Ada sesuatu yang terus hidup di dadaku
Ia tak pernah mati, di situ
Merangkak naik ke permukaan
Dari jurang-jurang terdalam kekecewaanMengikhlaskan boleh jadi sebuah pilihan
Keputusan yang ternyata sulit dilaksanakan
Seperti cinta--sesuatu yang sulit kudefinisikan
Dan harus kurelakan terpendam bersama anganAku tak mau tahu kamu di mana dan seperti apa
Yang penting satu, semoga kamu baik saja
Aku di sini, bersama memori yang tak sanggup mati
Juga rasa, yang masih hidup hingga hari ini***
Ada yang masih saja bertahan, meski sudah berkali-kali dikecewakan.
Ada yang masih senang mengenang meski sepenuhnya tau, kalau dirinya sudah dilupakan.
Ada yang masih suka berangan-angan meski sepenuhnya tau, kalau dirinya bukanlah yang diharapkan.
Ada yang masih sering merindu, meski sepenuhnya tau, kalau dirinya tak pernah jadi yang dirindukan.
Ada yang seperti itu;
Aku.
***
Setelah berhari-hari terlewati--tanpamu di pandanganku,
Setelah sekian waktu terlalui--bersama rindu,
Setelah banyak sekali hal terjadi,
Akhirnya,
Aku memutuskan untuk mengikhlaskan segala hal tentang kamu.
Waktu membawamu pergi, perlahan.
Waktu menyapu rinduku, perlahan.
Waktu memberiku ilusi, tentang betapa mudah seharusnya aku mengikhlaskan segala hal tentangmu, merelakan kisah kita tak selesai--yang mana sebenarnya tak pernah ada.
Ilusi.
Fatamorgana.
Sulit.
Aku gagal lagi, untuk yang kesekian kalinya.
Dan lagi, segala yang pernah terasa, semua kata yang pernah mengudara, maupun yang tak sempat bersuara,
Sekali lagi, harus kupendam bersama harapan, doa, serta angan-angan yang sering ku ciptakan.
***
Biarlah.
Biarlah aku di sini.
Menikmati rindu. Mengeja namamu di pikiranku. Membayangkan sosokmu di benakku.
Membiarkan berbagai tanya muncul seperti biasanya,
Juga merapal doa yang selalu terselip namamu di dalamnya;
Dimanapun kamu,
Semoga kamu baik-baik saja.
Dan bahagia ...
.
.
.
Dariku,
Di sini, bersama memori yang tak sanggup mati,
Juga rasa, yang masih hidup hingga hari ini.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Emosi & Puisi
PoetryKumpulan kata-kata yang disusun saat gabut, saat imajinasi dan realita melebur menjadi satu. Isinya rindu, cemburu, dan berbagai emosi yang coba diutarakan lewat puisi. 1-9 berhubungan. 10 sampai entah berapa mungkin tersusun acak dan gak berhubunga...