Part 11 - Awkward Moment!

7.7K 810 59
                                    

Gue pun segera ke westafel dan menatap muka gue yang pucet dari kaca.

"Nggak mungkin..." Gumam gue sambil menunduk lesuh.

"Tan.. Tandri? Sejak kapan lo disini?"

Mampus gue!

Help me please! T.T

.

.

.

"Lo gapapa, Tan?" Tanya Evanto.

Gue pun hanya menganggukan kepala gue.

"Yakin?"

Lagi, gue pun menganggukan kepala gue.

"Tapi, sedari tadi lo diem aja."

"Gue cuma lagi nggak enak badan aja kok."

Kemudian Evanto melepaskan napasnya kasar.

Yaelah, nggak usah sok khawatir!

Ini semua juga gegara lo kunyuk!

Kalau misalnya tadi gue nggak mendengar obrolan Evanto kunyuk dengan si Bagas makhluk irit ngomong seantero, mungkin keadaan gue baik-baik aja. Nggak kaya sekarang yang bawaannya tuh migrain.

"Lo balik aja, Tan." Usul Evanto yang tiba-tiba mengusap kepala gue.

Kunyuk! Nih orang nggak lagi menjalani aktingnya untuk ngetes Bagas kan?

Ya ampun, nyebelin banget sih nih anak setan satu!

"Nggak usah, cuma pusing aja kok." Tolak gue secara halus dan membiarkan tangan laknat Evanto mengusap kepala gue. Karena jujur aja gue udah nggak ada tenaga buat nepis tangannya Evanto.

Atau lebih tepatnya sih udah males.

Tadi aja pas gue berpapasan sama Bagas, cuma senyum canggung. Udah nggak sanggup buat basa-basi. Soalnya masih nggak kepikiran aja kalau cowok irit ngomong itu punya gebetan, dan ternyata orangnya itu gue.

Fak!

Jadi, haruskah gue mengasihani diri gue sendiri?

"Kalo lo nggak kuat, ke UKS aja. Tadi juga lo kesono kan?"

Gue pun mengangkat kepala gue yang sengaja gue tidurin di atas meja, menatap heran Evanto.

"Tau dari Bagas, tadi dia ketemu lo di toilet kan?"

"Tapi, gue nggak bilang abis dari UKS kok..."

Evanto pun berdiri dan menghampiri Sonia yang sedang berhaha-hihi alias sedang bernyinyir ria dengan anak kelas lainnya.

Dia mau ngapain sih? Berlebihan amat.

"Tandri, lo sakit?"

Kamfret!

Suara cempreng Sonia sukses membuat anak seisi kelas menoleh ke arah gue. Termasuk makhluk irit ngomong seantero, ya siapa lagi kalau bukan si Bagas.

Evanto bisa nggak sih tenang sedikit, nggak buat masalah gitu?

Matilah gue!

Gue pun menidurkan kembali kepala gue di atas meja.

.

.

.

"Selamat pagi, Tan." Sapaan yang berasal dari seseorang yang nggak asing, otomatis membuat gue menoleh ke arah tempat duduk Bagas.

Yes? No? Maybe [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang