***Lintang tidak pernah tahu, bahwa kesialan akan terus mendatangi seseorang secara bertubi-tubi. Nasib sial yang ia pikir telah berakhir, ternyata meleset dari perkiraannya. Bagai sebuah sinetron, apa yang ia sebut sebagai musibah mengatakan bahwa segalanya masih terus berlanjut. Mungkin untuk beberapa hari ke depan. Bersambung, sampai sang penulis skenario muak dengan alur kisah yang begitu-begitu saja. Lalu secara sepihak, akan menamatkan serialnya.
Dan menurut Lintang, skenario dalam hidupnya masih panjang.
Ia masih harus menjalani alur yang seperti ini, untuk waktu yang lama. Dan kehamilan yang menderanya, akan membuat jumlah episode itu kian bertambah. Kriteria jenis cerita yang biasanya disukai oleh masyarakat Indonesia, biasanya selalu berkutat dengan kerumitan yang sebenarnya mampu disederhanakan. Namun sebagai peraup keuntungan, biasanya, tim produksi sengaja mengulur waktu.
Mungkin, sama seperti yang Lintang rasakan sekarang ini. Saat ia pikir bahwa tugasnya hanyalah menghilangkan ingatan mengenai hari mengerikan itu, Tuhan menunjukan Kuasa-Nya dengan mematenkan bahwa Dia Sang Maha Mengetahui segalanya, telah menyiapkan takdir lain untuk Lintang. Dan bertindak sebagai Umat yang patuh, apa yang Lintang bisa selain menerimanya dengan tangan terbuka.
Jadi, setelah memastikan Dennis benar-benar tertidur nyenyak, barulah Lintang bergegas menuju kamar mandi. Mual yang sedari tadi ia tahan demi menghindari kecurigaan Dennis, segera ia keluarkan. Ia tak mau Dennis curiga. Serius, Dennis memiliki insting yang lebih peka dari sekadar alat pendeteksi gempa. Maka dari itu Lintang mesti benar-benar menjaga sikap agar terlihat seperti biasa saja di hadapannya.
Rasa mual yang ia alami semakin menjadi-jadi saja sekarang ini. Padahal, ia telah melumuri hidungnya dengan minyak kayu putih. Tetapi rasanya tak begitu membantu. Kepalanya semakin rajin berdenyut semenjak ia mengetahui masalah yang ada di tubuhnya.
Ia bukan menderita penyakit. Bukan pula karena asam lambungnya yang bergerak meningkat. Demi Tuhan, ia sama sekali tidak sakit.
Sebagian besar manusia dibumi ini akan menganggapnya sebagai berkat, tapi bagi wanita yang mengalami nasib serupa dengan Lintang, maka berita yang disampaikan dokter terdengar seperti tiupan sangkakala di siang bolong. Begitu mengejutkan. Dan yang Lintang inginkan adalah mengubur dirinya sendiri di dalam tanah.
“Mbak beliin susu aja ya, Lin?” Farah berada di belakang Lintang. Semenjak tadi, Farah terus memperhatikan adik iparnya itu. Melihat bagaimana interaksi Lintang kepada Dennis. Dan menyaksikan sendiri, beberapa kali Lintang tampak mengembungkan pipinya menahan mual. “Kamu bisa pingsan lagi kalau terus nahan-nahan mual gitu. Walau nggak ada yang di keluarin, ditahan-tahan juga malah bikin kamu makin pusing lho, Lin.” Ia menasehati pelan. Berdasarkan pengalamannya pagi tadi, Lintang pasti akan meledak kalau ia terus menerus merongrong wanita muda itu.
Setelah membasuh wajahnya dengan air, Lintang meraih ujung pakaian yang ia kenakan dan kemudian mengeringkan wajahnya dengan itu. “Mbak ‘kan tau, aku nggak suka susu.” Semenjak kecil, Lintang memang tak menggemari susu, ia lebih menyukai jus daripada minuman sehat seperti susu formula tersebut. “Nggak enak banget tapi muntah terus gini. Asem ih, rasanya.” Lintang menjelaskan. “Terus, setiap nunduk kepalanya jadi sakit, Mbak.” Keluhnya lemas.
Farah mengangguk, ia mengerti benar bagaimana rasanya itu. Selain sebagai dokter kandungan, Farah jelas pernah mengalami hal itu terlebih dahulu sebelum ia dinobatkan menjadi seorang Ibu. “Trimester awal memang gitu, Lin. Wajar sih kalau Mbak bilang.” Tetap menjaga ucapannya, Farah tak ingin mengingatkan Lintang mengenai wacana aborsi yang diinginkan adik kandung suaminya itu. Lagipula, ia masih belum mengetahui pria mana yang telah membuat Lintang berbadan dua tersebut. “Tapi kalau gini-gini aja, nanti kamunya yang sakit, Lin. Coba aja yang rasa buah ya? Sekarang udah banyak macamnya kok.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Taste (COMPLETE)
ChickLitLintang pikir, itu adalah cinta. Namun kehadiran Adam membuatnya sadar bahwa tidak semua rasa yang kita anggap sempurna adalah romansa. Tetapi Dennis menolak mundur dari perasaannya. Ia perjuangan rasa yang berdentam di dada sekalipun tabu mengirin...