Part 12 - No PDKT!

7.8K 755 42
                                    

"Kirain lo mau minta ID line gue."

"Emangnya boleh?"

"Nggak bolehlah."

"Oh..."

Gue pun merasa nggak enak karena bercanda gue terasa sedikit keterlaluan.

Lagian ada apaan sih? Mau pedekate gitu?

Pakai segala nanyain line gue.

Kamfret!

.

.

.

Semenjak secara nggak langsung gue tau kalau seorang Bagas suka sama gue, bawaannya tuh mau menghindari tuh anak satu mulu deh. Soalnya gue bingung sekaligus canggung untuk menyingkapi sikap Bagas yang terbilang cukup aneh bisa sampai 180 derajat tersebut.

Apalagi belakangan ini, Bagas nggak pernah absen dalam hal menyapa gue. Entah itu sekedar mengucapkan 'selamat pagi', 'sampai besok', atau 'sekedar pamit' ke gue yang biasanya tuh nggak pernah sama sekali dia lakukan. Bahkan yang lebih mencengangkan lagi, Bagas jadi semakin sering makan siang di kantin bareng gue maupun sama Evanto.

Terkejut kan?

Sama dong!

Nggak tau juga sih hal itu di sengaja atau emang hanya kebetulan semata. Tapi kan, di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan bukan? Bener apa bener?

Jadi, dengan sedikit curiga gue sih yakin kalau tuh makhluk irit ngomong satu ada udang di balik bakwan.

Dia pasti punya rencana deh buat ngedeketin gue.

Mau sedikit pedekate gitu? NO!

Iya sih, anggap aja gue terlalu kepedean. Namun, bisa di bayangkan nggak masuk akal aja gitu dengan perubahan sikapnya Bagas yang mendadak tersebut.

Kalau nggak ada 'something' sama gue, ya terus apa coba? Nggak mungkin otaknya tuh lagi di bajak kan? Ya kali emangnya web salah satu provider yang lagi heboh di hack itu apa yah.. Ckck.

Seorang Bagas yang notabennya pendiam dan tukang ngecuekin orang itu, sekarang malah jadi banyak ngomong dan sering banget ngerespon.

Gue bahkan masih inget lho bagaimana dia ngacangin gue abis-abisan!

Nah sekarang?

Bagas itu udah kaya ikan bawal!

Arghh, nyebelin!

.

.

.

"Jangan kebanyakan bengong," sikutan kecil Evanto di lengan gue membuat gue tersadar dari lamunan gue.

"Nanti sawan, berabe lho!" Ujarnya yang mau nggak mau membuat gue memukulnya dengan komik beratus halaman yang ada di tangan gue sedari tadi.

Rese' banget kan nih kunyuk satu!

Evanto hanya meringis, lalu tersenyum menjijikan seperti belakangan ini yang dia lakukan!

"Ada yang lo pikirin, Tan?" Setelah mengusap bagian lengan yang sempat gue pukul tadi, Evanto pun bertanya sambil menoleh ke gue. Sementara gue dengan cepat mengibaskan kedua tangan gue. "Nggak ada kok." Jawab gue dengan cepatnya.

Yes? No? Maybe [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang