The Tour

620 108 10
                                    




"Naresh!...Naresh!...Arrgghhh ganteng bangeeet!"

"Jay!...Nengok sini pliisss!!"

"Oh my God...Januar kedip ke guee!!"

"Kar..se..no!! Kar..se..no!! Kar..se..no!!"

"Love you The 1994!!!!"

Kira-kira begitu lah bisingnya teriakkan kerumunan penonton di hadapan Naresh saat itu. Ia masih ingat dahulu kala, ia dan teman-teman bandnya hanya bisa tampil di acara-acara sekolah dengan penonton paling banyak sekitar 40-50 orang. Namun, lihat lah kini di tour ke-2 yang mereka selenggarakan di seluruh kota besar di Indonesia, mereka sudah tidak bisa menggunakan aula berkapasitas minim. Tingginya antusiasme penggemar mereka yang bernama, 94Liners, membuat mereka membutuhkan lapangan luas atau aula dengan kapasitas penonton minimal 8000 orang. Seluruh tiket konser mereka di kota-kota besar tersebut di konser kali ini ludes terjual dalam hitungan menit. Untuk band yang baru debuted 2 tahun lalu, tentu saja ini menjadi suatu pencapaian yang mengagumkan. Karena itu lah Naresh dan bandnya benar-benar bersemangat menjalani tour kali ini.

Memang awalnya, masyarakat Indonesia sempat skeptis dengan kemampuan mereka. Ditambah dengan latar belakang keluarga masing-masing personil yang berasal dari keluarga berpengaruh di Indonesia, masyarakat yakin mereka hanya punya modal tampang ganteng dan songkongan koneksi dari keluarga mereka. Namun akhirnya, kemampuan musikalitas mereka pun di akui, apalagi mereka memang selalu menciptakan karya-karya mereka sendiri tanpa bantuan musisi lain.

Konser hari itu sudah hampir menuju lagu terakhir, saat Jay mulai bercakap-cakap dengan penonton konser.

"Gimana konsernya? Suka gak?" Seru Jay, Sebagai vokalis Jay memang dituntut untuk pandai berkomunikasi dengan penonton. Berbeda dengan, Naresh, dan Januar yang memang tidak terlalu banyak bicara saat di atas panggung. Sedangkan Seno karena kepribadiannya yang playful, biasanya saat ada selingan waktu antara satu lagu dengan lagu yang lainnya, ia akan lebih sering membantu Jay untuk berkomunikasi dengan penonton. Walau sayangnya saat ini, sepertinya pertengkaran Seno dengan mantan pacarnya, sedikit banyak membuat Seno jadi lebih diam.

"SUKAAAAA!!!" Sahut seluruh penonton kompak.

"Sayangnya habis ini adalah lagu terakhir dari rangkaian konser hari ini." Tidak lupa Jay menampilkan wajah sok sendu di akhir ucapannya.

Saat itu lah seluruh penonton berteriak menunjukkan kekecewaan mereka karena tidak ingin konser berakhir. Naresh yang melihat respons seperti itu lantas bertukar tersenyum bahagia dengan Januar yang ada di sebelah kirinya. Bagaimana tidak, itu artinya mereka berhasil membuat seluruh penonton menikmati konser mereka.

Jay mengambil alih perhatian penonton lagi, "Iya kami juga sedih tapi mau gimana lagi kan, dari pada di usir polisi secara paksa." Seloroh Jay. "Nar kasih pesan-pesan perpisahan dong."

"AAAAHHH GAK MAU PISAAAAH!!" Teriak penonton.

Naresh pun menunggu teriakkan penonton reda sebelum berbicara. "Makasih karena udah mau dateng. Gue harap 94Liners puas sama konser hari ini. See you next time." Tidak lupa Naresh melempar pick gitar yang ia gunakkan ke pononton sebagai hadiah. Sebelum ia mengambik pick gitar lainnya dari kantong celananya.

Januar yang sibuk berdada-dada dengan penonton di depannya, turut mengucapkkan salam perpisahan juga. "Nanti pas kalian keluar venue tolong hati-hati dan jangan dorong-dorongan ya, karena gue gak mau kalian terluka. Dan janji jangan lupa buat beli album terbaru kami yaaa!"

"Wooaahh, as expected from our beloved salesman hahaha. Tapi benar kata Januar tolong hati-hati ya saat pulang, biar kita bisa ketemu lagi di konser selanjutnya." Seno mengedipkan mata dari balik drum nya ke pada seluruh penonton. Ya Seno sadar walaupun moodnya sedang jelek, tetap saja ia harus profesional, dia tidak boleh mengecewakkan fansnya yang sudah bersusah payah hadir untuk menyaksikan mereka.

In Circle (The 1994 Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang