chapter 9

3.9K 313 10
                                    

1 minggu setelah jungkook sadar..

   Aku senang saat melihat kau terbangun namun aku juga kecewa saat menyadari kau tak bisa melihatku-taehyung
.
.
.
Jungkook pov

Sekarang aku adalah seorang tunanetra. Menyedihkan memang. Aku tidak bisa melihat. Segala yang aku lihat hanya berwarna hitam, tanpa warna lain. Semuanya gelap. Aku tidak buta sejak lahir, tapi karena kecelakaan. Saat itu, aku masih ingat sekali, hari dimana aku baru saja selesai menjual lukisanku adalah hari dimana untuk terakhir kalinya aku melihat dunia dengan warna – warni isinya.

Saat aku sudah sadarkan diri, kedua hyungku sudah ada di sampingku,tak hanya mereka teman temanku dan kerabatku pun ada disana. Suara mereka dekat dan aku yakin mereka berbicara padaku.
Aku tak menangis ataupun marah pada tuhan, karna ku pikir untuk apa menangisi yang sudah tuhan kehendaki. Berbeda dengan hyungku mereka menangisi kebutaanku dadaku sesak mendengar isakan mereka namun jika aku ikut menangis kedua hyungku pasti akan bersedih apalagi kedua orangtuaku yang sudah tenang di atas sana.

Dirumah, aku harus terbiasa berjalan merambat di dinding agar tidak menabrak sesuatu. Awalnya aku mengeluh. Aku selalu mengeluh setiap malam. Kenapa harus aku yang kehilangan kedua mata? Kenapa harus aku? Rasanya hidup dalam kegelapan tidak mengasyikan, dan aku selalu merasa kesepian. Aku merasa putus asa. Setiap kali hendak mau melangkah, ada satu juta kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan itu bisa saja aku tidak menabrak apapun dan aku bisa melanjutkan langkahku, atau aku menabrak sesuatu, menabrak seseorang, mungkin saja menginjak sesuatu, atau lebih parahnya lagi, mungkin saja di depanku sekarang ini ada sebuah lubang kematian, sehingga tanpa sadar aku bisa terperosok kedalamnya.

Mungkin aku terlalu berlebihan tapi memang seperti itu rasanya. Melangkah pun aku ragu–ragu.
Aku merasa diriku ini hanya sendiri, Aku butuh penuntun.
    Diam–diam, ketika hendak tidur aku menangis terisak–isak. Tangisku tersendat – sendat. Aku berpikir, saat aku menangis harapanku untuk bisa melihat bersinar terang. Hanya saja kegelapan datang kembali dan membuat semuanya kembali sunyi dan hitam.
Suatu hari, jin hyung mengelus rambutku dan berkata.

“jungkook ah apa yang kamu lihat, sayang?” Aku murung mendengar pertanyaan hyungku, aku menggelengkan kepala.

“Tidak ada apapun yang bisa dilihat, hyung” kudengar jin hyung menghela nafas.

“Kau ingin melihat lagi, kook?”

Aku tercekat. Apa bisa? Apa bisa aku melihat lagi warna – warni ciptaan Allah? ,aku bisa melihat Bintang? Aku pun mengangguk.

     Dan beberapa hari kemudian jin hyung membawaku kesebuah rumah sakit mata terbesar di daerahku.
Aku diperiksa secara mendalam oleh ahlinya. Dalam hati aku berdoa semoga mataku bisa sembuh dan dapat melihat lagi.

Namun sayangnya, Allah berkehendak lain. Dokter berkata mataku tidak bisa disembuhkan dengan operasi, hanya bisa disembuhkan dengan donor mata. Tapi siapa yang akan mendonorkan kedua matanya padaku? Dokter berkata donor mata di rumah sakit tersebut sedang kosong,jika pun ada mata yang akan didonorkan padaku, apakah jin hyung sanggup dengan biaya yang tak sedikit? Aku kembali mengeluh dalam diam.

  aku dan jin hyung pulang dengan tangan hampa.
Kudengar tae-hyung sudah antusias bertanya pada jin hyung mengenai pengobatan mataku.

     "Hyung, apakah jungkook bisa sembuh? " Jin hyung diam begitupun aku.

  "Yak, jungkook bagaimana dengan matamu? "

"Gwenchana hyung, mataku bisa sembuh" Aku tersenyum miris sambil meremas tangan jin hyung yang sedari tadi menggenggam tanganku.

   "Akhirnya, tapi caranya bagaimana?"

"Donor mata"

"D.. Donor mataa? " kudengar tae-hyung tergagap. Sudah kuduga tae-hyung akan shock mendengarnya.

   "Donor mata biayanya mahal lagi pula donor matanya pun sudah kosong. Jadi tak perlu melakukan pengobatan untukku, aku tak apa tak bisa melihat, asalkan kalian tetap berada di sampingku" Berat memang berkata seperti itu, namun mau bagaimana lagi aku tak mau membuat kedua kakakku kembali bersedih. Sudah cukup Bulan Bulan lampau aku membuat mereka selalu menangisi kondisiku.

   Tak ada suara, namun kurasakan tangan yang merengkuh tubuhku. Aku tersenyum membalas rengkuhan yang kuyakin itu adalah rengkuhan tae-hyung.

   Dia terisak, aku berusaha membuatnya tenang. Bahkan kini jin hyung ikut menangisiku lagi dan lagi.

  

Pov end

-
-
-

Adikku adalah hidupku
Karena alasanku bertahan adalah dirinya
Dirinyalah cahaya yang bisa kulihat di hitamnya hidup yang kuhirup
Dirinyalah yang bisa kutatap.
Aku tiada ingin kehilangannya
Tiada ingin berpisah dengannya
Karena dia adalah nyawa kedua
Setelah kematian orangtuaku
Mati karena di bunuh oleh kejamnya takdir.
Adikku adalah harapanku
Aku sudah menjadi hitam arang
Yang kupunya sekarang hanya sakit di sudut hati
Aku ingin hidupnya lebih baik dariku.
Appa dan eommaku sudah mati beberapa tahun lalu
Mati karna takdir rasa sakit yang memotong hati
Di telan sakit yang tiada obat
Iya hidup dan takdir bersekutu untuk menghancurkan keluargaku.
Saat kulihat adikku sekarat
Ku mengiba pada hati yang mati
Yang kudapat hanya kecewa
Yang kudapat hanya hitamnya kenyataan.
Adikku tidak boleh merasakan pahit
Adikku harus tetap menjadi manusia
Tuhan kumohon bantu aku
Bantu aku menjaganya
Bantu aku membahagiakannya.
Aku selalu akan mendoakannya
Meminta secercah harapan putih untuknya
Tuhan maha tahu akan segalanya
aku percaya itu.
Aku sangat menyayanginya
Aku rela hancur deminya
Demi mereka keluargaku yang masih tersisa
Demi amanah eomma dan appaku.
Eomma doakan aku di sini
Di sini ku berpijak di tanah kering
Kuratap pahitnya hidup yang setia memasuki nafasku
Berharap yang namanya keajaiban itu datang.
Memberikan kesembuhan untuk adikku jungkook dan kelancaran untuk adikku taehyung yang mendapatkan beasiswa kuliah.

    Adikku, aku berjuang demi kalian, aku mengeluh untuk kalian, aku semangat karna kalian. Karna kalian nyawaku, kalian nafasku, kalian berlianku.

Pov end

    Ramainya kendaraan tak membuat jin tersadar kealam yang sesungguhnya. Ia masih melamun dengan sesuatu yang di pegangnya. Disini ia terduduk sendiri, menunggu bus yang akan mengantarkannya pulang.

  Dua katung plastik hitam itu Setia berada di tangannya. Sampai bus datang dan menyadarkan lamunannya.

Sesampainya ia di depan rumah, matanya menangkap sang adik bungsu tengah meronta ronta menggapai sesuatu di dalam lemari dapur.

   "Kau sedang apa? Ingin ku bantu? " Jin berusaha tak terdengar menyedihkan di hadapan sang adik.

  "Bantu lah, sudah setengah jam aku ingin mengambil toples susu, hyung" Jin menggigit bibir bawahnya keras.

   Tangannya meremas kantung plastik yang ia pegang tadi.

   "Akan ku bantu" Jungkook tersenyum, tubuhnya mundur ke belakang memberikan ruang untuk jin yang akan membantunya mengambilkan toples susu itu.

  "Kemana taehyung?" Tanya jin sambil meletakan toples susu itu di atas meja.

   "Dia berangkat untuk bekerja part time, hyung"

  Jin mengangguk, tersenyum lalu mengelus surai hitam milik sang adik.

"Hyung"

"Ne"

"Aku ingin keluar"

"Tapi ini sudah malam"

"Hyung" Panggil jungkook lirih.

"Baiklah"

Kapan aku berhenti menyusahkan? _jungkook

TBC

don't cry hyung!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang