jaga sore waktu itu tenang tenang aja. pasien baru berdatangan membuat waktu terasa sangat cepat. pukul 18.00 sebelum ngasih obat sore hari aku sholat magrib dulu di ruang yg sudah disediakan. saat wudhu udah kerasa banget ada yg menyenggol dan memainkan air hingga muncrat keman mana dan membasahi seragamku.
diruang perawat yg dikhususkan untuk sholat terasa sangat lain. terasa hembusan angin dari arah belakang dan pintu dibelakangku membuka dan menutup tanpa ada suara seseorang.
" eh.. td yg masuk keruang sholat siapa yaa.. ?". tanyaku pada martina dan iis. mereka menggeleng, meta yg saat itu jaga juga menggeleng.
" tuh pintu dari tadi ketutup lo len.. aku dr tadi disini". jelas mbak sinta yg saat itu memang berdiri terus didepan ruang untuk sholat.
dari arah kanan datang dua orang keluarga pasien. dari samping terlihat dua orang menuju kami. mereka sangat ramah dan tersenyum, namun begitu berhadapan salah satunya hanya mempunyai setengah badan.
" sust..". sapa seorang ibu setengah baya. aku hanya tertegun melihat yg disampingnya. bener bener setengah badan. separuhnya seperti tergencet sesuatu yg berat. seperti habis dilindas.
" iya bu.. kenapa?". jawab iis begitu aku terdiam.
" pergi !!". kataku spontan. dan tanpa aku duga ibu setengah baya itu sangat marah dikira aku mengusirnya. dia complain habis habisan.
" maaf yaa bu.. bukan maksudnya begitu". kata iis berusaha memberi penjelasan.
" len.. jelasin donk". kata mbak sinta yg saat itu juga disana.
" jelasin gimana?? jelasin kalo aku liat yg sama dia cuma separuh badan gt???". kataku ikut emosi.
'brruuggg !!!' ibu itu tiba tiba pingsan setelah mendengar ucapanku.
" nah.. malah pingsan..". kata martina dari belakangku.
" eh tolongin.. cepet angkat!!". kata mbak sinta. aku juga ikut membantu.
selang beberapa menit keluarga ibu itu datang. saat sadar ibu itu menangis meraung ga karuan.
" dia kenapa??". tanyaku lirih.
" km sih len..". jawab iis.
" aku kenapa??". tanyaku bingung.
" mbak.. yg mbak liat apa.. ini bukan mbakk??!!". tanyanya ke aku dengan histeris. dia menunjukkan foto didompetnya padaku. iyaa memang sama. dia yg kulihat... aku hanya diam. keluarganya menggeleng padaku. tapi ibu itu memaksaku bicara jujur.
" bilang !!! tolong... bilang...!!! mbakk... kenapa diam..". bentaknya malah menjadi. keluarganya samar samar menggeleng supaya aku ga bicara apapun.
4 bulan yg lalu ternyata mereka kecelakaan. suaminya yg menyetir didepan terlempar dari mobil dan terlindas tronton. sedang anaknya mengalami patah tulang kaki karena tergencet dibagian depan.
ibu itu merupakan keluarga dari direktur utama rumah sakit. direktur utama yg memegang semua cabang rumah sakit ini.
" mampus km len.. ". kata iis karena melihat aku yg ga bisa ngontrol diriku sendiri.
" kok aku sih..". jawabku bingung.
" km ga tau ya.. dia itu udah ke psikiater berkali kali buat terapi karena kehilangan suaminya.. dia kayak orang gila menganggap suaminya masih ada.. ". jelas iis.
" truss ... salahku dimana?". tanyaku blom bisa menemukan benang merah antara kejadian itu sama kata kataku yg bikin dia syok lagi.
" duwhh elen.. km itu bikin dia histeris lagi". kata iis menjelaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Final Chapter
Hororlamaran arga membuatku semakin yakin jika dia adalah seseorang yg tertulis di lauhul mahfuz untukku. ta'aruf adalah jalan terbaik yg akan kita lalui. namun semua tak semudah yg kita inginkan. dukungan sahabat terbaik dan teman baru makin membuatku y...