Bersama denganmu kadang membuat nafasku seakan berhenti, dan semua yang ingin aku sampaikan tak mampu menemukan suaranya. Kemudian dalam hening aku hanya berharap semoga tatapan mata ini bisa bersuara mewakili hatiku.
Dirumah Rey, mereka bertiga belajar matematika tentang bab yang memang rumit, yaitu logaritma.
Tante Marisa, mamanya Rey menyiapkan banyak cemilan serta minuman yang dingin dan segar. Tante Marisa sangatlah baik hati, jiwa sosial terhadap sesama pun tinggi.
"Ah, susah banget sih ni soal!" Gerutu Rey.
"Udah lo berdua kerjain aja dulu pelan-pelan, liat caranya dibuku catatan. Kalo masih nggak bisa juga ntar gue bantu."
Bagas menuruti perkataan Kayla, berbeda dengan Rey yang masih tidak mau usaha dan bahkan malah muak sendiri ngeliat soal-soal dari bu Sofi.
Melihat Rey seperti itu.
"Lo kenapa sih? Sini deh gue ajarin." Kayla bepindah tempat duduk disebelah Rey."Mulai dari nomor 1 ya."
"Hmm."
"Log 2 + log 18 - log 6 + log 5 - log 3 = Log 2 x 18 : 6 x 5 : 3 = Log 10 = 1."
"Ya itu mah masih gampang banget Rey, haha." Ujar Bagas meledek.
"Iya juga ya, itu mah gampang tinggal liat aja di buku catatan. Udah tau kan kalo + berubah jadi x, terus - jadi :"
"Kan tadi gue bilang, makanya dibuka dulu catatannya jangan langsung ngedumel." Kayla masih dengan sabar menasehati.
"Iya-iya elah, bawel lo."
Mereka bertiga mulai mengerjakan soal kembali, hingga akhirnya Rey menemukan kembali soal yang ia tidak mengerti.
"Kay, kalo yang ini gimana caranya?"
"Is itu mah dipangkatin dulu. 2 log 2 pangkat 2 x 2 pangkat 6 per 2 pangkat 4 = 2 log 2 pangkat 4 = 4."
"Kok bisa 4 sih hasilnya? Emang 2 sama 2 nya bisa dicoret?"
"Bisalah."
"Yauda oke, makasih."
Mereka lanjut mengerjakan soal, dengan posisi duduk yang masih bersebelahan. Bagas yang dari tadi tidak konsentrasi bahkan sudah tidak mood lagi mengerjakan semuanya. Hatinya sungguh tidak karuan, ingin rasanya cepat-cepat keluar dari situasi yang mencengkram batinnya seperti ini.
Mengerjakan soal yang hampir setiap menit menoleh ke arah Rey dan Kayla yang terlihat mesra tepat dihadapannya, membuat perasaannya ingin berkutik walaupun hanya mampu untuk bungkam.
Bagas juga nggak pernah ngerti, kenapa dirinya bisa menaruh perasaan untuk gadis yang masih harus diketahui sifat sebenarnya, yaitu Kayla. Karena ia masih tidak paham dengan sikap Kayla yang hanya acuh untuk Rey saja.
Sudah pukul 21:00 malam, ini sudah sangat larut bagi Kayla yang mungkin memang jarang keluar malam. Biasanya kan dia hanya mengekspresikan dirinya didalam kamar sendirian saat malam. Entah belajar atau sekedar bermain ponsel sambil berbaring atau bahkan menulis. Tapi malam ini, ia seperti berhasil keluar dari kandang. Walau ia sudah tahu, pasti akan ada perdebatan lagi ketika pulang nanti dengan David, karena ia tidak izin terlebih dahulu.
"Eh ayo pulang." Ajak Kayla seperti sedang membubarkan musyawarah.
"Ini udah malem, gue mau pulang ya." Ucapnya lagi dengan tangan yang mulai merapihkan buku-bukunya yang berserakan diatas meja untuk dimasukan kedalam tas.
"Lo pulang bareng siapa Kay?" Tanya Bagas.
"Bareng lo aja deh, lo bawa motor kan?" Lidah nya kelu tapi tetap ia katakan. Kayla berpikir kalau ia menelpon pak Rudi yang baru akan bergegas menjemput, pasti akan memakan waktu yang lama dalam perjalanan membawa mobil dengan daerah yang rawan macet ini. Jadi ia putuskan untuk tidak meminta jemput pada pak Rudi dan pulang bersama Bagas.

YOU ARE READING
Seperti Musim yang Sementara [Completed]
Teen FictionTepat ditengah malam mataku memejam Tapi tak ada yang kutemukan Debar juga binar saat irismu lenyap Entah karena kisah diantara kita yang telah lewat Atau esensiku bagimu yang tak lagi sama Aku menyelam diantara kalut pikiran Mencari jejak- je...