4. Angin

179 4 0
                                    

Angin mendengar aku berceloteh dalam hati

Tentang rindu, resah gelisah tak berujung

Tentang cinta, nikmat tak enak penuh ragu

Tentang rasa, benda tak kasat yang selalu kucari tahu

Tentang kamu, mahluk yang tak pernah kukenal secara utuh

Angin, udara yang memenuhi sekitarmu

Angin, menerbangkan semua,

Menyampaikan celoteh dalam hatiku, padamu

***

"Payah banget," ucapku pelan pada diri sendiri.

Jemariku mengusap lembar berisi puisi ini. Perlahan. Menyusuri gurat-gurat tinta yang membentuk deretan aksara.

Sekali lagi. Kubaca barisan kata-kata itu sekali lagi.

Di sini aku mengutarakan rindu. Resah gelisah yang tak berujung.

Aku tau, ini rinduku yang kesekian kalinya.

Rinduku yang masih saja membuat resah. Rinduku yang masih saja membuat gelisah. Membuatku tak enak untuk melakukan apapun.

Setelah berkali-kali rindu, sepertinya rindu ini tak pernah habis.

Setelah berkali-kali diusir, sepertinya rindu ini tak pernah pergi.

Rindu ini seakan-akan tak pernah berakhir.

Dan... di sini aku mengutarakan cinta. Ya ampun. Tau apa aku soal cinta waktu itu?

Ah, iya. Nikmat tak enak penuh ragu.

Aku ingat. Perasaan ini rasanya bermacam-macam. Manis, getir, asam. Semua lebur jadi satu. Ragu. Aku ragu mana rasa yang lebih dominan. Maniskah? Atau malah getirnya?

Aku juga masih tak tau bagaimana perasaanku padamu. Dulu, sekarang, atau nanti.

Seandainya aku tidak melibatkan perasaan-perasaan ini, aku mungkin tak akan menciptakan jarak. Aku tak akan menciptakan ini. Aku juga tak akan mengenalmu sebagai orang yang seakan dekat tapi sebenarnya asing. Aku bisa saja benar-benar mengenalmu.

Ah.

Selalu ada penyesalan ketika membaca ini semua.

Biar kukatakan,

Menyukaimu adalah kesalahan yang kuciptakan sendiri. Yang pahit manisnya harus kunikmati sendiri. Yang sisa-sisanya masih menyesalkan sampai detik ini.

...

Emosi & PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang