———————————————————
~SalFlo~
———————————————————
Mata indah itu menenangkanku
Tatapan itu mengalihkan duniaku
Semua ucapanmu menentramkan jiwakuPola pikir bagaikan berlian
Caramu menyampaikan
Begitu menenangkan
Jangan salahkan jika aku nyamanIyaa..
Berada didekatmu aku nyaman
———————————————————
~SalFlo~
———————————————————"Flo, boleh gue nanya sesuatu?"
"Boleh kok. Mau nanya apa sal?"
Salvo pun berhenti menikmati IceCreamnya. Ia melamun sesaat dan kini ia menarik nafas dengan berat.
Florence sempat khawatir akan kondisi Salvo. Tapi ia memilih untuk tetap diam dan berusaha memberi Salvo kesempatan untuk bercerita.
"Menurut lo.. ketika orang-orang yang lo sayang pergi, ketika mereka udah gapunya waktu banyak buat ngabisin hari-hari bareng lo. Apa mereka itu mulai ngerasa jenuh? Apa itu karena mereka udah ga peduli?"
Florence kini mengerti, ia mengerti mengapa saat ini Salvo begitu sensitif dengan hitam-putihnya kehidupan. Ternyata hidupnya sekarang sedang berada di ambang fase keabuan. Dimana ia sedang berada diantara keindahan putih dan kesunyian hitam. Dimana dunia terasa samar-samar baginya. Dimana ia mulai berpikir akan ketakutannya bila ditinggal oleh orang-orang yang ia sayang. Ia takut jika orang-orang di sekitarnya merasa jenuh selama bersamanya.
"Seperti yang gue bilang tadi sal. Setiap orang akan merasakan kejenuhan jika ia berada dalam kondisi yang sama secara terus menerus. Jika kejenuhan itu menghampiri, memang sudah menjadi suatu hal yang wajar. Kejenuhan bisa hilang atau bahkan semakin melekat, dan itu semua tergantung orang yang mengalaminya. Tergantung pada cara bagaimana kita menghadapi dan menanganinya. Kejenuhan itu bisa saja hilang seketika jika memang mereka bener-bener tulus dan sayang sama lo"
Salvo terdiam, berusaha mencermati kalimat demi kalimat tersebut. Florence yang memperhatikan sikap Salvo itu pun ikut melamun dan sedikit kebingungan. Ia hampir tidak bisa menerjemahkan sikap dan respon Salvo saat itu. Apakah ia tidak mengerti atau ia memang sedang berpikir dalam-dalam akan semua kalimat yang baru saja Florence katakan.
"Sal? Apa boleh gue tau siapa orang yang lo maksud itu?"
Salvo terdiam sesaat.
"Tapi gapapa kok kalo emang lo ga bisa kasi tau" Florence berusaha menenangkan.
"Boleh flo" ucap Salvo sambil tersenyum.
Entah kenapa.. Salvo merasa begitu nyaman bercerita dengan Florence. Bahkan ia pun merasa tidak keberatan sama sekali untuk berbagi cerita kehidupan kepadanya.
"Mama papa gue flo.. mereka baru banget pulang sabtu malem kemarin. Gue seneng mereka pulang, kangen banget rasanya. Meskipun gue baru ditinggal seminggu. Dan ini juga bukan pertama kalinya gue ditinggal"
Florence mengangguk pelan, membiarkan Salvo melanjutkan cerita sambil menikmati IceCream.
"Minggu pagi gue emang bangun kesiangan, gue bangun sekitar jam 8. Dari semalem mereka tiba, gue udah niat buatin mereka sarapan special besok paginya. Tapi nyatanya, gue bangun keadaan rumah udah sepi. Gue kira mereka masi tidur, terus gue buatin sarapan buat kita bertiga"
"Terus ga lama kemudian, gue liat ada surat di meja makan. Itu dari papa mama, katanya mereka pergi kerja ke Aussie selama sebulan. Pamit lewat surat? Such a weird thing"
KAMU SEDANG MEMBACA
SalFlo
Teen FictionAwalnya, aku hanya mengagumimu. Awalnya, aku tak berpikir ada rasa lebih padamu. Awalnya, aku mengira ini hanyalah perasaanku yang merasa sangat nyaman akan kehadiranmu di sekitarku. Tapi ternyata, ada sesuatu dalam diriku yang menginginkanmu lebih...