Swari tidak pernah membayangkan apa yang akan terjadi ketika dirinya menyandang nama Hutama di belakang namanya. Yang ia tahu, ketika nama itu terpatri di belakang namanya, itu berarti ia akan menghabiskan sepanjang sisa hidupnya bersama Naresh seorang dan tak ada yang lain. Its not a bad idea when she knows, she couldn't seize the day without hearing Naresh's annoying voice. Tapi setelah hari dimana Naresh mengucapkan janji untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama Swari di hadapan penghulu, kerabat, dan sahabat-sahabat mereka, Swari tahu hidupnya kini telah benar-benar berubah.Kalau kalian membayangkan pernikahan penuh romantisme dan kesempurnaan mungkin kalian akan kecewa mendengar kisah Swari dan Naresh. Karena Swari dan Naresh tahu pernikahan mereka sama seperti pernikahan lainnya, tidak ada yang special. Mereka belajar berbagi space, kompromi, hingga meributkan hal-hal kecil lainnya seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Semenjak menikah pula Swari akan selalu memulai harinya dengan memandangi wajah pulas Naresh yang terlihat begitu damai. Puas memandangi wajah--yang sangat tidak manusiawi dan membuat Swari menggerutu kenapa nih cowok bisa terlihat tetap menarik bahkan dengan muka bangun tidur seadanya begitu--Swari akan bangun dan mulai membuat sarapan untuk mereka berdua.
"Nar banguuun." Jangan kira Swari akan membangunkan suaminya dengan kecupan hangat dan panggilan sayang, yang ada Swari malah mengguncang-guncangkan badan Naresh dengan ganas sampai cowok itu terganggu dan membuka mata.
"Duuh Mahe sayang gak bisa apa banguninnya pake cium gitu."
"Cih kamu aja kebo penuh iler lagi jadi jangan harap. Ayo bangun sarapan dulu. Kamu nanti ada acara musik loh."
Nares mengucek-ngucek matanya sejenak lalu memperhatikan penampilan Swari yang selalu sama setiap paginya. Muka jutek--kesal karena sulit membangunkan Naresh--apron pink yang begitu menggemaskan, dan sandal rumah berbentuk 'teddy bear'. Gak ada seksi-seksinya sama sekali deh buat ukuran pengantin baru. Tapi tetap saja di mata Naresh, Swari saat itu terlihat seperti goddesh. Naresh merentangkan kedua tangannya. "Morning hug aku manaaa." Ucap Naresh begitu manja.
Swari sampai harus menahan diri untuk tidak muntah di tempat. "Udah deh ayo buruan makan aku laper, keburu dingin." Dan bukannya memberikan pelukan yang Naresh harapkan, Swari malah dengan tega membuka selimut yang menutupi tubuh Naresh dan mulai merapikan kasur.
Naresh pun cuma bisa geleng-geleng maklum. Ia bangkit dan mulai berjalan ke arah meja makan seperti perintah istri kesayangannya. Tubuh menjauh Naresh membuat Swari tersenyum lembut. Ia menghentikan kegiatan merapikan kasur mereka dan mulai berjalan mengikuti Naresh. Tahu-tahu Swari sudah memeluk punggung Naresh dari belakang. Sembari mendorong tubuh Naresh agar berjalan lebih cepat. "Lelet deh. Buruan ah jalannya." Dan Naresh hanya bisa tersenyum lebar, sambil memeluk kedua lengan Swari yang melingkari perutnya. What a perfect morning that he had.
000
"Nar kita tuh gak butuh es krim sebanyak itu. Kamu pikir kita mau bikin toko kelontong." Emang paling salah belanja bulanan bareng Naresh. Daftar yang sudah Swari bikin dengan rapih, jadi berasa gak berguna.
"Tapi Mahe nanti kalau Seno, Jay, sama Januar main gimana."
"Suruh aja beli sendiri."
"Tega kamu."
Swari mengambil 4 dari sepuluh 10 kotak es krim walls berukuran besar yang Naresh ambil dan mengembalikannya ke freezer supermarket tempat mereka belanja. "Udah aku yakin 4 kotak cukup buat kamu, aku, bocah-bocah itu, bahkan Mama sama Papa di ajak makan es krim malem ini juga cukup."
Naresh memajukan mulutnya tanda ia mengajukan aksi ngambek. Swari menghela napas sejenak dan menghampiri Naresh dengan senyum manis yang begitu di buat-buat, "Naresh ku sayang, lagian makan es krim kebanyakan tuh gak baik, nanti kamu obesitas gendut bisa gak ganteng plus seksi lagi loooh."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Circle (The 1994 Series)
Literatura Feminina[COMPLETED, 18 Juni 2017] Dia tahu dia harus pergi. Dia tahu ini tidak benar. Dan dia tahu ketidakpastian itu memerangkap, Seperti hidup di dalam lingkaran tak kasat mata yang tahu dimana letak pintu keluar itu berada, namun tidak tahu apakah harus...