Mendekati bel pulang sekolah, Zafran mengambil alih kelas dan berdiri di depan. Kebetulan ini adalah jam wali kelas mereka, Bu Ida—guru biologi—jadi Zafran memiliki waktu banyak untuk menyampaikan beberapa pengumuman. Matanya menyisir seisi kelas. Memberi kode agar semuanya berhenti berbicara supaya dirinya bisa menyampaikan pengumuman.
"Okay, jadi gini. Tanggal dua puluh nanti, bakal ada acara tujuh belasan. Jadi OSIS mau ngadain beberapa lomba," Zafran akhirnya berbicara. "Pertama, ada lomba estafet karet gelang. Kedua, lomba makan kerupuk. Ketiga, lomba mencari pita. Keempat, lomba giring bola pake terong."
Seisi kelas menatap Zafran dengan serius. Zafran menghela napasnya lalu menatap teman-teman sekelasnya. "Gua gak bakal nunjuk, tapi kita bakal undi."
"HAH?!"
Zafran tersenyum jahil. "Semua lombanya cewek cowok bisa sih tapi gua mau bagi aja. Gua punya tiga kotak di sini. Kotak ijo isinya nama cowok, kotak biru isinya nama cewek dan kotak putih isinya nama sekelas."
"Semoga bukan gua yang kepilih."
"Semoga nama gua lupa ditulis."
"Kaya mau ikut Hunger Games aja ya?"
Komentar-komentar mulai bermunculan seiring dengan tangan Zafran yang mengacak-acak kotak warna hijau. Hingga akhirnya dia mengambil beberapa nama dari sana. "Gua udah ambil lima nama cowok di sini. Ini buat lomba estafet gelang yang pesertanya sepuluh orang. Lima cewek, lima cowok."
Zafran mulai membuka gulungan kertas kecil itu satu per satu. Membuat para siswa laki-laki harap-harap cemas. "Gading, Candra, Yudha, Yosa, dan Hugo."
Tanpa pikir panjang, Zafran memasukkan tangannya lagi ke dalam kotak berwarna hijau dan mengambil beberapa nama lagi. "Ini buat lomba giring bola pake terong."
Zafran kemudian membuka gulungan kertas itu dan air mukanya berubah seketika. "Zafran."
Kelas itu tertawa seketika. Mereka pikir ketua kelasnya tidak memasukkan namanya ke dalam sana, tetapi kenyataannya tidak. Zafran tetap berlaku adil dan akhirnya namanya yang ia ambil sendiri.
"Sekarang gua pilih random," ucap Zafran sebelum akhirnya mengacak-acak kotak berwarna putih. "Buat, lomba makan kerupuk, Ferdian."
"Sekarang giliran cewek," ucap Zafran yang segera membuat teman-teman sekelasnya diam. "Gua bakal ambil enam nama sekaligus. Lima buat estafet karet gelang, satu buat ambil pita."
Zafran mulai mengacak-acak kotak warna biru dan mengambil gulungan kertas satu persatu hingga berjumlah enam buah. Dia segera membukanya. "Untuk estafet karet gelang. Hana, Resha, Naya, Geraldine, Afifah. Untuk mencari pita, Sandra."
Sandra menahan napasnya dan menatap Zafran dengan matanya yang membulat. "Gua? Ikut lomba?"
Naya menepuk bahu Sandra. "Make it sans. Gua juga ikut kok."
"Okay, buat nama-nama yang disebut, nanti pulang sekolah harap berkumpul di aula buat pengarahan," pungkas Zafran. "Satu lagi, lusa ada upacara tujuh belasan di lapangan sekolah jam tujuh. Jangan sampai telat."
Zafran kemudian kembali ke tempat duduknya. Tinggal lima menit lagi menjelang bel pulang sekolah, suara gemeresak mulai terdengar dari speaker yang ada di kelas. Sebentar lagi pasti ada pengumuman.
"Mohon maaf kepada bapak ibu guru yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena adanya sebuah pengumuman. Pengumuman ditujukan kepada anggota paduan suara, akan dilaksanakan latihan pada pukul dua di ruang musik untuk persiapan upacara kemerdekaan. Terima kasih."
Sandra meletakkan kepalanya ke atas meja. "Sibuk banget hidup gua!"
Naya tersenyum. "Nggak apa-apa, resiko calon anak famous."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy and His Lover
Teen Fiction[COMPLETED] [REVISI TYPO] Rendra pikir, sepertinya akan menyenangkan jika ia membuat Sandra terbang lalu menjatuhkannya ke dasar jurang. Apa Rendra berhasil 'bersenang-senang'? Copyright © 2017 by sarvio #58 TF [270817]