***
“Sita,”
Teriak seseorang dari belakangku. Tiba-tiba saja ada tangan yang memelukku, sontak membuyarkan lamunanku. Aku bisa mencium bau siapa ini. Bau yang bisa membuat siapapun ingin muntah ketika mencium bau ini.
“Harry! Sudah berapa kali aku memberi tahumu untuk jangan pernah memelukku dengan keringatmu itu!” teriakku ke seorang cowok berambut keriting yang ada di belakangku. Harry. Dia adalah teman—sahabatku lebih tepatnya.
“Oops! Maaf, tapi kau tahu tidak kalau aku sedang happy banget!” teriak Harry tepat di kupingku dan melepaskan pelukannya. Dan secara otomatis membuatku harus menutup kedua kupingku, jika aku masih menginginkan kupingku itu. Karena suara Harry sangatlah berisik.
Aku memutarkan bola mataku, “Oh. Paling juga karena kau menang pertandingan basket lagi kan?” tanyaku menebak. “Bukan!” balasnya. Lalu aku membalikkan badanku menghadap ke arahnya, “Lalu apa?”
“Kau tahu Holy kan?” tanyanya kepadaku. Aku mengangguk, “Ya. Memang kenapa?” Holy adalah wanita yang cukup terkenal di sekolahku ini. Kenapa? Karena dia cantik, kaya, dan terlebih lagi dia adalah ketua cheers di sekolahku. Jadi, apa ada alasan jika aku tidak mengetahuinya?
“Dia mengajakku ketemuan sepulang sekolah nanti!” teriaknya bersemangat. Aku membeku. Dadaku terasa sangat sesak. Aku tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Bagaimana tidak? Harry, dia adalah orang yang selama ini aku sayangi. Aku mulai menyukainya saat aku dan dia menjadi sahabat. Entah dari mana rasa itu datang.
“Hey, sit? Kau kenapa?” tanya Harry khawatir sambil melambaikan tangannya di depan wajahku. Dan seketika aku terbangun dari lamunanku. “Um, yeah, i'm fine.“ ucapku menyakinkannya.
Akhirnya dia tersenyum karena mengetahui kalau aku tidak apa apa. Lalu dia menyengir dan tiba tiba,
Muah!
Dia mencium pipiku kemudian berlari, “Okay! Nanti tunggin aku di kelas ya!” Teriaknya tanpa ada rasa bersalah. Aku hanya mematung di tempat. Aku bisa mendengar degup jangtungku sendiri. Sangat kencang. Aku benci denganmu Harry.
Aku tidak tahu maksud Harry itu apa. Aku tidak pernah mengetahui apa maksudnya. Dia dengan seenaknya menciumku padahal tadi dia baru saja menjatuhkanku dari langit ke tujuh lalu jatuh ke tanah yang sudah berisi jarum yang sangat tajam. Sakit.
Tapi bagaimana pun juga aku tidak bisa membencinya. Aku tidak tahu. Akhirnya aku mengikuti perkataan Harry, yang menyuruhku untuk menunggunya di kelas. Mungkin ia ingin meminjam pr fisikaku. Dasar pemeras.
***
Sesampainya di kelas, aku bisa merasakan jika banyak orang di sini sedang memperhatikanku. Aku tidak peduli dengan hal itu. Karena aku sudah terlalu sering di perlakukan seperti itu. Semua itu karena aku adalah orang terdekat Harry. Banyak yang iri denganku karena itu.
Kakiku mulai melangkah kearah meja yang biasanya ku duduki bersama dengan Harry. Tapi tiba-tiba aku menangkap satu tatapan yang ternyata itu adalah tatapan dari Zayn. Dia adalah musuh Harry. Itulah yang aku tahu, tapi dia juga sama terkenalnya dengan Harry. Karena Zayn adalah kapten futsal di sekolahku.
Aku tersenyum kepadanya, tapi tiba-tiba dia malah membuang muka dariku. What? Apa maksudnya? Mengapa dia sangat menyebalkan sekali? Oh Sita, biarkan saja. Akhirnya aku duduk di mejaku, dan hanya berjarak beberapa meja didepan tempat duduk Zayn.
“Hi,” sapa seseorang di belakangku. Aku membalikkan kepalaku, dan ternyata dia Harry. Aku tersenyum kepadanya. “Kenapa kau?” tanyanya ketika aku melihat exspresi Harry yang sangat senang. Harry tersenyum licik, “Ada deh, rahasia!”
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot(s)
Historia Corta[Closed Request!] "I don't have time to worry about who doesnt like me, im too busy loving the people who love me." - unknown [#11 ShortStory]