———————————————————
~SalFlo~
———————————————————
Kepergian orang-orang yang kita sayang memanglah sebuah mimpi buruk yang akan selalu kita hindariTapi takdir tetaplah takdir
Takdir tak bisa kita hindariDan jika takdir menyedihkan itu menghampiri..
Lalu apa yang bisa kita perbuat?Jika mengikhlaskan mereka adalah jalan terbaik..
Doakan aku
Semoga aku kuat
———————————————————
~SalFlo~
———————————————————"Gak! Mama papa ga meninggal tante!! Mahhh pahhh!! Bangun dong! Jangan tidur terus"
Valery tak bisa menahan tangisannya. Ia menangis semakin kencang dan terus berusaha untuk membangunkan kedua orang tuanya yang sudah terbaring pucat di dalam peti mati.
"Kak floren, tante sama om bantuin valey bangunin papa mama dong, jangan diem terus" Valery mengeluh dan menangis dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
Sedangkan Florencia hanya bisa menangis di pelukan Tari dan Fian.
"Sini sayang, valey.." ajak Tari sambil menarik tangan Valery lembut dan meletakkan kedua tangannya di pundak Valery. Tari pun berkata,
"Valery sayang, papa sama mama kamu udah di surga, valery tau ga? Disini.. om, tante, kak floren dan semua orang yang ada di sekitar kita juga sedih, kita semua sedih kalo mama papa kamu udah gak ada. Dan kalo kita semua sedih terus, papa sama mama kamu gak akan bisa tenang di surga sana. Apalagi kalo kedua anak kesayangannya yang menangis.." jelas Tari.
"Tapi tante, flo dan valey gak punya siapa-siapa lagi, opa dan oma juga tinggal di German, terus nanti siapa yang ngurusin floren dan valey? Kita gak mau ikut oma.." ucap Florence sambil mengusap air mata yang mengalir deras di pipinya.
"Iyaa om, tante. Valey sama kakak gak mau pindah! Valey dan kakak ingin tumbuh dan berkembang di rumah ini, di Indonesia" pinta Valery sambil menangis.
"Floren.. valey.. kan disini masih ada om dan tante yang akan nemenin kalian, om dan tante janji bakal terus nemenin kalian sampai kapanpun" ucap Fian sambil mengusap rambut Florence dan Valery dengan lembut.
"Iyaa sayang.. asalkan kalian harus janji jangan nangis lagi ya?" ucap Tari menenangkan.
"Iyaa tante.. kita janji, kita gak akan nangis lagi, tapi besok ya tante? Hari ini valey sama kakak masih pengen nangis" ucap Valery sambil tersenyum tipis.
"Ah iyaa valey" ucap Tari sambil tersenyum tipis.
Dengan seiring berjalannya waktu, si kembar Dyva pun tumbuh dan berkembang menjadi wanita yang cantik, manis, dan berkepribadian yang bisa dibilang cukup baik. Mereka melewati hari-harinya dengan normal dengan ditemani Tari dan Fian, layaknya sebuah keluarga pada umumnya.
Namun, saat si kembar Dyva menginjak usia 14 tahun yaitu saat dimana mereka duduk di Sekolah Menengah Pertama, Tari dan Fian harus meninggalkan si kembar Dyva karena ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan.
Pada awalnya, sebelum Tari dan Fian pergi, mereka sempat menawarkan dan meminta persetujuan Florence dan Valery untuk memperkerjakan seorang babysitter. Namun Florence dan Valery menolak tawaran tersebut.
"Gak usah om, tante. Floren dan valey masih bisa jaga diri sendiri kok, kita kan udah kelas 3 smp, jadi.. floren dan valey gak perlu babysitter, tapi makasih ya sebelumnya, om.. tante" tegas Florence.
"Yah tante sama om jangan tinggalin valey sama kak floren dong.. nanti jadi ga asik" keluh Valery dengan muka cemberutnya.
"Mmm gak bisa valery sayang.. maafin tante sama om ya..?" Tari meminta maaf seraya mengelus lembut rambut Valery.
"Iyaa yaudah deh gapapa. Tapi om sama tante harus janji sama kita kalo om dan tante bakalan pulang kesini lagi, tinggal bareng-bareng sama valey dan kak floren juga" ucap Valery.
"Iyaa sayang, om dan tante janji" ucap Tari dan Fian berjanji sambil mengangkat jari kelingking mereka.
Si kembar Dyva pun mengangkat jari kelingking mereka sebagai tanda perjanjian. Dan akhirnya, Tari dan Fian pun pergi ke airport dan meninggalkan Florence dan Valery.
Semenjak Fian dan Tari pergi meninggalkan si kembar Dyva, Florence sang kakak berubah menjadi sosok yang semakin pendiam, ia sering mengurung dirinya di kamar. Valery pun selalu berusaha membuat Florence untuk berhenti menangis dan terus mengingat semua kenangan tentang keluarga dan dirinya. Namun usaha Valery sepertinya sia-sia.
Waktu terasa begitu cepat berlalu. Si kembar Dyva pun duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Atas.
Kehidupan Florence pun terlihat membaik. Mungkin karena adanya kehadiran Julian? Ya.. Julian adalah kekasih Florencia. Julian selalu menemani, menyemangati dan selalu mendukung Florence dikala ia merasa terpuruk dengan dunianya.
Namun pada suatu hari, Florence memutuskan hubungannya dengan Julian karna..
~~~~~skipped~~~~~
Putusnya hubungan antara Florence dan Julian juga benar-benar ikut membuat terputusnya hubungan kehidupan diantara mereka berdua. Mereka sudah saling tidak berbicara bahkan untuk saling menanyakan kabar satu sama lain, meskipun mereka masih dalam satu sekolah yang sama. Florence pun kembali mengurung diri di kamar. Sendirian..
Valery tak pernah lelah untuk menghibur sang kakak Florencia dikala ia tengah bersedih. Valery selalu menemaninya, mendengarkan semua curahan hati kakaknya, mendukungnya, dan bahkan Valery selalu menyemangati dan berusaha membantu kakaknya untuk melupakan mantannya yang menurut Valery sangat brengsek itu.
Sampai suatu hari mereka terkagum dan mulai mengejar Salvo. Si pria pemilik mahkota es di sekolahnya. Salvo adalah ketua OSIS yang banyak disukai hampir semua wanita-wanita cantik di sekolahnya. Namun karena sikapnya yang cuek dan sangat dingin membuat tak satupun dari mereka dapat meluluhkan hati Salvo sampai saat ini.
Tak terasa 1 tahun telah mereka lalui, dan mereka pun mulai duduk di kelas 2 SMA.
#Casts#
^Florencia Dyva Fanary^ (kakak)
^Valery Dyva Fanary^ (adik)
Dua anak kembar Tak Identik.
^Salvo Bintang Alevy^
Si ketua OSIS yang amat dingin.Don't copy my story please);
Don't forget to vote, comment, and follow (:
Hope you enjoy this story.Thanks^^
KAMU SEDANG MEMBACA
SalFlo
Teen FictionAwalnya, aku hanya mengagumimu. Awalnya, aku tak berpikir ada rasa lebih padamu. Awalnya, aku mengira ini hanyalah perasaanku yang merasa sangat nyaman akan kehadiranmu di sekitarku. Tapi ternyata, ada sesuatu dalam diriku yang menginginkanmu lebih...