33. TURBULENSI

3.3K 172 1
                                    

"Are you sure? Bisa terbang?" Tanya seorang wanita berseragam biru dengan raut khawatir nya. Bayu menepuk bahu wanita itu.

"Calm down, Mbak. Nyokap juga udah bilang kalau dia bakalan enggak kenapa-kenapa..." Bayu berusaha membuat Staff Scheduling nya percaya.

Olivia menaikkan sebelah alis nya. Kemarin ia mendapatkan kabar bahwa ibu dari Bayu ini sedang sakit, dan hari ini harus di operasi. Sebagai staff scheduling ia khawatir penerbangan akan tidak lancar jika keadaan Pilot nya tidak terlalu baik. Olivia mengangkat kedua bahu nya. Bayu sudah mengatakan seperti itu. Ia sudah yakin bahwa ia bisa. "Ya sudah, bagus deh, saya gak perlu cari Pilot pengganti." Ucap Olivia. "Sama Captain Kunto ya! Dua jam lagi." Lanjutnya mewanti-wanti Bayu. Bayu mengangguk. Setelah itu Olivia pergi kembali ke meja kerja nya.

Tinggg...
Bayu mengecek handphone nya.

Belva : Mama sudah siap untuk operasi! Semangat Mas Bayu!

Bayu tersenyum menatap foto selfie Belva, Papa, dan Mama yang tengah tersenyum lebar. Lalu Bayu mengetikan sedikit pesan kepada Belva, menanyakan keberadaan Mbak Bila yang tak kunjung datang dan memberikan sedikit kata penyemangat untuk ibu nya.
Berkat foto yang di kirimkan oleh Belva, Bayu sampai di China dengan selamat.

"Good Job! Captain Bayu!" Captain Kunto menepuk bahu Bayu begitu pesawat mendarat dengan sempurnya.

"You too Capt!" Seru Bayu dengan senyuman lebar nya.

"Kita cuma di kasih waktu makan di sini. Gak ada RON, Bay!" Captain Kunto memberikan informasi kepada Bayu. Bayu mengangguk.

"Ya sudah. Harus jago memanfaatkan waktu kalau begitu, yuk kita turun!" Ajak Bayu sembari membuka seatbelt nya. Captain Kunto yang mendapatkan sebuah ajakan pun langsung ikut membuka seatbelt nya.

-

Arun meminum Thai Tea yang baru saja ia beli di Kantin fakultas nya. Mata nya menyeluruh, barangkali ada Taib dan Chika yang sedang makan di salah satu meja kantin. Dan ternyata benar saja. Kedua manusia itu sedang duduk di meja yang berada di dekat pilar bergantungkan televisi. Mereka sedang menikmati makan siang sembari menonton berita siang dari televisi. Arun berjalan menghampiri meja tersebut.

"Chik..." Ucap nya menggantung.

"Perkasa Air mengalami turbulensi parah. Video turbulensi yang di alami oleh Perkasa Air tersebar..." Arun menatap layar televisi yang sedang menayangkan Video penumpang tentang Turbulensi parah yang terjadi di Pesawat tersebut. "Pesawat Boeing 228 yang di kendalikan oleh Pilot Bayu Jokolingga dan Copilot Kunto Wijaya tersebut beruntungnya dapat Landing dengan sempurna di Bandara Soekarno Hatta. Gangguan cuaca di duga sebagai penyebab terjadi nya turbulensi parah tersebut." Arun merogoh tas nya. Mencari handphone untuk menghubungi Bayu. Tidak di angkat. Ia membalikkan badan nya, lalu pergi entah kemana. Chika dan Taib yang melihat nya hanya dapat terpaku sambil mengira-ngira bahwa Bayu si Pilot yang ada di dalam berita tersebut adalah Bayu si Pilot yang sedang dekat dengan Arun.

Masih tidak di angkat.

Kaki nya melangkah dengan cepat menghampiri mobil miliknya yang terparkir di parkiran fakultas nya. Lalu mobil itu pergi melesat begitu saja, mungkin ia akan mendapatkan informasi di Hotel tempatnya bekerja dulu. Begitu mobil sampai Arun langsung menghampiri meja informasi untuk menemui Ibnu. Tapi nasib sedang tak ramah dengan diri nya, Ibnu sedang pergi ke Hongkong. Telepon nya pun sama, mati, seolah-olah ia pun bungkam dengan masalah ini.

"Ibnu pergi dari kapan sih?" Arun keluar dari pintu kamar nya dengan handuk yang melingkar di kepala nya.

"Ng... nggak tau lah gue." Ucap Cindy yang sedang menatap isi kulkas Arun. Kebetulan ketika ke Hotel milik Ibnu, Arun mampir ke Restoran dan bertemu teman kerja nya yang akhirnya meminta untuk menginap di Apartemen milik Arun. 

Let's Move or Fly? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang