Priyayi Jawa

5.8K 705 41
                                    

Aku menarik tangan mas Danu. "jadi Bedes Londo kui yang akan merkosa kamu di sumur kemarin?" Mas Danu bertanya dengan nada penuh tekanan. (Bedes Londo=monyet belanda).

"kulo gak diperkosa mas pak. Dia yang telah menyelamatkan Ranti" belaku.

 "halah, wes sekali lagi kamu ketemu Bedes Londo iku. Mas gak segan-segan mencarikan kamu jodoh yang jelek, item" ancam Mas Danu. 

"pak" erangku, berharap dikasihani bapak. 

"bener masmu iku nduk" ujar Bapak. Bapak dan Mas sama saja, sama-sama kolot. 

Hari-hari berlalu. Musim Tandur mulai berjalan, bapak dan Mas Danu sudah menggendong cangkul sehabis subuh. Lapak bapak dipasar sudah diambil alih ibu untuk berjualan. Tugasku adalah dirumah, membersihkan rumah.Masak, Mengantarkan makanan untuk ibu dipasar serta mas Danu dan Bapak di sawah. 

Ingatanku tentang lelaki Belanda itu sudah mulai hilang. Dia sudah tidak muncul lagi didesa, bahkan diantara teman-teman tentaranya. Meski demikian aku masih menunggunya, aku menunggunya di sumur tempat rekan-rekannya mandi. Bahkan tentara terakhir yang mandi-pun tidak lagi aku menemukan sosoknya. Dipasar saat semua tentara melakukan inspeksi, tidak juga aku menemukan dia diantara barisannya. Bahkan di Loji serdadu tentara, dia telah hilang bagai angin. 

 Beberapa kali aku merasakan kerinduan kepadanya, kerinduan yang hanya bisa kubisikkan saat aku tersujud dalam sholat. Namanya berulang kali kusebut dalam tiap helai napas saat aku membaca kalimat-kalimat indah pedoman dari tuhan. aku merindukannya, seperti halnya kerinduan dewa krisna akan tuhan. 

Suatu hari yang tidak terduga, ba'da Ashar saung mengaji didatangi oleh Kyai Roji'un dan Mas Mardi. Kyai Roji'un mengisi ceramah antara maghrib dan Isya. Ba'da Isya Mas Mardi membantuku, Ibu dan Mas Danu untuk mengajar mengaji. Tidak seperti biasanya memang, setelah selesai Kyai Roji'un mampir kerumah untuk menyampaikan maksud kedatangannya kemari.

"pangampunten nggeh Pak" ujar Kyai Roji'un memulai pembicaraan. 

Aku dan ibu sedang di dapur untuk membuatkan unjukkan(minuman) untuk beliau. Penasaran dengan apa yang sedang mereka bicarakan, aku mengintip dari balik tirai. "heh" ibu mengangguku. Tapi beliau juga ikut nguping dengan pembicaraan Mas Mardi, Bapak, Kyai Rojiun dan Mas Danu.

 "nduk.e (anak gadis) panjenengan(bentuk sangat halus dari kamu dalam bahasa jawa) sudah tumbuh jadi perempuan yang cantik, baik budinya dan berbakti. Kulo berniat untuk meminta Nduk.e untuk dijadikan istri untuk si Tole(sebutan anak laki-laki) meniko(itu)" Kyai Roji'un tanpa basa-basi mengungkapkan maksud kedatangannya. 

Mas Danu membuka tirai dapur memperlihatkan aku dan ibu yang sedang menguping. Membuat kami berdua menjadi gelagapan. Ahh, Mas Danu dia selalu membuatku jengkel. Ibu yang salah tingkah langsung keluar dari dapur dengan membawa unjukkan. Mas Danu masuk kedalam dapur hanya untuk mengambil air putih, aku tahu itu hanya kamuflasenya. 

"alhamdullilah yai, ada yang berniat baik untuk jaluk nduk.e. kita sebagai orang tua, menyerahkan semunya ke nduk.e. toh juga, Mas Mardi juga sekarang sudah menjadi kaum intelek. Insyallah Ranti-pun juga setuju dengan ajakan panjenengan, iya to bu?" jelas bapak. 

"enggeh. Asmaranti niku anaknya penurut. Manut sekali yai. Pinter masak, pinter jaga rumah. Wes nak Mardi gak rugi kawin sama Ranti" Ibu memuji-mujiku. 

Aku menarik napas panjang. Entah mengapa aku merasa sangat tertekan hingga napasku terasa sangat berat. Yah, Mas Mardi memang type lelaki idaman. Dia tampan dengan kulit sawo matangnya dan Dia sedang berlajar di MULO surakarta sekarang, hanya kaum elite yang bisa merasakan pendidikan. Memang keluarga Kyai Roji'un sangat dekat dengan keluarga kerajaan, meski bukan bagian darinya. Tapi kalau tidak salah istrinya memiliki darah biru dan membuat Kyai Roji'un dan keluarganya memiliki kuasa dan menjadi bagian dari kaum Priyayi. Ditambah nenek moyangnya adalah seorang saudagar kaya dari jazirah. Hartanya mungkin tidak akan habis 10 keturunan.

Perempuan Jawa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang