Keesokan harinya setelah sholat subuh terdengar beberapa suara diatas atap rumah haris. Seperti hujan kerikil.
" kemasi barangmu.. cepet!!!". Ucapku membangunkan haris. Dengan masuk memakai mukena aku berlarian mengambil barangku sendiri.
" hah?? Kenapa??". Tanyanya masih terduduk diatas tempat tidur.
" ayoo riss!!!". Bentakku menyadarkan dia kalo aku tidak bercanda. Arga tanpa berkata apa apa langsung mengemasi barang dan membantu haris berkemas.
" sudah sudah.. ini aja ayo pergi!!". Ucap arga tak ajdi mengemas barang yg lain. Haris masih terlihat bingung dan mengemasi laptop dan barang barang yg menurutku ga penting.
Makin keras terdengar diatap rumah suara suara kerikil berjatuhan.
" kurang ajar!!". Ucapku mengumpat.
" siapa?? Yg kurang ajar?". Tanya haris masih bingung dengan mukanya yg kucel dan tai mata disekitar kedua matanya.. kupastikan mukanya masih tetap sama.
" mana kunci mobilmu... mana ris..??!!!". Bentak arga mengobrak abrik meja kerja haris.
" ini pada kenapa sih??". Tanyanya masih ga paham.
" km ga denger??!". Tanyaku lirih.
" apaan??!". Tanyanya bingung. Dia sama sekali ga denger suara diatap rumah.
Arga memegang lengan haris dan mengajaknya turun secepatnya ke garasi.
Kusentuh lengannya.. terasa dingin.. mukanya mulai memucat lalu dia terdiam di tempat duduk mobil depan. Arga menyetir dan membawa kita pergi dari rumah haris. Kutoleh kebelakang. Rumah itu seperti terlihat rumah yg megah sekali lain dari sebelumnya yg minimalis. Terlihat gerbang kokoh menjulang dikedua sisi. Tetangga haris terlihat berada di jarak yg cukup jauh dengan pekarangan rumah haris super luas yg tak biasa.
" laper sekali..". Ucapnya lirih.
" kenapa??". Tanyaku ulang.
" pengen makan". Ucapnya lagi dengan tenaga yg dipaksakan.
Ponselku berdering. Eyang meyuruh kami pulang malam ini. Kalau bisa jangan melewati jam 12 malam. Kami berhenti disebuah warung makan. Beberapa ibu ibu terlihat mempersiapkan warung yg terlihat masih baru saja buka.
" bu.. pesen makan.. ". Ucapku melihat menu yg ada.
Tanpa pikir panjang haris menunjuk setumpuk sisa tulang di nampan. Dan terus merengek memintanya. Ibu pemilik warung terlihat bingung.
" bu maav.. saya beli yg itu". Kataku mulai paham apa yg haris pengen.
" itu tulang non.. mau dibuang.. ada soto daging bentar saya ambilkan". Ucap ibu itu baik sekali dan langsung mengambilkan makanan untuk kita bertiga. Kuambil piring dan beberapa tulang di nampan lalu kuberikan ke haris.
" len.. kok gt?". Tanya arga tak setuju. Namun haris bereaksi lain. Dia mengambil sepiring tulang ditanganku dan mengunyahnya dengan lahap. Seperti memakan nasi tanpa kesulitan jika tulangnya keras. Aku dan arga saling pandang dan duduk mengapit haris disebuah bangku panjang diwarung itu.
" Ya Allah.. ". Ucap ibu itu saat melihat haris makan tanpa susah mengunyah tulang dari piring didepannya dan terdiam setelah meletakkan makanan yg dibawanya untuk kami.
" yamaraja jaramaya..Yamarani Niramaya.. Yasilapa Palasiya". Ucapku lirih dengan memegang leher belakang haris.
" len.. menjauh kamu!!!". Bentak arga sambil menyingkirkan tanganku dengan kasar. Aku hanya diam seperti tak sadar dengan yg barusan kulakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Final Chapter
Hororlamaran arga membuatku semakin yakin jika dia adalah seseorang yg tertulis di lauhul mahfuz untukku. ta'aruf adalah jalan terbaik yg akan kita lalui. namun semua tak semudah yg kita inginkan. dukungan sahabat terbaik dan teman baru makin membuatku y...