Part 5 - Cie Khawatir (?)

8.1K 831 12
                                    

"Buat gebetan yah mas?"

"Pak Slamet ini kok tau-tauan gebetan sih? Lagian bukan kok pak, cuma buat temen aja."

"Temen apa temen..."

Nggak tau juga tuh orang termasuk temen gue bukan sih? Berhubung selama ini ngacangin gue mulu...

.

.

.

"Bagas Susandi."

Seperti biasanya, bu Siska selalu mengabsen murid-murid sesudah mata pelajaran yang diajarnya.

Beda banget sama guru-guru lainnya yang mengabsen terlebih dahulu baru memulai ajar-mengajarnya. Mungkin, bu Siska menginginkan anak-anak muridnya tersebut mengikuti mata pelajarannya sampai selesai kali yah.

Berhubung, terkadang tuh ada aja murid-murid yang menghilang ditengah mata pelajaran para guru. Entah alasannya ke toilet, yang ternyata ke kantin. Atau malahan ada yang nongkrong di taman belakang sekolah.

"Bagas Susandi." Bu Siska kembali mengulang memanggil nama Bagas, namun lagi-lagi tidak ada jawaban dari nama yang bersangkutan.

Gue pun tanpa sadar menoleh ke tempat duduk Bagas.

Kayanya tuh makhluk irit ngomong seantero emang nggak masuk deh.

Lantaran sedari pagi tadi gue nggak melihat sosok Bagas, yang biasanya jam 06.30 udah ada dikelas. Kebetulan tadi gue sampai kelas jam 06.50 aja kelas masih rada sepi, cuma ada beberapa anak aja termasuk si monyet satu Evanto yang udah duduk manis sambil menidurkan kepalanya diatas meja.

"Absen bu," pada akhirnya jawaban dari wakil ketua kelas, Anita menyadarkan lamunan gue. Maklum si Sonia sang ketua kelas lagi absen, katanya jalanan rumahnya banjir. Jadi, sepertinya Anita yang menggantikan posisi Sonia yang harus menjawab ketika salah satu murid ada yang nggak masuk kelas.

Gue pun lagi-lagi menoleh ke tempat duduk Bagas.

"Ada yang tau Bagas kemana?" pertanyaan bu Siska nggak ada yang menjawab, semua anak-anak yang berada dikelas bungkam seketika. "Tidak ada yang tau?" sambungnya ketika masih belum ada yang mengetahui status ketidakhadiran Bagas.

Kemana yah tuh anak? Apa jangan-jangan sakit?

.

.

.

"Eh Tan, mau kemana lo?" Pertanyaan dari Evanto yang sedikit teriak untuk sementara gue abaikan begitu aja. Karena ada hal yang harus gue urus terlebih dahulu di banding makan siang ke kantin bareng Evan.

Saat ini emang sudah memasuki jam istirahat, mungkin berbeda dari biasanya yang santai. Kali ini gue dengan buru-buru keluar kelas yang sepertinya emang sudah niat untuk nyamperin Gesha ke kelas sebelah.

"Tandri!" panggil Evanto lagi yang bener-bener gue bodo amatin.

Mungkin untuk saat ini gue seperti orang kesurupan yang setelah mendengar suara bel istirahat langsung beranjak dari kursi gue dan lari begitu aja ke luar kelas.

Bukan untuk ukuran gue banget...

Dan syukurnya tepat banget gue ke kelasnya Gesha, tuh anak masih duduk manis di tempat duduknya sendiri sambil menatap layar smartphone-nya tersebut.

"Sa, ada yang mau gue tanyain ke lo." seru gue sembari mengatur napas gue, dan mendudukan diri dibangku kosong depannya Gesha.

Bisa dilihat Gesha sangat terkejut, "Mau nanya apaan lagi lo?" tanyanya sedikit jutek sambil menatap gue sinis.

Mungkin Gesha bete kali yah jam istirahatnya di ganggu sama gue yang notabennya orang yang suka dia dan udah dia tolak, tapi masih gangguin dia aja.

Eh tapi kan, ini bukan untuk dalam rangka pdkt sama dia. Ini masalah mengenai Bagas...

"Kalau boleh tau Bagas kemana yah?" ucap gue to the point, daripada gue kena amukan gebetan lantaran bertele-tele mending langsung aja ya kan?

"Bagas?"

"Iya, Bagas. Hari ini dia nggak masuk, Sa."

"Ya, terus?"

"Lo tau nggak dia kenapa? Sakit atau ijin gitu?"

"Ye, itu mah mana gue tau."

"Lo kan temen deketnya, Sa."

"Bukan berarti gue tau segalanya."

"Kalau gitu, lo tau dimana rumahnya Bagas?"

"Nggak tau, selama ini gue nggak pernah dikasih tau tuh."

Gue pun segera meninggalkan Gesha yang menatap gue heran.

Bagaimana bisa nggak ada yang tau mengenai Bagas bahkan Gesha yang notabennya adalah temen yang terbilang sangat dekat sama Bagas...

"Tan, lo kenapa?" pertanyaan Evanto sedikit khawatir, mungkin kalau dalam kondisi normal gue bakalan ketawain raut mukanya Evanto!

Gue pun hanya menggelengkan kepala gue, "yakin?" Evan memaastikam keadaan gue, namun lagi-lagi gue hanya memberikan gesture menganggukan kepala gue.

"Lagian udah lah, Tan lepasin si Gesha. Cari gebetan yang baru..."

Kali ini gue menatap sinis Evanto yang sok tau, dan segera berjalan ke arah tempat yang seharusnya tau mengenai murid-murid...

"Tan, mau kemana lagi lo?"

"TU"

.

.

.

Update (again)

Happy Weekend🐣💋

[10042017]

Yes? No? Maybe [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang