Sempet-sempetnya Evan menyeruput teh manisnya, kemudian kembali mendekatkan diri dan mulai kasak-kasuk lagi, "kayanya lo harus deketin sahabatnya Gesha deh, biar lo bisa tau tentang Gesha... Gimana?"
"Maksud lo gue harus mulai deketin si Bagas?"
Evanto emang monyet banget, bagaimana bisa gue ngedeketin si Bagas?
"Setuju nggak?"
"Nggak sama sekali, lo gila kali yah?"
.
.
.
"Nyari tempat makan?" tanya gue ke seseorang yang dengan linglungnya mencari tempat sambil memegang sepiring nasi ulam dan segelas minuman.
"Sini aja, masih ada tempat buat satu atau dua orang lagi kok." ucap gue seraya bergeser mengosongkan tempat, sementara seseorang yang masih berdiri tersebut masih berdiam diri.
Yaelah, dikira gue lagi ngomong sendiri kali yah?
"Gapapa, Gas. Sini aja gabung, tempat yang lain udah pada penuh kan?" akhirnya sahabat termonyet gue bersuara juga, seenggaknya dia membantu gue untuk menawarkan tempat ke seseorang yang bernama Bagas.
Iya, Bagas. Salah satu siswa yang paling deket sama Gesha, eh ralat deng emang si Bagas itu kan satu-satunya orang yang deket sama Gesha. Kemana-mana berduaan mulu, kecuali ke kamar mandi yah...
Cuma kok tumben yah hari ini dia sendirian? Gue juga belum lihat Gesha seharian ini... Apa lagi nggak masuk?
"Tumben nggak sama Gesha, Gas?" pertanyaan yang terlontar dari mulut laknat Evan membuat gue melototkan kedua mata gue, eh buset deh Evan berani banget nanya begitu ke si Bagas...
Biasanya kalau ada yang nanya begitu, pasti di jawabnya 'nggak gue kantongin', 'gue bukan emaknya Gesha', atau nggak yah di kacangin...
"Anaknya lagi nggak masuk tuh." jawabnya singkat yang ternyata Bagas sudah mendudukan dirinya disamping gue ini pun mulai melahap nasi ulamnya perlahan.
Gue pun sedikit terkejut, ini adalah jawaban ternormal yang pernah gue denger. Kuping gue lagi nggak conge'an kan?
"Kenapa? Bolos? Apa bosen sekolah terus?" gue pun kembali menatap Evan heran sekaligus kesel, yaelah kok si Evan SKSD banget yah sama nih cowok?
"Biasa kesiangan."
"Itu mah alesan dia aja."
"Emang."
Tunggu dulu, ini gue nggak salah denger kan? Kok kayanya si Evanto terbilang lumayan akrab yah sama si Bagas? Meskipun jawaban Bagas singkat dan padat banget. Ya, nggak kaya gue yang di kacangin kaya tadi. Krik krik banget!
"Udah yah gue duluan, Gas." ucapan Evan membuat gue otomatis menatapnya sinis, sementara Bagas hanya ber-hm ria sambil terus melahap makanannya.
Cuma ini maksudnya apaan coba si Evan udah main berdiri dan pamitan aja. Mau ninggalin gue sama Bagas?
Oh no!
Gue nggak bisa kebayang kalau berduaan, terus kalau gue ngomong di kacangin sama ini manusia satu... Temen sekelas sih, cuma kan nggak akrab. Bahkan cuma kenal nama aja, liatin aja si Bagasnya aja sedikit pun nggak ada basa-basi sama gue.
"Gue juga duluan yah, Gas..." ucap gue pelan dan menyusul Evanto kamfret yang sudah berlalu kearah keluar kantin.
Nah kan di kacangin lagi...
.
.
.
Gue terus mondar-mandir di kamar Evan yang terbilang luas, terus sesekali menatap sinis Evan yang sedang asyik bermain games di smartphone-nya tersebut.
Yaelah, itu anak sempet-sempetnya fokus main games sementara sahabatnya lagi galau, bingung nggak karuan atas ide gilanya itu?
"Evan, gue harus bagaimana?" akhirnya gue pun menyudahi acara setrikaan gue dikamar Evan, dan kembali mendudukan diri di pinggir kasur Evan yang berukuran king size.
"Apanya yang bagaimana sih, Tan?" tanya Evanto kamfret dengan santainya yang masih fokus ke layar smartphone-nya.
Gue pun menidurkan diri dikasur, dan melemparkan bantal ke arah Evan yang sedang duduk dibawah sambil senderan.
"Kunyuk! Gue kalah kan!" teriaknya histeris sambil menatap gue horor, ya ampun cuma karena games doangan gue di omelin sama Evan?
"Udah nggak bakalan menang juga lo, lagian udah jaman apa coba, masih aja main candy crush!" cibir gue yang langsung dilempar guling sama si Evan.
Sialan!
"Udah level seribuan tauk, lagian sayang kalau nggak di lanjutin..."
"Yaelah, games aja lo seriusin. Giliran gebetan lo bercandain."
"Kunyuk, apa hubungannya?"
"Hubungannya adalah lo kebanyakan modus sama pehape!"
"Kok bangsat sih lo!"
"Bener kan? Udah, sekarang ini gue harus bagaimana?"
"Apanya?"
Ya ampun, sabar Tandri...
Ini ujian...
Punya sahabat yang fakyuin banget emang menguras esmosi...
"Masalah Bagas...", ucap gue sedikit menggantung, "gue nggak mau ah, ngeri. Gila, nggak bersahabat banget orangnya, nyet." lanjut gue yang di hadiahi jitakan manis sama si Evan, emang bangsat kan nih monyet satu...
"Nanti gue kasih triknya buat ngedeketin perlahan si Bagas, deketin macem orang pendiem kaya Bagas itu nggak bisa kaya lo yang sembrono, nyet!"
"Bodo amat! Gue nggak mau!"
"Oh, lo nyerah masalah mengenai Gesha?"
"Nggak sih, selain Bagas nggak ada apa?"
"Nggak adalah, dan lo tau itu! Lagian, Bagas nggak sehoror yang lo pikiran..."
"Au amatan, lagian lo tau amat masalah si Bagas? Kaya mantannya aja lo!"
"Gue kan dulu pernah sekelas sama dia, Tandri Hermawan..."
"Wijaya plis, Hermawan nama siapa sih?"
"Bapak gue..."
"Lah si kampret!"
Haduh, emang maklumin deh punya sahabat yang otaknya cuma seperdelapan mah begini. Orang lagi serius dibawa ngelawak mulu, jangan-jangan cita-citanya mau jadi penghibur di RSJ lagi... Oups!
"Lo tau? Bagas itu sebenernya baik kok, cuma yah emang orangnya begitu..."
"Iya baik nggak sakit, lagian dianya aja kaya irit ngomong gitu gimana pada mau temenan sama dia?"
"Yasalam, besok gue akan nunjukin gimana seorang Bagas."
"Nggak mau, males ah, gue aja dikacangin sama dia!"
"Pokoknya harus! Lagian itu nasib lo, belum beruntung! Coba lagi..."
"Ogah!"
.
.
.
[20170401]
🐣💋
![](https://img.wattpad.com/cover/103375105-288-k675350.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes? No? Maybe [Completed]
Humor[Completed] Ini hanya cerita konyol gue yang putus asa dikarenakan penolakan dari gebetan sengklek gue! Another Boys Love Story😂. . . . copyright © csw407 [Maret 2017]