Harry Styles - It's Time

731 58 5
                                    

***

Aku membenarkan tidur ku beberapa kali. Semua ini karena nya. Coba pada saat itu aku tidak mengiyakan kemauannya pasti semua ini tidak akan terjadi. Kenapa aku tidak bilang kalau aku ini paling anti sama yang namanya nonton film yang berbau horror. Pasti sekarang aku bisa tidur dengan tenang. Harry Styles. Dia adalah temanku. Kita memang sudah berteman sejak kita duduk di bangku smp sampai sekarang kita sudah kuliah. Entah apa yang membuat ku dengan Harry rasanya tidak dapat untuk di pisahnya. Maksudku, dia selalu saja satu sekolah dengan ku bahkan selalu sekelas denganku.

Aku merasakan mataku ingin menutup sekarang. Memikirkan nya membuatku bisa untuk tidur kembali. Ini sungguh sangat lucu. Dia yang membuatku begini, tapi dia juga yang membuatku bisa tertidur. God bless you, Harry.

***

Fatma!”

Teriakan seseorang yang berhasil membuatku menutup pintu lokerku. Aku membalikkan badanku dan menemukan Harry sedang berlari ala sinetron yang ada di film-film. Aku hanya memutar bola mataku dan langsung berjalan meninggalkan Harry. Mungkin karena dia dulu sempat di nobatkan menjadi pelari juara satu tingkat internasional, sekarang dia sudah berada di samping ku.

“Kenapa kau malah meninggalkan ku tadi? Seharusnya kau berlari ke arah ku, itulah yang aku lihat di film-film,”

Aku tersenyum sarkastik, “Bodoh. Kau hanya membuang waktu ku untuk mempermalukanku di depan orang banyak.”

Okay, I know. Tapi kenapa kau tidak menyapaku balik atau—“

“—Bisakah kita berhenti memperdebatkan ini semua? Maksudku, ini hanya membuang waktu saja, okay.” Potongku.

Akhirnya dia diam mengunci mulutnya rapat-rapat. Akhirnya, aku bisa terbebas dari ocehan nya hari  ini. Aku masih bingung kenapa ada orang yang secerewet dirinya? Perlu ku akui di cukup tampan, pintar, dan cukup populer di kampus. Tapi ke cerewetannya itu menutupi ke tampanan dan ke pintaran yang dia miliki.

***

From:  Mr. Cerewet

Temui aku di taman jam 8 pm.

H x

Aku melirik jam yang ada di dinding kamarku. Sudah jam 7 p—Wait. Satu jam lagi Harry akan menemuiku di taman. Mau apa dia? Ku harap ini hal yang penting. Dengan langkah malas aku beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi.

15 menit kemudian. Aku sudah bersiap-siap sambil mengikat tali sepatuku. Lalu berjalan ke luar rumah mengambil sepeda kesayanganku di garasi. Lalu meluncur ke taman tempat yang di tentukan Harry.

***

Aku menyapu pandanganku ke segala arah. Mencari dimana keberadaan orang yang menyuruhku untuk ke tempat ini. Pandanganku tertuju ke sebuah bangku taman yang mengarah ke arah danau. Aku berjalan ke arah bangku itu dan duduk di sana. Aku merogoh kantong celanaku untuk mengambil IPhone ku. Bermain games mungkin. Setelah ku yakin Harry tidak datang juga. Aku berdiri dari bangku taman itu. Lalu melirik jam tanganku. Mataku terbelalak, terlihat arah jarum jam sudah menunjukkan angka 9. Dan dia masih juga belum datang?

Saat aku ingin benar-benar pergi dari tempat tersebut tiba-tiba saja ada seseorang yang menutup mataku dari belakang lalu menyuruhku untuk mengikutinya. Aku sempat berteriak tapi orang itu hanya berkata kalau aku akan baik-baik saja.

Dia membawa ku ke sebuah tempat. Yang aku tahu sekarang adalah aku sedang berada di sebuah perahu kayu. Setelah ku yakin jika perahu itu membawaku ke tengah-tengah danau. Orang yang menutup mataku tadi langsung melepaskan tangannya dari mataku.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Aku terkejut dengan ini semua. Sampai-sampai aku menutup mulutku dengan kedua tangaku karena saking terkejutnya. Bagaimana tidak? coba kau pikiran aku sedang ada di sebuah perahu kayu yang terdapat di tengah-tengah danau yang di sekeliling mu terdapat banyak sekali lampion bertebangan. Dan di depanmu terdapat batu yang besar yang bertuliskan ‘I love you, Fatma’ lalu di kelilingi oleh lilin untuk meneranginya. This is so fucking awesome.

Aku membalikkan badanku dan melihat siapa yang membuat semua ini. Satu orang yang berhasil membuatku kaget lagi dan lagi. Dia, Harry.

“Apa yang kau lakukan? Mengapa kau membawaku kesini? Maksudku, aku tidak sedang berulang tahun, Har.” Ujarku tidak percaya.

Harry menatapku datar, “Ini bukan hadiah ulang tahun mu bodoh.”

Aku hanya bisa menunduk malu. Aku yakin pipiku sudah merah merona karenanya. Tiba-tiba Harry menggang kedua tanganku. Otomatis aku mendongakkan kepalaku. Dia menatap mataku dalam. Lalu tersenyum.

“Fat, kau tahu mengapa aku membuat ini semua? Dan apa maksud dari tulisan di batu itu?”

Aku menggelengkan kepalaku cepat, “Karena ini adalah waktu yang tepat untuk aku mengutarakan semuanya.”

Dia mengambil nafasnya,  “Kau tahu? Sejak dulu aku merasa kalau persahabatan kita ini akan berlanjut seperti ini. Aku juga tahu mungkin kita memang sudah di takdirkan untuk menjadi seperti ini. Dan entah mengapa perasahan ini tumbuh begitu saja, Fat. Aku mencintaimu.”

Aku terdiam untuk mencerna apa yang di katakan oleh nya. Dia mencintaiku? Ini tidak mungkin. Aku menundukkan kepalaku. Dengan cepat tangan Harry memegang dagu ku.

“Kau mau menjadi pacarku, Fatma?”

Tanyanya ulang. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kepadanya. Dia juga ikutan tersenyum mendengar jawaban dari ku.

Dan tepat di malam ini. Malam yang tidak akan pernah ku lupakan dalam hidupku. Dimana malam ini adalah malam pertama aku di tembak oleh seseorang cowok yang aku sayangi.

Dia,

Harry.

***

Fatma!! Akhirnya Oneshot kamu jadi juga yay! Maaf ya kalau menurut kamu ini jelek atau gimana. Soalnya juga baru bikin 1 jam yang lalu masa haha i hope u like it x

One Shot(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang