Compromise for Two

550 95 1
                                    





Swari mencuci seluruh kentang yang sudah di potong-potong oleh salah satu chef di Cafe Mabel. Tangannya bekerja dengan seksama, namun pikirannya tidak terfokus pada kentang-kentang di tangannya.

Seseorang menyikut-nyikut lengan Swari, "Mbak Swari di panggil Mbak Bel tuh."

Swari bingung ia tidak merasa Mbak Bel memanggilnya, namun salah satu pegawai di bagian dapur yang juga sedang mencuci sayuran di sebelah Swari menunjuk ke arah pintu. Dan di sana lah ia melihat Mbak Bel berdiri menunggu dirinya.

"Tinggalin aja, nanti saya yang cuci Mbak kentangnya."

"Makasih ya."

Swari berjalan menghampiri Mbak Bel sambil memeperkan tangan basahnya ke celemek yang ia kenakan.

"Kenapa Mbak?"

"Aku manggilin tau dari tadi."

"Iya kenapa?"

"Ayo ke kantor aku dulu kita ngomong di sana."


000


Swari baru saja duduk di bangku tepat di hadapan meja kerja Mbak Bel ketika Mbak Bel menyodorkan sebuah map.

"Apaan nih Mbak?"

Bukannya menjawab, Mbak Bel malah menjawab pertanyaan Swari dengan pertanyaan lain yang Swari rasa tidak ada sangkut-pautnya dengan map di hadapannya itu.

"Kamu tuh kenapa sama Naresh? Berantem lagi?"

Swari mengernyit, "Kok?"

Mbak Bel menghela napas, "Kemarin Naresh ke rumah aku, nitipin map ini katanya punya kamu, penting. Pas Mbak tanya kenapa gak ngasih langsung dia bilang kamu lagi susah ditemuin. Ada apa sih De?"

Swari tak langsung menjawab, dia malah mengecek isi map tersebut yang ternyata surat perjanjian antara dirinya dan penerbit bukunya. Beberapa hari sebelum dia dan Naresh bertengkar, Swari memang baru saja memperbaharui kontrak kerjanya, dan Swari baru sadar berkas itu tebawa Naresh yang menjemputnya kala itu.

Mbak Bel yang tahu adiknya perlu waktu, akhirnya hanya duduk di hadapan adiknya itu tanpa berkata apa-apa. Swari yang juga tahu persis Mbak Bel akan menantinya dengan sabar hingga mulutnya mau berkata jujur akhirnya menyenderkan badan ke sandaran kursi dan mulai menumpahkan apa yang terjadi antara dirinya dan Naresh.

"...Jujur Mbak aku sekarang ragu apa aku bisa tahan pacaran sama Naresh, aku tahu dia sayang sama aku, karena ya berasa lah ya Mbak kalo kita disayang sama orang tuh. Cuma cara Naresh nunjukin rasa sayangnya itu..bikin aku ngerasa terkekang Mbak. Dan Mbak Bel tahu aku bukan tipe orang yang bisa dikekang."

Swari memang mandiri dan sejak kecil hanya segelintir orang saja yang bisa mengatur hidup Swari, seperti Mbak Bel dan Oma mereka. Jadi Mbak Bel yang sudah beberapa kali melihat sendiri bagaimana Naresh bisa gampang khawatir dan cenderung posesif terhadap Swari, tentu tahu cepat atau lambat akan membuat Swari terganggu. Dan ternyata dugaan Mbak Bel itu tepat.

"Kamu udah ngomong sama dia?"

"Udah Mbak sampe berbusa, tapi Naresh tuh batu. Yang ada kita malah selalu berantem, dan aku males berantem makanya selama ini aku iya in aja apa maunya dia. Cuma yang terakhir itu aku gak nyangka ternyata Naresh malah nuduh aku yang macem-macem."

"Kamu ngomongnya setiap lagi ada masalah aja atau kalo lagi adem-ayem kamu coba bicarain uneg-uneg kamu?"

"Ya kalo dia mulai bertingkah lah Mbak, masa adem-ayem aku pancing."

"Nah itu pantes aja."

Lalu Mbak Bel berbicara lagi, "Aku gak tahu ya metode ini akan berhasil apa enggak sama kamu, tapi Ri gak ada salahnya kamu keluarin uneg-uneg kamu saat kalian lagi dalam mood yang baik. Ya tentu aja kata-kata yang kamu gunakan jangan sampai menyinggung, ajak aja bicara dengan santai tapi tekankan ke dia kalau kamu sedang serius butuh dia benar-benar rmendengarkan kamu. Kalau kamu ngeluarin uneg-uneg kamu hanya disetiap kalian bertengkar aku gak heran salah satu dari kalian malah akan batu. Karena kalian berdua lagi emosi. Dan orang emosi itu susah diajak ngerti."

In Circle (The 1994 Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang