Part 8

7.4K 833 40
                                    

Gue perhatikan Evanto menggelengkan kepalanya pelan sambil memijit pelipisnya.

Lho bukannya seharusnya dia seneng yah? Itu kan gue ngikutin salah satu ide darinya...

"Lo seriusan mau deketin Bagas demi Gesha lo itu?"

"Apa?"

Gue maupun Evanto segera menoleh ke sumber suara yang seenaknya merusak obrolan siang kita...

Ya ampun...

Mampus gue!

.

.

.

Ini cuma sebuah kesalahpahaman aja.

Kepengen banget gue bilang gitu ke Bagas.

Tapi yah percuma...

Bagas juga nggak bakalan mau tau juga.

"Van, ini gimana?" Tanya gue pelan di sela-sela membereskan dan memasukkan alat tulis gue ke dalam tas.

Maklum pelajaran terakhir yang di ajar sama pak Bukhari sudah selesai beriringnya dengan bel yang berbunyi.

Jadi, waktunya anak-anak pada beres-beres buat pulang.

Walaupun begitu, berbeda dari biasanya anak-anak sekelas tidak semangat buat pulang. Dikarenakan di luar juga lagi hujan, kemungkinan sih anak-anak pada nunggu sampai hujannya reda. Apalagi hujan turun lumayan deras yang disertai angin dan juga petir.

"Evanto!" Bentak gue pelan seraya menyikut lengan Evan yang sibuk sama ponselnya.

"Yaudah biarin aja." Jawab Evan dengan gampangnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

Yaelah! Lagi ngapain sih tuh anak? Orang gue nanya seriusan juga.

Dan gue pun menidurkan kepala gue diatas meja, dan langsung melirik ke arah Bagas yang juga sibuk sama ponselnya.

Bagaimana cara ngejelasin yang sebenernya yah?

Gue pun kembali menoleh ke arah jendela kelas, sedikit menikmati turunnya hujan deras.

"Bagas! Lo mau langsung balik?" Suara cempreng Sonia sontak membuat gue sedikit terkejut dan mencari sosok Bagas yang ternyata udah ada dideket pintu kelas, kayanya sih udah siap keluar kelas.

"Diluar masih ujan deres, percuma balik nanti pada basah kuyub semuanya." Peringatan dari Sonia membuat gue mau nggak mau mengingat ke beberapa hari yang lalu sebelum Bagas akhirnya absen.

Yaelah, tuh anak emang cari penyakit aja!

"Bukan urusan lo!" Ucapnya singkat yang kemudian keluar kelas begitu aja.

Fakyu!

Gue tau banget pasti dia mau nerobos hujan lagi!

Tanpa berpikir panjang akhirnya gue pun mengambil jas hujan beserta payung yang biasa tersimpan di tas gue dan segera menyusul Bagas.

"Tandri! Lo mau kemana?" Mendadak Evanto bertanya panik ke gue yang lari kaya orang kesetanan.

Gue pun mengabaikan pertanyaan Evanto dan keluar kelas. Untungnya Bagas belum terlalu jauh, dia masih di sekitar lorong lantai 2.

Yes? No? Maybe [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang