PROLOG

720 292 157
                                    

"Udah berapa kali Papa bilang, dengerin guru-guru kamu! Ikutin aturan sekolah!"

"Tapi semua nilai-nilai Kayla selalu memuaskan, Pa!"

"Percuma nilai kamu bagus, kalau kamu cuman bisa jadi anak nakal! Semua guru pasti akan memandang kamu jelek!"

"Kayla bukan anak nakal Pa! Kayla cuman pengen jadi diri Kayla sendiri."

"Sekarang bukti nya apa? Kamu harus buktiin ke Papa, bahwa kamu bisa masuk ke dalam kelas unggulan lagi! Kamu paham itu nggak?!"

Ini bukan pertama kalinya. Sudah terlalu sering hingga membuatnya muak. Ia sadar. Kalau ia terus beradu mulut akan percuma. Sebelum membuat emosi Papa nya semakin meningkat drastis, Kayla berlari menaiki anak tangga dan tak acuh menghiraukan Papa nya.

Kayla masuk ke dalam kamar dengan cepat, sambil menutup kembali pintu dengan membanting nya.

"Hei Kayla! Anak nggak tahu diri!" Papa nya masih saja sibuk mengomel meski Kayla sudah berdiam diri dikamar sekalipun. Hingga tak lama kemudian, akhirnya hening. Sudah tidak ada lagi omelan penuh emosi dari David, Papa Kayla.

Kayla menyampingkan gorden, membuka lebar kedua jendela kamar. Tetesan air mata sedikit mengucuri pipi. Kayla memfokuskan pandangan nya ke arah langit. Menatap awan, bulan, serta bintang yang selalu bersinar menghiasi malam.

"Karena hanya langit, yang selalu membuat mu merasa ada. Dan mengerti, ketika dunia menatapmu berbeda."

Ujar Kayla tersenyum, langsung menyeka air mata di pipinya.

Seperti Musim yang Sementara [Completed]Where stories live. Discover now