Chapter 4 - Masa lalu yg tidak pernah hilang 2

1K 108 0
                                    

Plaakkk

"apa yg lo bilang ke nyokap gw tentang gw hah, lo ngadu apa!!!" teriak gilang emosi, nisa menangis tanpa suara memegang pipi kanannya yg ditampar oleh gilang

"saya tidak mengatakan apa2" isyarat nisa dengan menunjuk mulut dan menggelengkan kepala

"O iya gw lupa, lo kan bisu!! Tapi gw tau akal licik lo, lo pasti kirim pesan ke nyokap gw kan kalo gw ke singapore sama karina, ngaku lo" ucap gilang sambil mencengkram kerah leher nisa, nisa meronta merasakan sakit dengan perlakuan kasar gilang

"saya tidak mengatakan apa2" jawab nisa lagi, air matanya sudah menetes entah seberapa banyak, bahkan usia pernikahannya baru hitungan 1 bulan dan nisa sudah menangis entah berapa sering.

"dasar pembohong gak tau diri! Udah syukur gw nikahi" ucap gilang, tanganya sudah terangkat hendak menampar nisa kembali sebelum suara kencang menginterupsi

"GILANG!!!!!!" ucapan seorang ibu paruh baya, gilang melepaskan cengkeraman tangannya dikerah baju nisa membuat nisa meluruh dilantai, kakinya begitu lemas, hatinya begitu sakit, ingin rasanya nisa lari dari rumah yg seperti neraka ini, tapi dia masih ingat dengan janjinya kepada almarhum ayahnya sebelum menikah.

Plakkk

"seperti ini kamu perlakukan nisa Lang! Dia salah apa, coba jawab ibu?" ucap ibunya emosi, kecewa karena anak satu satunya menjadi sangat kasar dan egois, ibunya membantu nisa berdiri.

"karena saya benci dia, dasar pengadu!!" ucap gilang dengan menatap sinis nisa yg berada dipelukan ibunya, nisa menangis karena sesak di dadanya

"asal kamu tau, nisa tidak pernah bilang apa2 sama ibu, tapi ibu lihat dengan mata kepala ibu sendiri saat kamu dan karina berada di Bandara singapore, sungguh ibu kecewa sekali terhadap kamu Lang. Ibu gagal sebagai seorang ibu" ucap ibunya gilang sambil menangis, nisa menatap lalu menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan ucapan wanita yg telah dia anggap sebagai ibunya itu

"mamah tidak salah, nisa yg salah karena tidak pintar menjadi istri, gilang pantas menghukum nisa mah, jangan marah sama gilang" tulis nisa, ibu gilang memeluk erat tubuh nisa dan kembali menangis

"Terbuat dari apa hati mulia kamu nak, kenapa kamu menyalahkan diri kamu sendiri atas apa yg terjadi sayang, ini memang keegoisan gilang yg memaksakan keinginannya nak" ucap wanita paruh baya itu lirih tapi cukup terdengar oleh gilang, gilang mendengus lalu pergi membanting pintu dan keluar dari rumah dengan mobil yg melaju kencang

"sudah mah, nisa ikhlas. Gilang anak mamah satu satunya, jangan sampai dia kehilangan sosok mamah sama seperti nisa" tulis nisa

"seandainya mamah boleh memilih, mamah ingin nisa yg berada diperut mamah dulu, bukan gilang nak" ucap ibu gilang lembut sambil mengelus rambut nisa dan mencium keningnya, nisa tersenyum lalu memeluk wanita itu lagi

***

"Mbak, mbak nisa....." sapa delisa, staff white sand Paradise Hotel memecah lamunan nisa

"halo" ucap nisa tanpa suara, tangannya melambai kearah delisa

"Gimana orderan kita kemarin mba, Bisa?" tanya delisa penuh harap, lalu senyumnya mereka setelah mendapat anggukan kepala

Nisa meletakan kotak besar berisi kue cantik bertema soft purple sesuai keinginan tamu hotel, delisa memandang takjub kue tersebut lalu memandang nisa

"waah mba nisa, sumpah ini cantik banget, jadi gak tega motongnya, bawa pulang aja ya" ucap delisa dengan berbinar melihat tart ungu dengan toping seperti bunga lili putih sesuai pesananan tamunya, membuat nisa tertawa

Love After Pain (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang