Tetes Kesepuluh

9.7K 678 45
                                    

"Aku merindukanmu, Saki."

Sakura menatap kearah Sasori tak percaya. Air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya kini meluncur begitu saja. Semua orang melihat dengan tatapan penuh tanda tanya. Sasuke menaikkan alisnya, menahan diri untuk tetap menutup mulutnya.

"Hiks, Nii Chan." Sakura tak lagi kuasa menahan rasa terharunya. Sudah lama sekali, Sakura meninggalkan kakak kesayangannya, juga kedua orang tuanya. Sasuke yang awalnya tampak memandang aneh Sakura, mengambil Sarada dari pangkuan kekasihnya. Membiarkan Sakura berdiri dan memeluk Sasori.

"Kau bodoh sekali, Saki!" Sasori memukul kepala Sakura.

"Kenapa kau masih saja galak, Nii chan???" Sakura mengadu dengan menjambak rambut Sasori disela tangisannya. Sasuke tersenyum, menyadari bahwa ketidak jelasan di masa lalu mereka telah membuatnya rumit sekarang. Dan bersyukur karena kebenaran satu persatu mulai terungkap.

"Karena aku begitu mengkhawatirkanmu! Bagaimana bisa kau meninggalkanku seperti ini, huh??? Bahkan kaasan dan tousan selalu memikirkanmu!" Sasori menangkup wajah Sakura gemas.

"Ya, aku minta maaf nii chaaan." Sakura memeluknya sekali lagi.

"Jangan lakukan lagi imoutooooo."





Shion memejamkan matanya, mencoba memikirkan peluang apa yang bisa menyelamatkannya. Dan satu satunya cara adalah meminta tolong Fugaku untuk memberi perlindungan padanya. Shion mengingat ponsel yang di rampas oleh Kakashi, kemudian menghembuskan nafasnya lelah. Shion teringat telpon dan mesin fax di ruang kerja Sasuke. Shion melirik Kakashi dari sudut matanya. Kakashi sedang sibuk dengan ponselnya. Shion bangkit dari duduknya.

"Kemana kau??" Kakashi menatapnya tajam.

"Toilet, apa kau ikut??" Jawab Shion ketus.

"Ah, sebenarnya aku harus mengikutimu." Kakashi bangkit.

"Apa maksudmu?" Shion menaikkan alisnya.

"Kau ini tawanan, harusnya tawanan dikawal kemana mana, agar tidak kabur." Kakashi menyeret tangan Shion dan membawanya ke dalam toilet di seberang pintu dapur.

"Kau benar benar menyebalkan." Shion menyipitkan matanya kesal.

"Oh, menyebalkan adalah nama tengahku." Ucap Kakashi malas.

Didalam toilet, Shion merasa sangat Frustasi. Tak menyangka lepas dari Kakashi bisa sesulit ini. Shion memutar otak bagaimana caranya agar bisa pergi menghubungi Fugaku. Kakashi mengetuk beberapa kali pintu Toilet, membuat Shion berdecak frustasi. Shion hanya bisa pasrah dan menunggu kesempatannya.

"Aku benar benar membencimu." Shion menatap sinis Kakashi.

"Terima kasih, pujiannya. Itu membuatku senang." Kakashi menunjukkan garis senyum dibalik maskernya.

Shion menghempaskan pantatnya di sofa yang dia duduki sebelumnya. Kakashi merasakan ponselnya bergetar dan pergi mengangkat ponselnya. Shion merasa ini adalah kesempatan besar baginya. Secepat yang dia bisa, Shion melesat menuju kamar kerja Sasuke dan meraih telponnya. Shion menekan beberapa angka, dan menyelipkan telpon di telinganya. Nada tunggu membuatnya mendesah pasrah.

"Uchiha Fugaku." Suara tegas dari seberang menjawab.

"Tousan, aku butuh bantuanmu." Shion terisak.

"Ada apa?" Suara Fugaku tampak sedikit menegang.

"Tousan tahu wanita yang melahirkan cucu tousan?? Dia mengancamku, dan menusuk kakiku memakai pisau dapur. Sekarang Wanita itu menyekapku di apartemen Sasuke dengan Kakashi yang mengawasiku. Tousan bantu aku keluar dari sini." Shion merengek dengan mulut manisnya.

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang