Perbincangan Tak Terduga

804 137 10
                                    




Semenjak kepulangannya dari Cafe Mabel kemarin, Naresh tidak bisa menghilangkan bayangan Swari dari pikirannya. Bukan karena Swari cantik atau apa, ya emang sih kalo di pikir-pikir lagi Swari memang cantik walaupun kalau lagi diam mukanya bisa terlihat jutek, tapi siapa lah Naresh yang bisa men-judge orang cuma karena tampang juteknya. Berasa muka gue sudah benar aja, pikir Naresh melalang buana. Dia pun terkenal bertampang angkuh kalau sedang diam, padahal mah itu bawaan dari lahir saja dan karena ia tidak tau bagaimana memulai pembicaraan dengan orang baru, jadilah hal itu memperparah asumsi orang tentang mukanya.

Oke balik lagi dengan subjek bernama Swari ini. Naresh merasa ia mengenal Swari tapi siapa dan di mana itu misteri yang sedang dia pecahkan. Dia memang gampang lupa dengan orang apalagi kalau jarang ketemu. Temen SMA kayanya bukan, apalagi temen SMP atau pun SD dia tidak ingat punya teman bernama Swari. Atau memang ada tapi dianya saja yang lupa. Arrrgghh tau lah ntar juga inget sendiri!!, omelnya pada diri sendiri.

"Mas Naresh." Naresh mendengar dirinya di panggil Bi Sumi.

"Iya bi, kenapa?"

Bi Sumi terlihat ragu, ia juga terlihat menggenggam sebuah pakaian di tangannya. "Mmm itu, aduh gimana ya ngomongnya."

"Ngomong aja bi, ada apa?" Tanya Naresh sambil tersenyum, pembantunya ini memang sudah lama bekerja bersama keluarga besarnya. Bahkan Naresh ingat ketika kecil, Bi Sumi lah yang selalu mengurus dirinya apalagi ketika Papa dan Mamanya sibuk bekerja.

"Bi Sumi mau minta maaf ya mas, enggak sengaja Bi Sumi ngelunturin jaket Mas Naresh. Padahal kayanya jaketnya masih baru deh Mas. Soalnya bibi baru lihat." Ucap Bi Sumi Pelan.

"Mana coba aku lihat." Tak lama Naresh pun mengamati jaket yang di berikan kepadanya. Naresh mengerutkan dahi, mencoba mengingat kapan ia membeli jaket itu. Rasanya gue beli nih jaket beberapa bulan yang lalu pas.... Baru saja ia mencoba mengingat di mana ia membeli jaket itu, ketika Bi Sumi memotong ingatannya dengan mengajukan permohonan maaf lagi.

"Maafin ya mas, Bibi teledor, kalo Mas Naresh mau potong gaji bibi aja gapapa kok."

"Apaan sih bi berlebihan deh, cuma karena jaket doang. Lagian aku kan masih banyak jaket udah gapapa. Bi Sumi jangan ngerasa bersalah gitu dong."

"Tetep aja Bi Sumi gak enak sama Mas Naresh."

"Kalau Bi Sumi gak enak kaya gini malah aku kesel loh. Serius ini bukan jaket kesayangan aku juga udah santai ya. Mending Bi Sumi masak apa kek gitu buat aku sekalian buat Bi Sumi juga, sebelum balik ke rumah mama." Ucap Naresh sambil mendorong Bi Sumi ke arah dapur.

Saat itu lah ingatan Naresh pulih. Dia ingat jaket itu dia beli 2 bulan lalu saat sedang di kejar-kejar di mall dan di tolong cewek yang bernama Maheswari. Benar Maheswari dan cewek itu adalah cewek yang sama denga cewek bernama Swari yang ada di Cafe Mabel kemarin, ingat Naresh. Pantas saja ia merasa mengenal Swari. Gila pikun bener gue, udah di tolong ngelupain si penolongnya pula gila gila...

Naresh pun memutuskan untuk meminta maaf. Lalu ia juga teringat ia mempunyai nomer cewek itu. Naresh pun meraih ponsel nya dan berusaha mengetikkan beberapa rangkai kata.


000


Baru saja Swari selesai meeting dengan orang-orang penerbitan. Orang-orang tersebut ingin agar novel Swari bisa di adaptasi menjadi sebuah film. Namun sayangnya, Swari enggan mengadaptasi kisah nya menjadi hidup di dalam kaca layar lebar. Dia tidak ingin pembaca setianya kehilangan imajinasi mereka, menurut Swari setiap orang mempunyai kemampuan interpretasi yang berbeda-beda. Hal ini lah yang menjadi bahan pertimbangan Swari, ia takut intrepertasi sang direktor akan berbeda dan berujung membuat kecewa pembaca setianya. 

In Circle (The 1994 Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang