Entah siapa yang menyebarkannya pertama kali, tapi kabar tentang Rendra dan Sandra jadian sudah menyebar ke seantero sekolah. Mungkin Shena, mungkin juga orang yang menguping pembicaraan Rendra dan Sandra ataupun Rendra dan Shena. Satu sisi baiknya, Sandra dan Rendra tidak pelru sembunyi-sembunyi lagi saat bertemu. Sedangkan sisi buruknya adalah, Shena akan lebih sering mengawasi mereka berdua. Menyebarkan mata-matanya dimana. Ya, tinggal tujuh hari lagi. Shena sudah menghitung tanggalnya betul-betul. Tinggal tujuh hari lagi dan semuanya akan berakhir. Rendra akan menjadi miliknya dan gadis bernama Sandra itu bisa ia apakan sesuka hati.
Mata almond Shena itu menatap ke arah salah satu meja kantin. Mangkuk mie ayam sudah ada di hadapannya. Sementara temannya, Rina, sudah duduk menikmati es teh manisnya sambil memainkan ponsel. Entah sudah berapa lama tangan Shena hanya mengaduk-aduk mie ayam itu tanpa mengangkat garpu dan memasukkan ke dalam mulut. Hatinya memanas, kesal, menatap meja kantin tempat Rendra dan Sandra berada. Rasanya dia ingin menarik Sandra ke halaman belakang sekolah dan berteriak tepat di depan wajahnya.
"Shen, daripada mie ayam itu lo aduk-aduk terus sampai jadi bubur, mending gua makan deh," ucap Rina yang mulai tak sabar dengan Shena yang sedari tadi tidak memakan mie ayamnya.
Shena menyodorkan mie ayamnya ke Rina lalu menyangga kepalanya menggunakan tangan. "Ambil gih."
Rina tersenyum. "Gitu kek dari tadi." Dia segera menyantap mie ayam itu.
"Rin, kalo lo suka sama cowok, terus cowok itu juga sama lo tapi jadiannya sama cewek lain, apa yang bakal lo lakuin?" tanya Shena tanpa melepaskan pandangannya dari Sandra.
"Ah, maksud lo itu pasti lo suka Rendra, dia juga suka sama lo tapi Rendra jadiannya sama Sandra kan?" tebak Rina.
Shena mengangguk.
"Ya menurut gua sih, lo harusnya minta penjelasan ke Rendra, dia maunya apa? Kenapa mainin perasaan lo? Kenapa dia enggak nembak lo tapi malah nembak Sandra?" jawab Rina. "Tapi, kalo dia suka sama lo, kenapa dia manis banget sama Sandra? Ya, just like kelihatannya dia sayang gitu sama Sandra."
Shena menancapkan garpu ke atas meja lalu menatap Rina kesal. "Rin, lo itu temen gua atau temen Sandra sih?!" pekik Shena kesal. Membuat Rina segera diam bergeming di tempatnya.
"Shen, lo serem ya kalau lagi marah?" celetuk Rina seraya melihat ke arah garpu yang menancap di meja itu.
Tanpa menjawab, Shena segera pergi dari tempat itu. Mmebuat Rina segera berlari menyusulnya. Sementara itu, Rendra yang duduk di seberang sana menghela napasnya lega setelah Shena pergi. Berada di bawah pengawasan Shena membuat dirinya takut. Dia takut, akan terjadi sesuatu pada Sandra. Dia takut, saat dia tidak berada di sisi Sandra, Shena akan melakukan macam-macam. Rendra takut.
Kurang tujuh hari lagi. Setiap hari Shena mengingatkannya. Setiap hari Shena menagih janjinya. Setiap hari, Shena selalu mengawasi Sandra. Semua yang Rendra lakukan adalah untuk menyelamatkan Sandra dari Shena. Rendra tidak siap. Dia masih belum siap mengakhiri hubungannya dengan Sandra. Rendra benar-benar jatuh pada perangkapnya sendiri.
"Sandra?"
Sandra yang sedang menikmati bakwan goreng dengan soto itu segera menatap Rendra.
"Maaf," sambung laki-laki itu membuat Sandra mengerutkan dahinya bingung.
"Maaf buat apa?" tanya Sandra bingung.
"Apapun yang gua lakuin ke lo, gua minta maaf Sandra," jelas Rendra lalu meraih tangan Sandra dan menggenggamnya. "Gua nggak bermaksud ngelakuin itu. Sekali lagi gua minta maaf, gua sayang sama lo, Sandra-wara. Banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy and His Lover
Teen Fiction[COMPLETED] [REVISI TYPO] Rendra pikir, sepertinya akan menyenangkan jika ia membuat Sandra terbang lalu menjatuhkannya ke dasar jurang. Apa Rendra berhasil 'bersenang-senang'? Copyright © 2017 by sarvio #58 TF [270817]