9

4.8K 233 0
                                    

"Ayo ah Mas, anter Belva!" Seorang anak perempuan berumur 16 tahun melingkarkan tangan nya ke tangan Bayu.

"Gak mau." Ucap Bayu.

"Kata mama, Mas harus nganter Belva ke openhouse nya UI! Udah jam delapan Mas, temen-temen Belva udah di UI semua. Ayo!" Ucap Belva lagi.

"Ya udah iya, tapi Mas harus salim dulu ke Mama. Ngasih tau kalau Mas udah pulang." Ucap Bayu.

"Ya udah oke. Yuk Belva anter." Kini tangan Belva bukan hanya melingkar di pergelangan tangan Bayu, tapi menarik Bayu yang baru saja turun dari mobil untuk masuk ke dalam rumah. Setelah bersalaman dengan ibu nya, memberikan keju yang di beli nya dan menyolong sebuah Cupcake yang di bikin oleh ibu nya Bayu langsung di tarik lagi oleh adik nya yang super menyebalkan ini untuk kembali ke mobil.

"Mas belum ganti baju loh dek. Belum mandi." Keluh Bayu yang sedang menyetir kepada Belva.

"Gak apa-apa. Mas cuma bentar kok, cuma temenin aku nyari temen ku, abis itu nanti aku pulang sama temen ku. Mas bisa pulang duluan aja." Ucap Belva tanpa menatap Bayu. Mata nya terus terfokus pada handphone nya.

"Ya udah." Ucap Bayu.

Setelah dua jam perjalanan akhirnya Bayu dan Belva sampai di tempat tujuan nya. Tempat kuliah yang di mimpi-mimpikan oleh seluruh anak SMA yang berada di Indonesia yaitu Universitas Indonesia. Dulu Bayu juga pernah berharap menjadi salah satu mahasiswa di Universitas ini, tapi takdir tak mengizinkan jadi ya sudahlah. Bayu memarkirkan mobil nya di parkiran fakultas Psikologi Universitas Indonesia karena kebetulan semua area parkir sudah penuh dengan mobil lainnya. Belva turun dari mobil, begitu pun Bayu. Ia harus mengantar Belva menuju Balairung, karena kalau berjalan sendiri Bayu takut ada sesuatu yang tak di inginkan terjadi. Selama perjalanan, tatapan orang-orang tertuju pada Bayu. Mungkin karena Bayu masih menggunakan seragam kerja nya serta ada seorang anak SMA yang berjalan dengan nya. Seperti Ayah yang mengantar anak nya untuk mencapai cita-cita. Jujur, Bayu merasa tidak enak di lihat seperti ini. Ia ingin buru-buru mengantar Belva kepada teman-teman nya dan meninggalkan tempat ini.

"Tuh Mas teman aku!" Seru Belva sambil menunjuk empat orang teman nya yang berada di seberang jalan. Dua laki-laki dan dua perempuan.

"Ya udah sana." Ucap Bayu yang lebih mirip dengan usiran.

"Ya seberangin dong." Keluh Belva kepada kakak nya. Bayu memutar mata nya, manja sekali adik nya ini. Akhirnya Bayu mengantar Belva ke seberang jalan.

"Udah ya? Mas pulang." Ucap Bayu sambil mengusap rambut adik nya.

"Oke!" Belva mengacungkan ibu jari nya. Bayu membalikkan badan nya untuk menyebrang kembali, belum Bayu melangkah untuk menyebrang. Terdengar desas-desus teman Belva yang mengatakan. "Kakak lo pilot?", "Ih kakak lo manis banget apalagi seragam nya.", "Ih kakak-able banget sih." Dan lain-lain. Bayu tersenyum sekilas lalu ketika jalanan mulai sepi, Bayu langsung menyebrang dan jalan kembali menuju parkiran fakultas Psikologi yang lumayan jauh. Setelah sampai di parkiran Bayu mengeluarkan kunci mobil nya yang sedari tadi ia taruh di kantong celana nya. Memencet tombol bergambar gembok untuk membuka pintu mobil nya. Mobil ini tak seunik atau sejadul motor-motor koleksi Bayu dan ayah nya. Hanya sebuah mobil Jazz matic berwarna putih yang ayahnya berikan kepada Bayu. Kalau urusan mobil, ayah Bayu tidak begitu suka dengan yang jadul.

Bayu menatap sekeliling sambil membuka pintu mobil nya. Entah mengapa Bayu ingin sekali melihat keadaan sekitar. Bayu menyipitkan mata nya. Setelah itu ia menutup kembali mobil nya lalu berlari.

-

"Kenapa ya tiap minggu ada tugas observasi orang mulu. Capek gua, Run." Ucap seorang wanita berambut bob pendek yang sedang duduk di kursi yang berada di hadapan Arun.
Badan nya sangat mungil, dan kacamata berframe kotak besar membuat wanita tersebut terlihat seperti tokoh Felma dalam kartun Scooby Doo. Beda nya wanita ini tidak memiliki bintik di pipi nya, maklum orang Indonesia. Arun hanya tertawa mendengar keluhan teman nya. Walaupun mereka semua adalah calon Sarjana Psikologi yang pekerjaan nya mendengar keluhan orang lain. Mereka juga bisa mengeluh kepada orang lain, sudah hukum alam Manusia memang seperti itu.

Let's Move or Fly? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang