Awal dari segala huru hara

1.4K 165 3
                                    


"Iya Mbak Bel, aku tahu besok aku flight pagi." Swari-begitulah semua orang yang dekat pada Maheswari menyingkat namanya-ia menghela napas sambil memandang jalan raya di balik kaca dihadapanya.

[Kalau kamu tahu jangan pulang pagi, aku gak mau ya harus ngurus tiket pesawat mu lagi kalo sampai ketinggalan. Jam 11 malam paling telat kamu udah harus pulang.] Ucap Mbak Bel lewat telepon genggam yang ia tempelkan ke telinga kanan nya.

Really, as much as I love her, sometimes her nag could be worse than my mom. "Iyaaa, gak bakal ketinggalan. Janji. Okeee.Bentar lagi aku pulang. Byee Mbak Bel, love you. Muuaach." Swari menutup sambungan telepon secara sepihak, tidak peduli kalau nantinya, Mbak Bel-kakak perempuan satu-satunya yang ia punyai itu akan memborbardir tentang tata krama bertelepon.

Setelah melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 8 malam, tiba-tiba Swari yang melihat pantulan seseorang tergesa-gesa berlari ke arahnya. Dia membalikkan tubuh secara refleks ke arah orang itu. Perlahan sosok itu semakin terlihat jelas, matanya terbelalak menyadari Naresh salah satu personil The 1994 muncul dihadapannya. Keterpanaan Swari segera berakhir ketika dia menyadari jauh di belakang Naresh ada beberapa cewek abg mengejar nya. Saat itu lah Swari sadar Naresh butuh tempat bersembunyi.

Tanpa pikir panjang ditariknya tangan Naresh agar berdiri di sebelah nya menghadap kaca besar di belakang Swari. Lalu dia melepaskan jaket yang sedang ia pakai dengan sigap, dan diberikan kepada Naresh yang tampak linglung,"Ini buruan pake, agak kekecilan sih sama lo tapi daripada gak ada..." Setelah Naresh menerima jaket pemberian Swari, ia langsung melepaskan topi di kepalanya dan buru-buru di pakaikan ke kepala Naresh dengan susah payah-tidak heran mengingat tinggi Naresh yang hampir melebihi 180cm dan sedang mengenakan jaket, serta Swari yang hanya 168cm. Swari juga mengubrak-abrik isi tasnya mencari kacamata minus yang ia simpan di dalam tas, setelah ketemu dia menyodorkan kacamata itu ke Naresh yang terlihat ragu, namun memakainya juga.

Tidak beberapa lama kerumunan cewek abg yang mengejar Naresh sampai di belakang mereka. Ada sekitar 10 orang yang terlihat sibuk celingak-celinguk mencari Naresh. Salah satu cewek berambut panjang menghampiri dan berdiri tepat di belakang Naresh mencoba melihat muka pria yang menghadap kaca itu agar lebih jelas. Swari pun dengan cepat mencoba menarik perhatian cewek berambut panjang itu, "Cari siapa ya mbak?" Tanya nya sambil tersenyum.

Cewek berambut panjang itu berhenti berusaha melihat muka Naresh dan menjawab pertanyaan Swari, "Eerrgh itu lihat Naresh personil The 1994 gak?"

"Oh tadi sih kayanya ada yang pake kaos putih polos kan ya? Dia sempet lari kesini tapi terus udah pergi lagi ke arah pintu keluar, tuh yang di kanan sana." Swari menunjuk pintu keluar tak jauh dari arah kanan nya.

Awalnya perempuan itu tampak ragu, namun setelah melihat tampang Swari yang memang seperti tidak tahu apa-apa, akhirnya dia menggumamkan kata terima kasih dan langsung lari memanggil teman-teman segerombolannya untuk mencari Naresh ke arah yang di tunjuk Swari tadi.

Setelah yakin situasi aman Swari membalikkan badan ke arah pria di sebelahnya. "Udah pada pergi tuh."

Naresh masih diam saja beberapa detik sampai akhirnya dia mengedarkan pandangannya ke arah pintu keluar, yakin situasi sudah aman terkendali, dia menatap Swari lagi masih dengan mulut diam dan tatapan datar.

Bingung dengan sikap Naresh yang seperti patung, Swari pun hanya menatap pria itu penuh kebingungan, gila ya nih cowok udah di tolongin malah diam aja bilang makasih kek apa kek bikin awkward aja! Akhirnya Swari menyerah dan memutuskan untuk bicara lagi, "Biasanya sih ya orang kalo udah di tolongin itu bilang makasih." Tidak lupa Swari menggunakan nada sarkastik.

In Circle (The 1994 Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang