1. Ilham

383 21 0
                                    

Pergi

Malam ini kembali terjadi hal yang menggelikan bagiku.
Bukan karena tugas yang tiba-tiba diberikan oleh guru, namun Rifa kembali datang dan menginap di rumahku untuk curhat mengenai pacarnya yang tiba-tiba berubah karena tidak peduli. Ia adalah sahabat karibku selama ini, bahkan tak jarang kami dianggap saudara kembar karena selalu bersama, dan seperti kebiasaan kami akan berangkat bersama ke sekolah bersama.

Kebetulan besok akan ada acara pentas kesenian yang diadakan oleh kakak kelasku dan aku sangat antusias untuk ikut. Sekolahku juga merupakan sekolah yang termasuk sekolah unggul, namun banyak keadaan aneh yang menakutkan. Kejadian yang terjadi terakhir kali yaitu adanya darah yang muncul dari lantai. Katanya itu adalah darah siswa yang menyayat urat nadinya karena ia stress menghadapi kehidupannya di sekolah yang berat. Bayangkan saja, kami diwajibkan untuk ikut serta dalam seluruh kegiatan yang ada di sekolah, sore hari selepas pulang sekolah kami harus mengikuti les untuk memperdalam ilmu yang kami dapatkan di sekolah. Maka, tak heran banyak anak-anak yang tak kuathingga harus jeluar dari sekolah bahkan bunuh diri seperti perempuan itu.

Bagiku, cerita itu hanya sebuah mitos. Buktinya, aku tak pernah melihat kejadian itu secara langsung, melainkan hamya mendengar kisahnya dari teman atau kakak kelasku

Namun akhirnya aku memercayai itu.

Esoknya, Aku dan Rifa pergi menuju Sekolah untuk menonton pentas kesenian. Kebetulan acara itu diadakan malam hari setelah les sehingga kami langsung berangkat. Kami bertemu dengan teman-teman dan menikmati acara hingga Rifa izin pergi sebentar untuk ke toilet. Akhirnya aku sendirian hingga akhir acara. Ketika di ujung acara aku baru sadar bahwa Rifa belum juga kembali dari toilet. Ketika kubuka, aku terkaget dan ketakutan.

Rifa terduduk di lantai toilet yang berlumuran darah. Di hadapannya ada seorang perempuan yang pucat dan rambut yang terurai panjang.

“Nina, bilang papa sama mama ku ya! Aku mau pergi sama kakak ke tempat yang damai dan ga akan kembali,” Bisiknya lirih

“Makasih ya nin udah mau jadi teman aku! Saatnya aku pergi dari dunia yang penuh dengan ambisi ini.” Bisiknya yang justru membuatku menangis.

Ia akhirnya pergi karena tak kuat lagi untuk berlari menuju ambisi yang ia tak ketahui.

WID MISTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang