Chapter 10 - Maaf

1.1K 91 3
                                    

"Nisa, berjanjilah untuk selalu bahagia nak........" ucap ayah nisa yg sadar dari komanya setelah mendengarkan ijab nikah gilang dan nisa di dalam kamar rawatnya, nisa terlihat sangat bahagia akhirnya sang papa telah sadar

"gilang, tolong jaga anak oom. Hanya om yg anisa punya karena istri dan anak om tidak menyukai kehadiran nisa ditengah keluarga kami" ucap ayah nisa lirih sambil menatap menantunya, gilang hanya mengangguk.

Hari berganti, hampir satu minggu setelah didi sadar dari koma, kesehatannya sudah makin membaik. Nisa menunggu papahnya yg tertidur akibat obat yg dikonsumsinya

Nisa mendunga saat pintu kamar inapnya terbuka memunculkan wajah kakak tirinya dari balik pintu

"bagai mana keadaan ayah" tanya karin ke nisa

"sudah tidak mengeluhkan jantungnya lagi mba" isyarat tangan nisa menunjuk dadanya

"ooh, baguslah, aku harap kamu tidak ingkar janji bahwa kamu tidak akan mengusik kehidupan pribadi kami, aku akan mengundang gilang ke apartemenku, kami akan menghabiskan weekend ini bersama" ucap karin lagi, nisa mengangguk. Pintu terbuka lagi dan gilang masuk dengan wajah kaget karena melihat karin berada dikamar ini

"oh Gilang, sudah datang" ucap karin manis kearah gilang, gilang mengangguk terlihat diwajahnya tatapan rindu pada karin membuat nisa serba salah

"lang, aku minta maaf karena aku, kamu dan nisa bertengkar, tolong bilang nisa kalau kedekatan kita hanyalah sebagai teman tidak lebih. Aku tidak mungkin menjauhimu seperti permintaannya kepadaku tadi, mungkin nanti tapi tidak sekarang, maafkan aku" ucap karin sambil menangis, nisa kaget mendengarkannya begitu juga gilang yg terlihat menahan emosi.

"apa mau lo sih nis, udah gw bilang kita gak saling usik masalah pribadi kita dan lo beraninya mengancam karin seperti itu" ucap gilang emosi, tanpa sadar suaranya meninggi. kepala nisa menggeleng dengan air mata mengalir

"Nisa tidak mengatakan apa-apa kak" tangan nisa menjawab, kepalanya menggeleng lalu menunjuk karin sambil marah. Kepala karin yg tertunduk membuat orang tidak melihat seringai tipis dibibirnya

"tolong jangan bertengkar karena aku, mbak akan pergi dari hidup kamu dan gilang nis, mba berjanji" ucap karin kembali dengan wajah penuh kepalsuan. Nisa mendesis marah

"Jangan pernah lagi ganggu kehidupan pribadi gw sama karin, lo cuman gadis bisu pembawa sial!!!" ucap gilang terpancing emosi oleh kesedihan karin.

"Nisa........" suara lirih dari belakang nisa, nisa panik dengan ayahnya yg sedang memegang dadanya dengan nafas terengah engah. Nisa menggeleng

gilang yg tersadar keberadaan ayah mertuanya membuat wajahnya memucat melihat ayah mertuanya yg memegang dadanya

"tidak tidak tidak......... Papah............" teriak nisa tanpa suara, nisa mengguncang2 tubuh didi yg makin lemas, tidak diperdulikannya suster dan dokter yg berhilir mudik disekitarnya mencoba menyelamatkan nyawa ayahnya.

Nisa jatuh, semuanya gelap........

***

Sudah hampir 3 jam gilang duduk ditempat yg sama, matanya terus menatap bangunan 3 lantai yg didominasi oleh kaca, niatnya untuk masuk kedalam dan menemui seseorang yg selalu mengganggu pikirannya entah hilang kemana, gilang takut, gilang malu...

Gilang masih menimbang2 apa yg harus dia lakukan didalam mobil yg disewanya tadi pagi setelah dia mendarat di bali. Bisa dilihat betapa sibuknya restauran didepannya itu, hilir mudik pelanggan datang, lokasinya yg strategis dekat dengan pantai kuta dan bangunan yg dibuat nyaman membuat siapapun betah.

Love After Pain (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang