Chapter 14: Always My Fault

1.5K 149 21
                                    

Warning: Short Chap!!!

KAYGA

Hanya tinggal menunggu sekitar dua minggu lagi hingga aku melahirkan. Semua telah kami siapkan sampai barang-barang yang akan kami bawa ke rumah sakit sudah kami packing dalam sebuah koper besar. Hanya untuk berjaga-jaga saja jika seandainya aku melahirkan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dokter Diana.

Namun hari ini, aku akan mengikuti senam khusus ibu hamil untuk mempersiapkan persalinan nanti. Beruntung Harry libur untuk hari ini dan dia bisa menemaniku kesana.

Aku sudah berdiri di ambang pintu keluar dengan membawa tas yang berisi handuk dan pakaian ganti.

"Harry cepatlah! Nanti aku ketinggalan bagaiamana?" Rajukku. Aku rasa sejak aku hamil, Harry mengerjakan sesuatu lebih lama dari aku. Baik itu saat mandi atau bersiap-siap. Atau mungkin aku yang menggunakan waktu terlalu cepat, entahlah.

"Aku sudah siap nyonya besar," dia datang dan langsung menggandeng tanganku, namun aku menepisnya dengan kasar.

"Apa kau baru saja mengatakan jika aku gendut, begitu?" Ucapku dengan nada sedikit menyentak. Apa dia tidak tau bagaimana rasanya membawa tiga bayi dalam tubuhku sekaligus? Dan dia dengan entengnya mengatakan walaupun secara tidak langsung jika aku gendut. Ya, ku akui berat badanku naik dengan drastis, tapi apa dia harus bicara seperti itu?

"Eh? Tidak sayang, maksudku tidak seperti itu, astaga! Maksudku kau adalah nyonya di rumah ini, jadi aku memanggilmu nyonya besar," dia berusaha menjelaskan dengan panik.

"Kau memanggilku besar lagi? Aku tau aku gendut, tapi kenapa kau mengatakan seperti itu? Aku membencimu Harry!!" Aku mendahuluinya memasuki mobil, aku membanting pintu mobil dengan cukup keras.

Harry berjalan menyusulku sembari menjambak rambutnya. Setelah memasang seatbelt, mulutnya baru saja ingin terbuka sampai aku menghentikannya.

"Cepat jalankan mobilnya!" Ucapku ketus. Dia tidak menyanggah atau menanggapi ucapanku dan lebih memilih menuruti apa kemauanku.

"Harry, cepatlah sedikit menjalankan mobilnya! Aku sudah terlambat lima menit dari waktu semestinya," ujarku saat dia menjalankan mobilnya dibawah kecepatan 80km/h.

"Harry jangan terlalu cepat! Kau mau membunuhku dan calon bayi kita?! Sekarang turunkan kecepatannya!" Omelku saat dia menjalankan mobilnya bagaikan seorang pembalap.

"Sayang, bukankah kau yang tadi memintaku untuk menambah kecepatannya?"

"Tapi aku hanya mengatakan 'sedikit'. Bukan menambahnya terlalu drastis hingga diatas batas normalnya!" Aku bingung dengan Harry. Sekarang dia mulai tidak pernah mengerti keinginanku. Apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan apa yang aku mau.

Sesampainya ditempat senam, aku langsung turun dari mobil.

"Harry, bawakan barang-barangku ya!?" Tanpa menunggu persetujuannya terlebih dahulu, aku memasuki gedung itu terlebih dahulu.

Semua ibu-ibu hamil sudah berbaris dan melakukan beberapa gerakan ketika aku datang. Sudah kutebak, aku pasti akan terlambat. Ini semua karena Harry. Aku menghampiru Amanda yang menjadi instruktur senamnya.

"Emm maaf Amanda, aku terlambat. Tadi ada sedikit masalah," ucapku menghentikan gerakannya dan membuat dia mendekatiku.

"Tidak masalah nyonya Styles, mari kuantar ketempatmu," dia mengantarku hingga aku menemukan tempatku yang berada tiga baris dari depan. Lumayan banyak ibu-ibu yang mengikuti. Mungkin sekitar 20 orang.

Dia kembali ketempatnya dan kami memulai gerakan. Aku sempat melirik kebelakang dimana ada Harry yang baru saja datang. Dia nampak kesusahan membawa barang-barangku yang lumayan banyak. Dia menduduki sofa dan bergabung dengan para suami lainnya yang mengantar istri-istri mereka.

...

HARRY

Belakangan ini aku memang sedang berusaha melatih kesabaranku yang tengah di uji oleh Kayga. Gelar kesalahan selalu melekat padaku, walau sebenarnya dia sendiri pun terkadang salah. Mungkin faktor kehamilannya membuat emosi dan mood-nya selalu berubah-ubah.

Aku masih setia menunggunya hingga dua jam sudah berlalu. Para suami yang juga menunggu istrinya sama sepertiku terlihat mengantuk, terbukti dari mereka yang sudah beberapa kali melebarkan mulutnya. Aku berusaha berada jauh dari jangkauan mereka agar tidak tertular menguap seperti mereka--perlu di ingat menguap-pun bisa menular.

Mereka--maksudku para ibu hamil--saat ini sedang mendapatkan sedikit ceramah dari instruktur senam mereka. Sepuluh menit kemudian, rombongan itu terpencar berjalan mencari suaminya masing-masing.

"Harry, ayo pulang! Aku lelah," ucapnya dan langsung keluar mendahuluiku. Lalu untuk apa aku membawa semua barang miliknya jika dia saja tidak memakainya?

Aku menghela nafas, berusaha sabar dengan tingkah lakunya yang menurutku kelewat mengesalkan. Bagaimanapun juga dia kini sedang mengandung ketiga bayi kami, yang mana itu pasti tidak mudah untukknya.

Dia bersidekap dikursi penumpang saat aku sudah memasuki mobil. Aku bergegas menjalankan mobil dengan perlahan.

"Harry aku mau pulang!" Ujarnya. Tanpa dia katakanpun tujuanku memang ke rumah kami. Aku tidak menanggapi ucapannya, hanya merasa takut jika aku salah bicara dan dia kembali marah tanpa sebab.

"Harry kenapa kau diam? Bahkan kau tidak menanggapi ucapanku," Lagi, dia merajuk seperti saat aku mengatakannya Nyonya Besar. Padahal maksudku saat itu hanya menganggapnya istimewa di rumah kami.

"Memang aku harus berkata apa?" Tanyaku sesabar mungkin. Ini ujian Harry! Kau pasti bisa melewatinya.

"Setidaknya tanyai aku apakah aku lelah se-usai senam? Atau apakah aku ingin pulang atau tidak?" Bukankah tadi dia sudah mengatakan jika dia lelah dan ingin pulang? Lalu untuk apa aku bertanya lagi jika aku sudah mendengarnya sendiri sebelum aku sempat bertanya. Bukankah itu boros kata?

Tapi untuk membuatnya senang, aku terpaksa melontarkan pertanyaan yang ingin ia dengar.

"Jadi... apa kau lelah sayang?"
"Kenapa kau bertanya lagi? Tentu aku lelah! Kau tidak lihat aku yang berpeluh-peluh seperti ini! Kenapa kau bodoh Harry! Kenapa bertanya lagi!" Di menunjuk bagian pelipisnya dan lehernya yang terlihat basah. Astaga, bukankah dia sendiri yang menyuruhku untuk sekedar bertanya?

Oke baiklah. Wanita selalu benar, lelaki selalu salah. Ibu hamil selalu benar, suami selalu salah. Jadi aku sebagai laki-laki dan sebagai seorang suami memang benar-benar salah.

Dia tidak bersuara lagi hingga kami sampai di rumah. Aku membukakan pintu untuknya agar dia tidak marah lagi padaku.

"Terimakasih sayang," dia mengecup pipiku sebelum memasuki rumah. Lihat? Mood-nya berubah drastis seperti itu. Aku menyusulnya yang sudah berjalan ke arah kamar kami.

"Aku mandi dulu ya sayang," ucapnya. Aku mengangguk lalu membaringkan tubuhku di ranjang. Memang kepergian kami barusan hanya menghabiskan sekitar tiga jam, tapi aku merasa seperti tiga tahun.

Entah harus berapa tahun lagi aku habiskan hari-hari seperti ini. Disalahkan, dimarahi, di diamkan oleh Kayga.

Tapi berapa tahun lagi-pun akan tetap aku lalui demi dia dan bayi-bayi kami.

****

Sorry ya baru update.

Thanks untuk feedback kalian.

BTW, ada yang mau bikinin cover untuk cerita ini?

Harry's Wife // Hendall (Sequel of Harry's Girlfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang