Part 19

13.3K 707 80
                                    

Gue hanya ingin mau tau sampai dimana usahanya dia. Meskipun, nyatanya Bagas itu menyerah.

Kan cemen...

"... Tunggu!"

Gue pun merasakan seseorang menahan tangan gue,

Dan...

Cup...

Bagas bangsat!

Bagas sialan!

Ini kedua kalinya dia berani menyium bibir gue.

"AHH! MATA GUE TERCEMAR! KYAAAAA..."

.
.
.

Sonia...

Ketua kelas berjidat lebar dan bersuara cempreng tersebut menatap gue maupun Bagas dengan penuh intimidasi. Seolah-olah kita adalah komplotan maling yang tertangkap basah.

Nyebelin!

Kenapa juga harus kepergok (lagi) sama cewek sinting itu sih? Cuma yah balik lagi, semuanya itu salah si Bagas. Kenapa dengan seenak udelnya main cium sembarang. Coba aja dia nggak main nyosor, pasti nggak bakalan ketahan kaya gini.

"Lo bohong sama gue?" Kalimat pertanyaan yang terlontar dari mulut Sonia membuat gue mengernyitkan dahi.

Bohong sama dia? Apa yang di maksud sih?

"Katanya lo di to-, akh aduh! Bangsat lo, Gas."

Jelas aja gue semakin kebingungan, pasalnya ucapan Sonia mendadak terputus bersamaan dirinya mengelus kakinya yang berada di bawah meja.

Jangan bilang pelakunya si Bagas ini? Yah siapa lagi coba? Nggak mungkin kan itu gue atau pun yang lain kan? Kondisi kantin saat ini tuh terbilang sepi, apalagi saat di introgasi begini yah jelas aja cuma ada gue, Bagas, dan termasuk si jidat lebar itu sendiri...

Kalau begitu berarti pertanyaan tadi di tujukan ke Bagas? Nggak mungkin ke gue kan? Karena bagaimana pun, gue nggak terbilang dekat sama Sonia. Yah, beda lagi kalau si Evanto. Mereka bisa dikatakan dekat...

"Apa-apaan sih lo? Sakit begok!" Omel Sonia masih sambil mengelus kakinya, yang kemungkinan di injak sama Bagas.

"Apa?" Sementara sang pelaku bertanya seolah-olah tak merasa bersalah sama sekali.

Fakyuin banget yah orang macem begini...

Gue pun mau nggak mau melirik Bagas dengan sinisnya.

"Ehem!"

"Kenapa sih lo mau nerima orang begok kaya si Bagas, Tan?"

"Siapa?"

Sontak aja gue terkejut dengan perkataan laknat si Sonia. Siapa yang nerima Bagas sih?

Maksudnya gue gitu?

"Eh tapi bukannya lo nolak si Bagas yah, Tan?"

Gue otomatis menatap Sonia dengan tatapan nggak percaya atas pertanyaan yang terlontar dari mulut si jidat lebar di hadapan gue ini, jelas aja itu menjadi tanda tanya besar di kepala gue. Bagaimana bisa Sonia tau mengenai penolakan gue terhadap Bagas? Nggak mungkin kan kalau...

Gue pun dengan kesalnya menginjak kaki Bagas yang tepat duduk di sebelah gue.

"Aduh! Lo niat bales dendam ke gue apa hah?" Tuduh Bagas ke Sonia.

Yes? No? Maybe [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang