Seseorang bilang kalau di dunia ini selalu ada garis batas. Mungkin membatasi apa yang benar dan apa yang salah. Mungkin juga membatasi apa yang boleh dan yang tidak boleh. Tapi, yang aku tahu, garis batas itu benar ada di antara kita berdua. Untuk membatasi aku dan kamu.
Garis batas itu seringnya berbentuk hukum, aturan, norma baik yang tertulis maupun yang tak tertulis. Semuanya ada yang mengatur. Kehidupan sehari-hari kita diatur oleh norma agama, norma sosial. Kehidupan bermasyarakat kita diatur oleh hukum negara. Semua batasan itu dibuat oleh orang lain. Kalau kita bisa melakukan sesuatu di luar batas yang dibuat orang-orang, kenapa? Kalau kita mau membuat garis batas sendiri di luar batasan milik orang-orang, apakah salah?
Sesuatu yang ada di luar garis batas itu seringnya dianggap salah, berlebihan, tidak baik. Padahal baik dan jahat, salah dan benar itu gak ada. Semua tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Tak masalah melakukan sesuatu di luar batas, kalau kau tak peduli pada komentar orang. Sungguh, semua itu tak masalah. Kalau misalkan, kau tak peduli pada hukum, agama, dan norma-norma yang berlaku, lakukan saja. Terima konsekuensinya.
Aku masih peduli soal itu. Jadi mungkin yang kulakukan hanya mendekati batasan yang ada. Ketika aku sampai pada garis batas, maka cukup. Berhenti. Lagipula, aku cukup tahu sampai dimana kemampuanku. Aku tahu dimana batasanku. Aku tahu apa yang boleh dan tidak boleh kulakukan.
Orang-orang bermulut pemanis buatan sering bilang, "Cintaku padamu tak terbatas."
Omong kosong.
Aku benar-benar tahu batasanku dalam melakukan sesuatu. Aku tahu dimana batasku untuk melakukan itu. Aku tahu sampai sebatas apa aku bisa menyukaimu.
Mungkin kita di jalur yang sama, tapi kita tak pernah berjalan beriringan. Kamu selalu di depanku. Dan posisi di sampingmu lah batasanku. Mungkin aku terlalu menyukaimu, dan ingin selalu menyukaimu, sampai aku tak pernah mau berusaha mencapai batas itu.
Mungkin kita di jalur yang berbeda, dan tak di posisi yang sama pula. Kamu memang selalu di depanku. Jarak di kedua jalur kita lah batasanku. Aku tak mungkin menembus batas itu, kan? Maka cukup aku sampai pada batasan ini. Tapi aku tak berhenti. Sudah kubilang, kan, kalau aku tak mau berhenti menyukaimu?
Tapi serius, aku tahu batasanku. Aku tahu sampai sebatas apa aku menyukaimu.
Dan ketika orang lain melampaui batasku, ketika orang lain bisa berjalan di sisimu, maka, "Yaudah, terima aja."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Emosi & Puisi
PoetryKumpulan kata-kata yang disusun saat gabut, saat imajinasi dan realita melebur menjadi satu. Isinya rindu, cemburu, dan berbagai emosi yang coba diutarakan lewat puisi. 1-9 berhubungan. 10 sampai entah berapa mungkin tersusun acak dan gak berhubunga...