"Do...Re....Mi...."
Suara mereka menggema seiring dengan tuts keyboard yang ditekan oleh Argo. Matanya terpejam dan dahinya berkerut. Otaknya mencoba mencerna setiap nada yang diucapkan oleh para anggota paduan suara itu. Mencara nada-nada yang kurang tepat alias fals. Mereka akhirnya sampai di nada terakhir. Mata Argo terbuka dan menatap seluruh anggota. Mencermati nada suara satu per satu yang mereka keluarga. Hingga matanya tertuju pada seorang gadis dengan rambut berantakan yang diikat asal di bagian belakang. Suara alto.
"Hey, kamu!" serunya sambil menunjuk gadis itu, Sandra. Membuat semua orang di dalam ruangan kedap suara itu segera terdiam.
"Ini do dua titik, bukan si satu titik!" ucap Argo kritis. Membuat Sandra segera mengigit bibirnya cemas. Dia hanya bisa diam.
"Ulang dari awal!"
Argo kembali memencet keyboardnya diiringi dengan suara keluh kesah dari lima puluh siswa yang ada di hadapannya. Ini sudah yang kelima kalinya mereka mengulang. Tenggorokan mereka sudah kering dan suara mereka sudah berada di level very-very low. Bisa-bisa mereka kehilangan suara dan berbicara dengan bahasa isyarat besok, tapi Argo tidak memperdulikan itu. Mereka semua mengulang dari awal lagi.
Tangan Sandra memegang teks lagu yang sedang digunakan untuk latihan, tapi bibirnya entah membunyikan apa. Bukan bernyanyi, Sandra hanya bergumam lebih tepatnya. Pikirannya menjadi tidak tentu sekarang. Apalagi dia sedang mengantuk berat sekarang. Kantong matanya itu tidak bisa hilang walau sudah ia kompres tadi pagi. Dia baru tidur jam tiga pagi karena chatting dengan Rendra.
"Hey, kamu!" seru Argo pada Sandra lagi. Wajahnya merah padam karena marah. "Bisa nggak konsentrasi sebentar saja atau saya coret kamu dari daftar festival lagu daerah nanti?"
Sandra mengusap tengkuknya. "Maaf Mas."
Melihat Sandra yang tidak fokus sedari tadi, membuat Regha yang berdiri beberapa orang dari Sandra menghampiri gadis itu. Berdiri tepat di sampingnya dan coba mendengarkan nada demi nada yang Sandra ucapkan. Regha tersenyum kecil. Semua nada yang Sandra ucapkan sumbang. Tidak bisa membaca not, itu tidak terlalu menjadi masalah, tapi setidaknya Sandra bisa mendengar bukan? Dia bisa menirukan apa yang temannya nyanyikan bukan. Ada apa dengan Sandra hari ini?
"Sandra?" bisik Regha di sela-sela lagu Lancang Kuning yang sedang dinyanyikan oleh teman-teman paduan suaranya.
"Iya kak?" sahut Sandra dengan wajah cengo mengantuknya.
"Nanti balik bareng gua ya?" ajak Regha seraya menatap Sandra sendu. Prihatin lebih tepatnya. "Ada sesuatu yang mau gua omongin."
Sandra hanya mengangguk lalu menguap. Dia benar-benar ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur dan menarik selimut sambil memeluk gulingnya.
~o~
Sekolah sudah sepi, tukang kebun saja sudah pergi kembali ke rumahnya. Hanya ada penjaga sekolah yang menunggu latihan paduan suara selesai untuk mengunci ruang musik. Rendra duduk di depan ruang musik itu. Menatap lapangan basket yang kosong sekarang. Biasanya ada anak basket yang sedang berlatih, tapi kali ini mereka sedang mengikuti suatu perlombaan. Entah kenapa dia ingin menunggu Sandra kali ini. Tidak ada progress dalam rencananya, bahkan Rendra tidak tahu gadis itu menyukai dirinya atau tidak. Apalagi setelah mengetahui semuanya, kebohongannya. Dia masih berbohong saat ini, mendekati gadis itu hanya untuk membalaskan dendam Shena dan jika Rendra berhasil, maka dia akan berbohong lagi pada Sandra.
Rendra membuka ponselnya untuk mengusir bosan. Membuka grup chat konyol dengan teman-temannya. Grup yang kadang-kadang berfaedah, walau banyak tidaknya.
PENYAMUN (6)
Unread messages below
Arya : Seru anjir!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy and His Lover
Teenfikce[COMPLETED] [REVISI TYPO] Rendra pikir, sepertinya akan menyenangkan jika ia membuat Sandra terbang lalu menjatuhkannya ke dasar jurang. Apa Rendra berhasil 'bersenang-senang'? Copyright © 2017 by sarvio #58 TF [270817]