. Ternyata Dion sama lo sama aja ya Ag, gampang banget di kibulin. aww" Ray memegang sudut bibirnya. " lo harus bayar mahal, Ag. atas pengorbanan gue." gumam Ray.
**
"santai aja liatnya, kayak liat setan aja lo." ejek Ray yang sudah berdiri dekat dengan motor Dion.
"lo ngapain ke rumah Agni?"
"menurut lo? jangan bilang lo marah gue kesini." ucap Ray memasang wajah pura - pura kaget. "kenapa harus marah, pacar juga bukan." ejek Ray.
Dion mengepalkan tangannya kuat. "itu tangannya santai aja, gue ngomong fakta kok lo marah." sambung Ray.
"maksud lo apa? ngomong gitu ke gue?" tanya Dion sinis.
"for your information, gue besok mau nembak Agni." ucap Ray dengan wajah serius, tetapi bila dilihat dengan seksama terlihat senyum jahil yang terbit di bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dion
Teen FictionKarna pilihanku adalah kamu, jadi kamu juga harus memilih ku.