Lengan gilang dipegang erat menandakan dia tidak boleh pergi, gilang menoleh kearah pemilik tangan yg mencegahnya, gilang melihat air mata nisa mengalir dipipi mungil itu, sesaat gilang tertegun namun kesadarannya kembali dengan kekacauan hidupnya, tangan mungil itu dihempaskannya begitu saja
"Kak, nisa mohon demi papah...." isyarat nisa yg lagi lagi tidak dimengerti oleh gilang, nisa menulisnya dinote kecilnya. Gilang menghela nafas dengan dua pilihan dihidupnya
"tapi kakak tidak bisa nis, nisa tau kakak mencintai kakakmu, kakak menyayangi nisa sebagai adek" ucap gilang pasrah, kepalanya menengadah mengurangi sakit kepala yg dirasakanya. Gilang menatap sosok yg sedang koma diranjang rumah sakit, ayah dari nisa dan gadis yg dicintainya Karina, boss dari tempat dia bekerja
"Nisa berjanji tidak akan mengusik kehidupan pribadi kakak dan mba Karin, nisa melakukan ini hanya untuk papah" gilang membaca note itu lagi
"tidak bisa nis, keputusan kakak bulat" ucap gilang lirih penuh permohonan
"kalau begitu, dengan kekuasaanku sebagai ahli waris. Akan memecat kakak dari perusaaan dan menghentikan pengobatan tante nadine" wajah gilang menegang, dan meremas note yg dikasih oleh nisa.
"Fine!!" gilang tidak percaya dengan apa yg utarakan oleh nisa barusan, gadis yg dikenalnya dengan baik, yg sangat disayang oleh ibunya bisa melakukan hal itu, wajah itu menggambarkan rasa takut dan ketegaran bersamaan
"kalau lo berani lakukan hal itu, lo akan menyesal seumur hidup. Oke kita menikah bukan demi bokap lo tapi demi nyokap gw, dan jangan berani berani ngatur hidup gw, karena mulai hari ini lo hanya sekedar gadis bisu tanpa arti bagi gw" ucap gilang dingin lalu meninggalkan ruang ICU
"maafkan nisa kak, ini semua hanya untuk papah. Nisa juga sangat sayang sama tante Nadine" batin nisa, badannya luruh dilantai dengan air mata yg tidak henti mengalir.
***
"kamu kanapa nak? Mana istrimu?" tanya nadine, ibu gilang saat anaknya berkunjung kerumah ibunya sendiri
"lagi ada acara dengan teman-temannya bu" ucap gilang
"selalu seperti itu, istrimu juga masih menolak hamil lang?" ucap nadine, gilang mengangguk, gilang sebenarnya rindu kehadiran seorang anak. Tapi karin yg keras kepala menolaknya dengan alasan masih ingin berkarir
"kamu sudah 29 tahun loh nak, mau tunda sampai kapan?" ucap nadine sedih
"entahlah bu, lagian karin masih sering pergi. kalau nanti kita punya anak kasihan anak kami terlantar" alasan gilang, nadine hanya terdiam memandang anak bungsunya iba.
"bu......" panggil gilang ragu
"kenapa?" jawab nadine dengan perhatian
"gilang ingin minta maaf kepada nisa bu" ucap gilang lirih sambil memainkan cangkir tehnya, nadine terdiam diseberang meja pantry tempat mereka duduk. Lalu menghela nafas
"kenapa baru sekarang nak? Sudah delapan tahun anak perempuan ibu kamu buat menderita, entah dimana dia sekarang?" ucap nadine menatap sendu gilang membuat gilang makin muram
"gilang ketemu nisa di inggris bu, nisa hanya diam saja saat melihat gilang. Gilang sadar luka yg gilang kasih ke nisa sangat dalam" ucap gilang sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya
"dulu nisa begitu dekat dengan kita nak, mengganggap kita sebagai keluarganya, penopangnya saat ibu dan kakak tirinya hanya bisa melukainya. ibu kangen rengekan dia saat minta kue muffin kesukaannya" ucap nadine sambil tersenyum mengingat nisa yg dulu sangat dekat dengan dirinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Love After Pain (Pending)
RomanceWARNING : PENDING (JANGAN DIBACA YA, ENTAR BERASA DI GANTUNG) Anisa, gadis bisu nan cantik jelita yg harus merasakan sakitnya pernikahan yg tidak dia inginkan hanya agar ayahnya sembuh dari sakit Tapi bagi seorang Gilang, Anisa adalah duri tajam dal...