Pagi ini Agni keluar dari kamarnya dengan langkah riang, di iringi senyum lebar miliknya, Agni sesekali bersenandung kecil, menuju ke arah meja makan.
Langkah Agni terhenti, senyum lebarnya tiba - tiba menghilang tergantikan dengan wajah syoknya dan senandung kecil yang keluar dari mulutnya tadi, tak terdengar lagi, begitu mendapati Dion sedang duduk di meja makan, bersama mamanya.
"eh malah bengong, itu Dionnya udah nungguin dari tadi, sini duduk." tegur Christi pada anaknya.
Agni mendekati Dion dan Christi dengan raut wajah yang masih terlihat syok. "Segitu berpengaruhnya ya, aku di hidup kamu, sampai syok begitu." bisik Dion pada Agni yang sudah duduk di sebelahnya.
"eng...nggak, a..aku kan ta..di cu...cum..man ka..kaget." Agni gelegapan sendiri menjawab perkataan Dion dan merutuki dirinya sendiri yang semakin hari - semakin terlihat bodoh di hadapan Dion.
Dion terkekeh kecil melihat reaksi Agni.
"kamu akhir - akhir ini, jadi suka gugup ya. Tapi aku suka." ucap Dion mengedipkan sebelah matanya, menggoda Agni.
Agni menundukan wajahnya yang sudah memerah, dia tak berani mengangkat wajahnya, karena Agni yakin, jika mamanya melihat wajah memerah Agni, pasti mamanya akan menggoda dia, dan akan semakin menunjukan pada Dion betapa bodohnya dia, karena wajahnya memerah hanya karena kalimat sederhana dari Dion.
"ciee mukanya merah." bisik Dion.
"Dion.." Agni menggeram kesal.
"sudah jangan ngobrol, itu makanannya cepat dimakan, nanti kalian terlambat." tegur Christi.
"iya ma." jawab Agni, sedangkan Dion hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Christi.
****
Setelah turun dari motor Dion dan memberikan helm yang dia kenakannya pada Dion. Agni langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Dion, yang menatap Agni bingung.
"Ag...Ag, kenpa aku di tinggal. Tungguin." Dion berlari menyamai langkah Agni yang sudah sedikit jauh darinya. "dulu aja, selalu maksa buat di antar ke kelas, eh sekarang malah di tinggal." cibir Dion.
"siapa suruh kamu aneh." ucap Agni kesal.
"yang aneh itu kamu. aku berubah baik sama kamu di bilang aneh, hati aku sakit tau Ag." Dion menatap Agni dengan raut wajah pura - pura terluka.
"aku aneh." Agni menunjuk dirinya sendiri. "benar sih." Tapi tetap aja, perubahan kamu itu, belum bisa di cerna dengan baik sama otak aku, bahkan sama kaki aku."
"dasar otak sama kaki kamu aja yang nggak beres. Eh salah, yang nggak beres bukan cuman otak sama kaki aja, tapi semua anggota tubuh kamu."
"ih yang nggak beres itu kamu, pagi -pagi udah datang kerumah, minta makan lagi, di rumah kamu nggak ada makanan ya."
"ada banyak malah, lagian tadi kan aku nggak ada rencana minta makan, mama mertua aja yang suruh, jadi mau gimana lagi. Jujur, tapi kamu senang kan aku datang ke rumah kamu." Dion menaik turunkan alisnya menggoda Agni.
"iya sih senang." tersadar akan ucapannya, Agni dengan cepat memukul mulutnya. "tapi tetap aja perilaku kamu itu, buat aku takut." ucap Agni cepat.
"takut? Dion menatap Agni bingung. "Takut kenapa?"
"aku takut makin jatuh cinta sama kamu." Agni kembali memukul mulutnya, yang tidak bisa mengerem.
Dion menaikan alisnya, tapi tak urung senyum tipis terbentuk dari bibirnya.
"kalau itu yang kamu takutkan, aku bakal buat kamu semakin takut."
Agni melongo menatap Dion, tak percaya bahwa kalimat itu yang akan keluar dari mulut Dion.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dion
Novela JuvenilKarna pilihanku adalah kamu, jadi kamu juga harus memilih ku.