Chapter 6: Jordan's Suggestion

1.5K 141 17
                                    

HARRY

Aku masih setia menemani Kayga dirumah sakit untuk melihat bayi-bayi Shopie dan Jordan. Dia tidak henti-hentinya menyentuh pipi, kaki, dan tangan milik Troy dan Quinee--nama bayi-bayi mereka-- yang kini berada di box bayinya. Sesekali Kayga tersenyum lalu merenung kemudian tertawa lagi saat melihat Troy menguap.

Aku tau bagaimana perasaan Kayga sekarang. Dia pasti merasa iri dengan Shopie.  Shopie sudah memiliki seorang anak, bahkan dua. Wanita akan menjadi sempurna jika dia sudah bisa melahirkan seorang anak untuk suaminya, begitu kata orang-orang--mungkin aku juga  berpresepsi seperti itu, tapi hanya sedikit. Karena jujur, aku juga sangat mendambakan seorang anak dikehidupanku, sama seperti yang di inginkan Kayga.

Aku kini duduk di sofa ruangan rawat Shopie bersama Jordan dan Louis, sementara Emma duduk di kursi sebelah ranjang Shopie. Mereka--Jordan dan Louis--juga menatap ke arah pandanganku yg menuju Kayga.

"Kalian sangat beruntung." ucapku berusaha berbisik agar hanya Louis dan Jordan yang mendengarku. Aku merasa mereka berdua menoleh secara bersamaan ke arahku walaupun pandanganku masih tertuju pada Kayga.

"Hal apa yang kau artikan dengan beruntung?" Tanya Louis.

"Kalian memiliki anak-anak calon penerus bisnis kalian, tapi aku? Aku hanya bisa berdoa dan berdoa, tapi tuhan tidak pernah mengabulkan--"

"Belum." sela Louis membuat aku mendengus pelan.

"Aku memiliki saran untukmu, jika kau memang benar-benar ingin memiliki seorang anak," ucap Jordan yang otomatis membuat aku menoleh ke arahnya.

"Bukan bermaksud mempengaruhimu untuk menghianati Kayga--tapi ada baiknya jika kau mencari seorang wanita yang bisa memberikanmu seorang anak." sambungnya membuat Louis protes jika hal itu akan menyakiti hati Kayga. Aku belum merespon apapun mengenai saran Jordan. Sarannya masih dicerna oleh pikiranku.

"Jangan mempengaruhi Harry Jord!"

"Sudah kubilang bukan bermaksud mempengaruhinya. Aku hanya ingin membantu dia akan masalahnya yang sampai saat ini belum memiliki anak,"

"Kau tidak harus menceraikan Kayga untuk mendapatkan anak. Kau hanya perlu mencari wanita yang tepat untuk menanamkan benihmu. Intinya, kau hanya meminjam rahimnya untuk mendapatkan anak. Kau bisa membayarnya untuk itu,"

"Itu hanya sebatas saranku jika kau tidak ingin mengadopsi seorang anak dari panti asuhan." tutup Jordan. Aku dan Kayga, mungkin lebih tepatnya Kayga pernah menyarankan untuk kami mengadopsi seorang anak dari panti asuhan, tapi aku menolak. Aku tidak bisa menyayangi anak yang memang bukan darah dagingku.

Aku semakin masuk dalam ucapan Jordan, dan kini aku mengerti. Aku hanya perlu mencari seorang wanita, bernegosiasi dengannya, menanamkan benihku, menunggu hingga anakku lahir, saat lahir barulah aku akan memberikan uang yang banyak untuk wanita itu. Saran yang cukup menggiurkan untukku. Tapi, apa aku tega pada Kayga?

"Aku mungkin cukup setuju dengan Jordan sekarang. Seperti kasus yang pernah terjadi di salah satu film India. Tapi kau harus membicarakan ini terlebih dahulu pada Kayga, agar dikemudian hari tidak ada penyesalan." saran Louis lagi.

"Jika kau tertarik, aku bisa membantumu mencarikan wanita yang tepat." ucap Jordan seraya menepuk pundakku sebelum berdiri dan menghampiri Shopie.

Jordan sungguh membuatku dilema dengan sarannya. Aku sangat ingin memiliki anak kandung, dan saran yang Jordab tawarkan cukup menarik dan kupikir akan berhasil, tapi di satu sisi aku tidak bisa menyakiti Kayga. Jika seandainya pun aku membicarakan rencana ini padanya, kemungkinan dia akan setuju. Tentu setuju, karena dia tidak mungkin membuatku kecewa walaupun perasaannya dipertaruhkan.

Aku menghela nafas sebelum berjalan mendekatinya.

"Sayang, bagaimana jika kita pulang sekarang. Ini sudah malam, biarkan Shopie istirahat dan kau juga harus istirahat. Kau boleh kembali lagi besok." ucapku dengan sangat lembut. Dia mencium kedua pipi Troy dan Quinee.

"Sepertinya kami harus pulang sekarang, kami tidak ingin mengganggu waktu istirahatmu." ucapku pada Shopie dan Jordan. Kayga mendekat ke arah Shopie dan memeluknya sebentar. Setelah acara pamitan, kami langsung pulang dan disusul oleh Louis dan Emma

Kami berjalan beriringan, sementara Louis dan Emma berada dibelakang kami. Sesekali Kayga mengusap bahunya dan memeluk tubuhnya sendiri. Aku yang memang pria lumayan peka, akhirnya melepas jassku dan menyelampirkannya dibahu Kayga.

"Terimakasih sayang." ucapnya disertai senyuman manis yang selalu membuatku tergila-gila dengannya. Aku membukakan pintu mobil untuknya setelah kami sampai di parkiran. Dia lagi-lagi berujar terimakasih.

***

Kayga sudah terlelap dalam tidurnya satu jam yang lalu, sementara aku sendiri masih kalut. Masih menimang-nimang ucapan Jordan beberapa jam yang lalu. Haruskah aku mencobanya? Aku benar-benar menginginkan seorang anak, jika menunggu Kayga hamil, entah sampai kapan itu akan terjadi. Bahkan dokter pun berkata jika ia tidak bisa hamil, dia mandul. Tapi ibu selalu mengatakan bahwa keajaiban bisa terjadi dan yang kulakukan hanya harus menunggu. Tapi sampai kapan? Hingga aku berjalan menggunakan tongkat dengan rambut yang telah memutih? Jika benar, maka itu sangat gila!
Beberapa kali aku mengubah posisi tidurku, merasa gelisah. Aku menatap wajah Kayga yang begitu damai dan cantik. Dia selalu cantik dalam keadaan apapun.

Dan setelah beberapa menit kegundahan menyelimuti hatiku. Aku bergegas bangkit, duduk di ranjang dan meraih ponsel di nakas lalu mencari kontak Jordan seraya berjalan ke arah Balkon.




"Hallo! Jordan, kurasa aku tertarik dengan saranmu tadi."

******

Hehehe sorry gantung dan pendek. Tapi janji besok bakalan update lagi.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT. UNTUK SILENT READERS, GUE PASTIIN BAKALAN HANTUIN KALIAN MELEM-MALEM 😎

Harry's Wife // Hendall (Sequel of Harry's Girlfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang