"Lo tinggal jawab aja ya atau nggak?"
Ish nyebelin!
"Nggak..."
Tanpa sadar gue pun mengeluarkan kalimat yang seharusnya nggak gue keluarin untuk saat ini...
"Okay, baik lah..."
"Gas..."
"I'm okay..."
Nggak begitu maksudnya...
Argh!!!
.
.
.Semuanya berada di luar dugaan gue. Padahal, gue kira semuanya akan baik-baik aja. Namun, tidak sedemikian rupa.
Nyatanya, Bagas menjauh. Nggak seperti sebelumnya. Mungkin lebih tepatnya berubah.
Nggak ada sapaan atau basa-basi sewaktu gue baru masuk kelas.
Nggak ada senyum atau basa-basi sewaktu gue berpapasan dengannya.
Dan yang lebih menyakitkan, nggak ada satu kalimat balasan atau sekedar basa-basi ketika gue berusaha memberanikan diri dalam hal menyapanya terlebih dahulu.
Bagas tidak balik seperti dulu. Bahkan, dia lebih menunjukkan siapa dirinya. Di bandingkan beberapa waktu lalu, dia lebih menyenangkan. Lihat, dia lebih mudah berkumpul, tertawa, bahkan bercanda.
Meskipun, hanya dengan orang tertentu. Termasuk Evanto dan Sonia...
Terkadang, gue hanya bisa diam. Bukan berarti gue benar-benar mengabaikannya. Bagaimanapun gue masih berusaha untuk merujuk Bagas supaya kembali seperti semula.
Namun, hasilnya nihil.
Nyatanya, gue merindukan sikap Bagas yang nyebelin dalam hal apapun. Termasuk hal kecil ketika Bagas mengucapkan selamat pagi...
.
.
."Lo baik-baik aja, Tan?"
"Iya..."
"Iya baik-baik aja, atau iya nggak baik-baik aja?"
Jelas aja gue menoleh ke arah seseorang yang sedang duduk di samping gue, seperti biasa Evanto selalu sibuk dengan games laknatnya --candy crush-- tersebut. Akan tetapi, itu nggak mengurangi perhatiannya ke gue.
"Gue yakin, lo nggak baik-baik aja, Tan..." Ucap Evanto yang membuat gue memanyunkan bibir gue sebal. Sok tau banget nih anak, meskipun 60% perkiraan Evanto nggak melesat sih.
Pada dasarnya, gue emang dalam kondisi yang nggak baik-baik aja. Kejadian beberapa hari yang lalu masih membuat gue merasa sangat jengkel. Terutama sama sikap Bagas yang semakin kesini tuh semakin menyebalkan.
Maunya tuh anak satu apa sih?!
Argh!
"Kayanya lo harus ngomongin secara baik-baik lagi deh sama Bagas..."
Evanto itu emang bangsat!
Terkadang, gue sedikit menyesal karena harus menceritakan segala permasalahan gue sama tuh anak satu. Bagaimana pun, Evanto pasti selalu 'ikut campur' dalam masalah yang sekiranya nggak bisa gue selesaikan dengan baik. Ya, seperti yang sekarang terjadi. Permasalahan gue sama Bagas nggak berakhir di kata penolakan gue. Sikapnya seakan masih menuntut 'kenapa jawabannya nggak? Kenapa ditolak? Kenapa nggak mau kasih kesempatan?' gitu. Padahal, kalau gue mau jujur yah, itu salah Bagas sendiri yang mengambil kesimpulan seenaknya sendiri tanpa mau mendengarkan penjelasan gue lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes? No? Maybe [Completed]
Comédie[Completed] Ini hanya cerita konyol gue yang putus asa dikarenakan penolakan dari gebetan sengklek gue! Another Boys Love Story😂. . . . copyright © csw407 [Maret 2017]