34. Bioskop

22K 1.3K 21
                                    


Dress biru.

Kemeja merah.

Kaos hitam.

Berulang kali Sandra berganti baju untuk mencari pakaian apa yang cocok untuk ia kenakan hari ini hingga membuat Franda menggelengkan kepalanya. Sudah bertahun-tahun dia tinggal seatap dengan gadis berambut sebahu lebih sedikit itu, tapi dia belum pernah melihat adiknya yang seperti ini. Adiknya itu benar-benar aneh hari ini. Entah dengan siapa dia akan pergi, tapi menurut Franda, tingkah Sandra ini benar-benar keterlaluan. Pasalnya, semua pakaian yang Sandra coba itu bukan milik Sandra, melainkan milik Franda.

"Pokoknya gue enggak mau tahu, nanti lo harus seterika ulang baju gue," ucap Franda tak terima adik perempuannya itu mengacak-acak lemari pakaiannya.

"Gampang," sahut Sandra masih sibuk berkaca memperhatikan penampilannya.

Franda mengernyit tipis, heran. Apa adiknya itu baru saja kerasukan setan? Pertama, dia bergonta-ganti baju sejak tadi. Kedua, gadis itu bahkan mau menyeterikakan pakaiannya. Franda merasa benar-beran ada yang tidak beres di sini.

"Lo enggak lagi demam kan? Atau lo habis makan racun sianida? Atau lo—"

"Gue waras, okay?" potong Sandra mengoreksi.

Franda akhirnya hanya bisa menghela napasnya. Biarlah seisi lemarinya diacak-acak oleh gadis itu asalkan gadis itu merapikannya juga nanti.

"Lo mau jalan sama siapa sih?" tanya Franda penasaran.

"Sama Rendra," jawab Sandra seraya tersenyum.

"Rendra mulu," sahut Franda sedikit sewot. "Kagak bosen lu?"

"Kalo gue pake yang ini gimana?" Sandra justru balik bertanya tanpa menjawa pertanyaan Franda terlebih dahulu.

Franda menatap Sandra dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu mendengus pelan. Semua yang gadis itu kenakan adalah milik Franda. Ripped jeans, kemeja hitam, sling bag biru dongker. Semuanya milik Franda. Sejujurnya gadis itu berat meminjamkan barang-barang itu kepada Sandra, terutama ripped jeans dan sling bag yang bahkan belum pernah ia pakai. Barang-barang itu baru datang kemarin sore dan Sandra sudah memakainya terlebih dahulu.

"Nice," komen Franda datar. "Jangan bilang habis ini lo juga mau pinjem sepatu gue?"

"Tahu aja." Sandra segera nyengir. Memamerkan jajaran giginya. "Gue pinjem flatshoes lo ya, bebs!"

Tanpa menunggu persetujuan Franda, gadis itu segera berlari meninggalkan kamar dan memakain flatshoes milik Franda. Kakaknya itu hanya bisa menggelengkan kepala. Biar saja adiknya itu senang kali ini. Selama dia memiliki adik, sepertinya Franda belum pernah membahagiakannya.

~o~

Karena ini adalah malam minggu, maka tak salah jika sedari tadi mata Sandra menangkap beberapa pasangan yang juga mengantri untuk membeli tiket di bioskop. Bibir gadis itu bergumam mengikuti alunan lagu yang diputar di sana, sementara jemarinya sibuk mengetuk-ngetuk layar untuk memastikan chat dari Rendra. Mereka datang terpisah kali ini, Rendra tidak menjemputnya karena beberapa urusan di kampus katanya. Tapi Sandra juga tidak masalah dengan itu. Melihat Rendra berkembang juga membuatnya senang.

"Sandra-wara!"

Suara yang familiar dan julukan itu segera membuat Sandra mengangkat tangannya dan melambai ke arah seorang laki-laki yang mengenakan kaos merah itu. Rambut Rendra yang lumayan panjang untuk ukuran laki-laki itu masih basah, membuat aroma mint bercampur dengan parfum khasnya. Cepat-cepat dia menghampiri Sandra dan tersenyum dengan lebar.

The Bad Boy and His LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang