Part 15

6.8K 721 31
                                    

"Cuma yah kamu jujur aja sama kakak, kalo sebenernya kamu itu emang pacaran sama cowok tadi kan?

"Nggak, kita nggak pacaran cuma temen. Seriusan deh kak!"

"Tapi, kayanya sih dia suka kamu deh, Tan."

"Emang."

"Tuh kan!"

Ya ampun...

Mulut gue salah mengeluarkan kata-kata lagi kan...

Udahlah abis aja riwayat hidup gue.

.

.

.

"Kak Mitha, tau darimana kalau Bagas suka sama aku?" Tanya gue seraya menatap kak Mitha penuh selidik.

"Kalau Tandri sendiri, bagaimana bisa tau kalau Bagas suka sama kamu?" Bukannya menjawab pertanyaan gue, kak Mitha malahan balik bertanya ke gue.

Kan nyebelin.

Gue pun cuma bisa menyandarkan badan gue di kepala ranjang gue, "kalau aku kasih tau, pasti kak Mitha bilang nggak mungkin, kan?"

"Nggak mungkin apanya?" Kak Mitha menghampiri gue dan mendudukan dirinya di tepi kasur gue.

Dia mulai mengambil ngasal komik yang berserakan di atas kasur gue, membuka setiap perhalamannya dengan seenak hatinya.

"Nggak mungkin percaya kalau aku bilang mengenai bagaimana aku bisa tau Bagas suka sama aku."

Kak Mitha sedikit terlihat mengerutkan dahinya, lalu kembali meletakan komik gue, dan mengambil komik yang lainnya, kemudian melakukan hal yang sama dengan sebelumnya.

"Emangnya kamu tau darimana? Si Bagasnya bilang sendiri?"

Saat kak Mitha menatap gue dengan penuh penasaran gue pun langsung mengalihkan pandangan gue kesembarang arah.

"Bukan."

Dan seketika itupun ada notif bunyi masuk chat Line yang khas bertubi-tubi, tapinya gue abaikan, karena gue males bukanya. Biasa, palingan iklan Line yang nyampah.

"Kalau bukan tau dari Bagasnya terus darimana? Apa ada orang pihak ketiga yang ngejodohin gitu?"

Ish,

Sambil gue memainkan ponsel, gue pun menatap sinis ke kak Mitha. Sementara kak Mitha cuma nyengir doangan.

Nyebelin banget kakak sepupu gue yang satu ini sih!

"Bukan, secara nggak langsung sih aku tau dari Bagas. Tapi bukan Bagas yang bilang, cuma nggak sengaja aja ngedenger perbincangan tuh anak sama seseorang --Evanto-- dari balik bilik toilet..."

"Serius? Jadi nggak sengaja Tandri nguping pembicaraan mereka gitu?"

"Bisa di bilang gitu sih. Tapi yang Tandri bingungin tuh apa iya beneran..."

Kemudian kak Mitha dengan semangatnya mendekati gue dan menatap gue dengan sangat mengerikan.

"Kak Mitha, jangan deket-deket ih. Nyeremin." Protes gue sambil menjauhkan kepala kak Mitha dari jarak muka gue yang terlalu dekat.

"Ya ampun Tandri! Nggak usah sungkan cerita sama kak Mitha. Lagian itu udah hal biasa kok."

Seketika gue pun nggak paham sama ucapan kak Mitha yang mendadak nggak jelas. Apa yang harus gue ceritakan coba?

Yes? No? Maybe [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang