Different fate

10.8K 1K 59
                                    

Ruangan megah bernuansa eropa tersebut terasa sepi dan hening bagi Irene yang terlihat tak nyaman berada di ruang keluarga, walaupun nyatanya terdapat banyak orang disana.

Kakak tiri irene, Jung Krystal yang sekarang bermarga Bae sedang bertengkar dengan kakak tertuanya, lelaki berparas tampan bernama Chanyeol, didepan televisi.

Mereka berdua memperebutkan remote yang Krystal genggam dengan erat. Chanyeol ingin menonton pertandingan bola, sedang Krystal  bersikeras ingin menonton drama. Hal klasik yang sering terjadi antara saudara kandung tentunya.

Ya, saudara kandung. berbeda dengannya yang tak memiliki ikatan darah dengan keduanya.

Ayahnya Bae Siwon bercengkrama dengan Tiffany, ibu tiri Irene dan ibu kandung dari kedua kakaknya.

Mereka semua terlihat bahagia, hanya Irene yang tidak merasakan kebahagian disini.

"Irene.. "

"a-h, ya Papa?"

"Kau kenapa melamun terus? Oh tunggu pipimu kenapa merah begitu?"

Irene tersenyum canggung, ia menggeleng pelan"ah ini alergi tadi aku salah pakai pelembap, dan aku hanya sedikit mengantuk pa.. "

"Kalau begitu istirahatlah, kau pasti lelah dengan sekolahmu hari ini. Dan lain kali lebih hati-hati memakai kecantikan ya?"

Irene mengangguk, ia beranjak berdiri meninggalkan ruang keluarga"Kalau begitu aku pergi kekamar dulu "

Siwon mengangguk, dengan tersenyum manis pada putri tersayangnya"Hm, good night my princess"

"Baechu, good night tidur yang nyenyak. Dan jangan pakai pelembap aneh-aneh. kau sudah sangat cantik mengerti? " ucap Chanyeol, kakak tirinya yang memang sangat menyayanginya dengan tulus, tidak seperti Krystal yang memang membencinya.

"ah iya Kak Chanyeol"Mendengar ucapan Chanyeol barusan tanpa sadar membuatnya jadi tersipu malu. Krystal yang melihatnya mendesis sebal dalam diam.

"selamat malam, Irene sayang. Cepat sembuh lain kali jangan ceroboh okay? " ingat Tiffany dengan tersenyum licik padanya

Irene hanya tersenyum canggung membalasnya, dengan terburu-buru ia melenggang pergi ke kamarnya.

Sesampainya dikamar, Irene segera mengunci pintunya dan membenamkan wajahnya dibantal. Dia terisak dalam diam.

Irene menatap cermin disampingnya, pipinya memerah. Ia mengusap pelan pipinya tersebut, Ini bukanlah karena alergi pelembap seperti yang ia katakan pada ayahnya.

Tapi ini ulah ibu tirinya. wanita itu menampar Irene hanya karena tidak sengaja menumpahkan teh yang ia bawa untuknya.

Mengingatnya kembali membuat air mata Irene tak terbendung.

Irene tidak tau harus berbuat apa.  Terkadang ia selalu berkhayal untuk mempunyai keluarga sederhana bersama ibu dan ayah, dengan hidup penuh cinta dan kebahagiaan.
Karena baginya, semua kekayaan yang ia miliki tidak dapat membuatnya bahagia sama sekali.

-

Dimalam yang semakin larut segerombolan anak muda berjumlah sekitar lima orang dengan satu orang perempuan, terlihat berlarian dijalanan kota Seoul. Mereka terlihat tergesa-gesa seperti sedang dikejar seseorang.

"Yakk!! Cepat Jaewon kenapa kau lelet sekali seperti siput. Aish aku saja bisa lari lebih cepat darimu!"

Jaewon terengah-engah menyusul Jisoo, si gadis bermulut pedas yang mengatainya yang saat ini berlari didepannya.

"Yakk kau pikir gitar ini tidak berat huh? Kau tidak membawa apapun"gerutu Jaewon kesusahan membawa gitar.

Jisoo dan temannya yang lain memasuki sebuah gang sempit, disana terdapat sebuah rumah kecil yang langsung mereka masuki kedalam.

Twins ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang