Niall Horan - Back To December

1K 86 36
                                    

***

Terduduk di lantai. Melihat kearah jendela. Berharap kau kembali. Tanpa terasa aku selalu menangisimu sepanjang hari. Air mata ini terus menerus mengalir. Padahal aku baru saja belajar untuk mencintaimu. Tapi semua itu terlambat.

Entah apa yang telah kupikirkan selama ini. Mengapa aku baru bisa mencintaimu ketika kau pergi dari kehidupanku? Apa aku terlambat untuk itu?

Akhir-akhir ini aku tak bisa tidur. Terjaga, membayangkan kepergianmu. Menangisimu. Aku baru tahu bagaimana rasanya sakit. 

Mungkin ini hanya harapan. Mungkin sekedar mimpi. Namun jika kita saling mencinta, Aku bersumpah akan mencintaimu seperti seharusnya.

Aku masih ingat saat kau memberikan ku mawar setiap paginya. Selalu ada di depan pintu rumahku. Terdapat ucapan ‘Good Morning’ disana. Tapi kubiarkan semua nya layu begitu saja. Aku tahu, aku jahat. Aku memang sangat jahat.

Mungkin ini adalah karma. Karma untuk ku. Karena aku selalu tak pernah menganggapmu. Bukan karena aku tak menyukaimu. Bukan karena aku tak mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Tapi entah ada apa denganku. 

Aku tahu waktu itu aku tidak meneleponmu. Aku tidak memberikan ucapan ‘Happy Birthday’ untukmu. Malah aku tak datang ke acara ulang tahun mu. Aku tahu aku memang salah.

Ku telah ludah ku sendiri. Berharap kau di depanku sekarang. Lalu aku meminta maaf atas semua kesalahan ku kepadamu. Semua nya.

Kapan aku bisa bertemu dengan mu lagi? Kau pergi tanpa ada ucapan selamat tinggal. Tanpa sepatah kata apapun. Tanpa kecupan terakhir, tuk akhiri kebersamaan kita. Aku tahu apa yang terjadi di antara kita. Aku sangat mengetahuinya.

Kuberi kau ruang agar kau bisa sedikit bernafas. Kumenjauh agar kau bisa bebas. Ku berharap kau dapat menemukan kepingan yang hilang itu. Yang kan membawaku kembali kepadamu. 

Apa kau tahu? Jantungku berdebar sangat kencang. Ketika mengetahui semua itu. Aku langsung berhenti bernafas. 

Waktu seperti berputar.Segala yang kita lewati bersama. Tentang kau dan aku. Semua hilang seperti di telan bumi. Tapi takkan kubiarkan semua itu berlalu begitu saja. 

Tiap hari aku telah mati karena menantimu. Menunggu kau membawakan bunga setiap paginya. Dengan ucapan-ucapan manismu. Menunggu kau meneleponku untuk mengajakku kencan, dan aku berjanji. Aku takkan mengucapkan kata ‘tidak bisa’ lagi. Aku bersumpah. 

*Flashback On*

Gita,” 

Gumam seseorang di belakangku sambil memelukku dari belakang. Aku menghentikan pekerjaanku. Lalu membalikkan badanku. Terpampang jelas cengiran cowok berambut blonde itu, Niall. Kekasihku. Aku tersenyum tipis kepadanya.

Kenapa, Ni?” tanyaku sambil melanjutkan pekerjaanku yang tadi. Mengetik. Aku memang sedang banyak tugas sekarang. Sangat. 

Tidak. Aku hanya ingin mengajakmu jalan. Kau bisa?” tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya. Bagaimana aku harus menjawabnya? Jika aku berkata jujur aku takut di kecewa kepadaku. Tapi jika aku berkata berbohong, yang ada tugas ku ini tak dapat terselesaikan dan aku akan di keluarkan dari kelas besok.

Hmm.. Niall,

Yang dipanggil menengok. Lalu dia memberikan tatapan seperti ada-apa-kau-memanggil-ku. Aku tak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya. Aku tak mau membuat wajah yang tadi nya terlihat begitu bahagia. Lalu aku merusaknya.

Niall, sebenarnya aku mau jalan bersama mu. Tapi kau lihat?” aku menuntuk kelayar laptopku. Dia melihat kearah yang ku tunjuk. “Aku sedang banyak tugas untuk besok. Aku tak bisa jalan bersamamu, Ni. Tapi bukan karena aku tak ingin. Aku sangat mau. Mau sekali malah. Tapi—“ 

One Shot(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang