Kau tahu, semua orang menyimpan beberapa luka yang menyakitkan jauh di dalam hati mereka. Jika mereka bisa meneruskan hidupnya itu bagus. Tapi meskipun tidak bisa, mereka masih tetap hidup. Mereka jadi kebal dengan rasa sakit seiring berjalannya waktu.
"Oh oh i'm falling so i'm taking my time on my ride..." (Sebuah lagu milik Twenty One Pilots yang berjudul Ride).
Alarm ponsel mulai berdering, bertandakan pagi hari kembali datang. Kayla terbangun dari tidurnya, mematikan alarm, mengambil sebuah handuk dari hanger, dan langsung bergegas turun ke lantai dasar.
Seperti biasa, setiap ruang dirumah Kayla terlihat lengang, sunyi. Setelah mandi, Kayla menuju dapur. Ditemukan bi Yanti yang langsung menegurnya.
"Eh non Kayla, duduk non. Sarapan dulu." Bi Yanti menarik kursi mempersilahkan duduk.
"Mmm, nggak usah bi. Kayla langsung berangkat aja. Takut terlambat."
"Non? Kata mama, uang yang kemarin dikasih, udah habis belum? Kalau udah, nanti bibi minta lagi biar ditransfer."
"Bi? Bilang ke mama, Kayla nggak butuh uang."
Bi Yanti diam tak membalas. Karena sudah paham betul apa yang Kayla butuhkan adalah apa yang memang ia tidak pernah dapatkan.
"Berangkat dulu ya bi." Bi Yanti mengangguk senyum.
"Pak, ayo berangkat." Pak Rudi juga mengangguk, langsung mengendarai mobilnya.
Kayla memang terkenal di segani karena galak dan muka judesnya yang membuat takut teman-teman satu sekolah. Tapi tidak ia lakukan untuk karyawan dirumahnya, bi Yanti, maupun pak Rudi. Bahkan sebaliknya, ia sungguh ramah dan santun kepada kedua orang tua itu. Karena Kayla paham. Hanya bi Yanti dan pak Rudi lah yang peduli perasaan nya. Hanya mereka berdua yang mengerti.
*****
Insting Kayla akan takut terlambat benar-benar nyata. Kali ini jalanan padat karena macet dan masih belum bergerak. "Aduh, hari pertama mos lagi". Ya benar. Hari ini adalah hari pertama Kayla mulai bersekolah di SMA Taruna Bangsa, dan hari pertama menjalankan mos. Perlengkapan sudah disiapkan, meskipun belum semua. Karena begitulah Kayla, tidak mau terlalu peduli untuk mengikuti aturan.
"Pak, Kayla turun disini aja deh."
"Hem, gimana ya neng..."
"Nggak apa-apa pak. Toh juga sebentar lagi nyampe. Jadi Kayla nggak terlalu lama kan berjalannya?" Pak Rudi mengangguk.
Lantas Kayla keluar dari mobil, berlari lurus sebelum akhirnya belok ke arah kiri, sudah tidak ada macet sedikitpun. Kembali berjalan dalam hening di jalanan sepi yang sedikit lagi hampir sampai di sekolahnya.
Tidak lama, Kayla mendengar bising motor. Ia membalikan tubunya, ternyata benar! Ada seorang pengendara motor yang melaju sangat kencang seperti tidak mempunyai kendali. Tanpa sadar, bahwa posisi nya kini sudah benar-benar berada di tengah jalan. Tapi terlambat untuk menyadari nya. Kayla tetap berdiri pasrah di posisi tersebut sambil menutup seluruh wajah dengan kedua tangan nya.
Tubuhnya reflek hanya melakukan seperti itu, dan kali ini gemetar. Entah apa yang ada di pikirannya, ia benar-benar akan kehilangan nyawa nya saat ini juga.
3 meter.....
2 meter......
1 meter......
"CIIITTTT"
"BRAAKK!"
Suara hambrukan motor yang sangat kencang. Kayla menyudahi kedua tangan yang menutupi wajah, dan membuka kedua matanya, perlahan. Tubuhnya sama sekali tidak kenapa-kenapa. Tidak ada lecet, atau rasa sakit yang menimpa.
Jelas. Karena pengendara tersebut berhasil mengalihkan arah. Membelokan stank motor ke arah agar tidak menabraknya.
Dan sungguh jelas. Tepat disebelah kanannya, saat ini juga. Kayla telah melihat sebuah insiden fatal yang ia tak akan pernah mau melihatnya lagi. Sebuah kecelakaan tak terduga yang Kayla anggap 100% itu adalah salahnya. Karena nya, yang sudah berjalan ditengah posisi jalan raya seperti tidak mengetahui aturan.
Di pikiran lain, ia juga merasa pengendara itu salah. Karena bagaikan seorang pengendara dalam keadaan gila, mengendarai motor seperti penuh emosi. Tidak-tidak. Kayla kembali lagi pada pikiran pertamanya. Bahwa ia yang salah mengatas namakan semuanya.
Kayla mencoba mendekatkan diri. Walau sebenarnya sangat takut. Ia melihat sebuah motor mewah, kawasaki ninja 250R berwarna hitam. Yang sekarang sudah lecet dengan posisi tepat diatas kaki kanan si pengendara. Pengendara tersebut pria. Dengan helm yang masih melekat di kepalanya. Kayla tidak bisa melihat wajahnya, melainkan membuka sedikit jaket pria tersebut dan melihat bahwa...
Shocked. Betapa kagetnya Kayla saat mengetahui bahwa pria tersebut memakai seragam yang sama percis dengan nya. Terlihat pula nameteks yang menandakan SMA Taruna Bangsa dengan segaris nama, Reynand Demitrio.
Kayla menjauh, perlahan berjalan mundur tiga langkah, takut. Ia melihat suasana jalan yang sepi, dengan hembusan angin rindang, tak ada orang satupun.
Satu
Dua
Tiga!
Kayla berlari menuju arah sekolah. Terus saja berlari hingga menjauh. Dia tidak mau berlama-lama berada dalam insiden kecelakaan itu. Dia tidak mau ada satupun orang yang datang. Dia tidak mau ada satupun yang melihat, bahwa ia ada bersama kecelakaan itu. Nafasnya terengah, keringatnya mengucur panik membasahi pipi.
Hari ini. Dan saat ini juga. Kayla memang tidak kehilangan nyawanya. Tapi batin dan jiwa nya sudah tidak bisa dijelaskan lagi. Sudah tidak bisa tertolong lagi. Ia merasa bersalah, sungguh. Ia benar-benar bersalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/105484580-288-k437947.jpg)
YOU ARE READING
Seperti Musim yang Sementara [Completed]
JugendliteraturTepat ditengah malam mataku memejam Tapi tak ada yang kutemukan Debar juga binar saat irismu lenyap Entah karena kisah diantara kita yang telah lewat Atau esensiku bagimu yang tak lagi sama Aku menyelam diantara kalut pikiran Mencari jejak- je...