Tetes Ketujuhbelas

8.1K 508 29
                                    

Sasuke kecewa mengetahui bahwa orang yang selama ini Ia percayai berani mengkhianatinya. Sorot mata Kakashi yang penuh dengan penyesalan selalu membekas di hatinya. Sasuke selalu bisa mengenali jejak kebohongan di mata seseorang, Dan Jugo tidak pernah sekali pun berbohong, apalagi mengkhianati seperti yang di tuduhkan Kakashi. Sasuke tidak pernah memiliki dugaan buruk, apalagi mengenai orang-orang kepercayaannya. Sasuke hanya mengikuti setitik firasat yang muncul keatas permukaan.

"Sudah kau bereskan dia?" Sasuke berbicara dengan ponsel yang menempel di telinganya.

"Ya, keadaannya masih kritis. Luka yang kubuat sedikit lebih dalam."

"Buat dia tetap hidup, sedikit masalah bisa diatasi nanti."

"Baik tuan."

Sasuke mengakhiri panggilannya. Dari awal Sasuke tidak pernah berniat membunuh Kakashi. Kakashi terlalu berharga, seperti halnya tangan kiri dan kanan, mereka mempunyai tugas sendiri yang sangat berperan dalam kelangsungan hidupnya.

Sasuke menghentikan mobilnya ketika sampai di belakang bandara narita. Ia lebih memilih terbang secepat mungkin untuk menemui kekasih dan putrinya. Sasuke belum mendengar kabar apapun tentang mereka, hal itu akan menjadi kejutan ketika Ia sudah sampai.






Kakashi terbaring lemah di salah satu ranjang rumah sakit. Sejam yang lalu, Jugo merasa tak lagi bisa menolong seniornya. Kakashi terlihat seperti sudah meninggal, jika saja Jugo tidak menyiapkan para medis di belakang gedung, nyawa Kakashi tidak tertolong lagi. Jugo lega mengetahui jika denyut nadi Kakashi masih terasa meskipun tipis.

Dokter mengatakan jika Kakashi tidak akan sadar dalam waktu dekat. Dan tugasnya sekarang adalah, membuat Kakashi tetap hidup bersamanya. Jugo berdiri di depan kamar yang terisolasi dari pegawai lain dan juga pasien lain. Melihat Kakashi yang terkapar tak berdaya di ranjangnya, dengan beberapa selang yang menancap di punggung tangannya. Alat pendeteksi detak jantung masih berbunyi seirama. Dan hal itu sedikit banyak melegakannya, jika Kakashi mati, Ia yang harus menggantikan peran Kakashi, dan menangung beban semakin berat.

Jugo duduk di salah satu kursi tunggu di luar ruangan Isolasi. Ponselnya bergetar, kemudian menekan tombol hijau kesamping.

"Jugo! Dimana kau! Aku hampir mati karena kau membawa papa pergi." Jugo tersenyum, bagaimana pun juga Jugo merasa sangat menyayangi majikan kecilnya.

"Saya akan pulang ke Akita, Ojousama. Apa anda baik-baik saja?"

"Apa yang kau katakan, tentu saja aku baik, meski sedikit agak kacau. Sebenarnya aku agak kesal dengan wanita lembek itu." Jugo mengerutkan dahinya.

"Wanita lembek?" Jugo mengulang.

"Ya, Mamaku. Kau tahu, penjahat itu hamil, dan mama terpaksa harus menyelamatkannya dari racun yang mama gunakan untuk melumpuhkan penjahat itu. Apa papa bersamamu? Aku tidak bisa menghubunginya." Jugo terkejut mendengar pernyataan bahwa Karin telah hamil. Jugo mengenal Karin sejak akhir-akhir ini untuk mnyelidiki tindak tanduknya. Setahunya Karin tidak pernah bersama pria lain, Dia mendedikasikan dirinya untuk Sasuke. Dan jika itu adalah anak Sasuke, itu menjadi hal yang tidak mungkin.

"Maaf Ojousama, Sasuke sama mungkin sedang di pesawat untuk pulang." Terdengar nafas berat dari sambungan Sarada.

"Baiklah, aku akan menunggu papa." Bersama dengan itu Sarada memutus sambungan telponnya.

Jugo menghubungkan pengkhianatan Kakashi yang berdekatan dengan peristiwa di Akita. Kakashi yang pertama kali mengungkapkan ancaman Karin kepada Sasuke. Dan Sasuke menghubunginya untuk menanyakan keterlibatannya dengan pembantu rumah tangga keluarga Uchiha. Jugo memiliki dugaan di kepalanya dari yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal. Masuk akalnya jika Karin bercinta dengan pria lain karena paksaan atau pemerkosaan. Mengingat Karin sering kali berlaku kasar dengan pria yang Ia temui.

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang