Suara jam yang berdetak di dalam ruang kelas ini semakin membuat pikiran Regha menjadi tidak keruan. Sandra dan Naya. Regha tahu mereka bersahabat, tapi dirinya menyukai Sandra. Namun Sandra masih belum bisa melupakan Rendra. Di sisi lain gadis itu juga tidak mau merusak persahabatannya dengan Naya. Ya, Naya sudah memulainya. Mulai mengungkapkan perasaannya kepada Regha dengan hal-hal kecil walau dia menggunakan nama orang lain dan setiap melihat gadis itu di sekolah, Regha merasa tidak enak. Bercampur aduk lebih tepatnya.
Regha menghela napasnya berat. Dia juga sudah tidak mengunjungi Sandra beberapa hari ini. Karena masalah perasaan itu, tidak berarti dia dan Sandra harus memutuskan segala hubungan yang ada di antara mereka bukan? Mata Regha beralih menatap jam yang ada di dinding kelasnya.
Lima menit lagi.
Lima menit lagi bel pulang sekolah berbunyi dan dia bisa pergi menjenguk Sandra. Dia tidak tahu gadis itu sudah kembali dari rumah sakit atau belum, Sandra tidak membalas pesan dan telfonnya sejak berhari-hari yang lalu. Hanya ada tanda centang di samping chatnya. Mungkin dia tidak memegang ponsel selama di rumah sakit, atau mungkin Sandra kehabisan kuota.
Sementara itu, masih berada di sekolah tetapi di ruang kelas yang berbeda, Rendra menatap langit biru dari jendela yang ada di sampingnya. Masalah yang sama juga dialami oleh laki-laki itu, hanya ada tanda centang pada chat yang ia kirimkan pada Sandra. Padahal biasanya ada dua centang sehingga ia tahu Sandra tidak mau membaca pesan darinya.
"Masih nge-galauin Sandra mulu lo?" tanya teman sebelah Rendra kali ini, Yusuf.
"Chat gua centang, kalo ditelpon nomornya enggak aktif," jelas Rendra.
"Mungkin dia lagi enggak punya kuota, atau mungkin hapenya mati, atau mungkin dia ganti nomor," sahut Yusuf memberikan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.
"Tapi dia kemaren udah balik dari rumah sakit."
"Mungkin ada hal yang bikin dia enggak bisa balik dari rumah sakit?"
Rendra menatap Yusuf geram. "Lo ngedoain Sandra kenapa-napa?"
"Ya... bukan gitu juga sih maksud gua," Yusuf mengusap tengkuknya. "Habis lo balik dari rumah sakit kan lo enggak tahu apa yang terjadi di sana."
"Iya juga sih." Nada suara Rendra melemah.
"Mending nanti habis pulang sekolah lo coba cari dia ke rumah sakit," saran Yusuf. "Kalo enggak ada coba cari di rumahnya."
"Iya deh, nanti gua coba cari."
~o~
Tanpa bertanya kepada resepsionis yang ada, dengan mantap Regha melangkahkan kakinya menuju ruangan yang seingatnya adalah tempat Sandra di rawat. Seikat bunga beraneka macam sudah ada di tangannya dan siap untuk diberikan kepada Sandra. Bukan sebagai ungkapan untuk perasaannya, tetapi sebagai ucapan agar lekas sembuh atau malah menjadi ucapan selamat jika Sandra sudah sembuh. Dengan mantap pula, Regha mengetuk pintu kamar itu dan kemudian membukanya namun akhirnya dia hanya diam mematung di depan pintu ketika orang yang berada di dalam sana bukanlah Sandra lagi.
Seorang pria tua dan keluarganya tampak menatap Regha dengan tatapan aneh, begitupula Regha yang terkejut dan merasa canggung.
"Maaf, saya salah ruangan," ucap Regha sebelum akhirnya melangkahkan kakinya mundur dan menutup pintu itu kembali.
Disaat yang bersamaan, Rendra muncul tepat di hadapan Regha. Ia juga membawa seikat bunga tetapi hanya bunga mawar berwarna putih saja yang ia bawa. Mereka saling menatap selama beberapa detik sebelum akhirnya Rendra melangkahkan kakinya maju mendekati Regha.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy and His Lover
Teen Fiction[COMPLETED] [REVISI TYPO] Rendra pikir, sepertinya akan menyenangkan jika ia membuat Sandra terbang lalu menjatuhkannya ke dasar jurang. Apa Rendra berhasil 'bersenang-senang'? Copyright © 2017 by sarvio #58 TF [270817]