Chapter 22

2.3K 188 9
                                    

Author POV's

Selama perjalan menuju tempat pemotretan, Jimin hanya bisa gelisah. "ya, gwaenchana?" tanya Jungkook yang duduk disebelah Jimin. Jimin langsung menoleh kearah Jungkook lalu ia menggelengkan kepalanya. "jam berapa kita selesai pemotretan?" tanya Jimin. "mungkin sore, apa kau punya jadwal yang lain?" lanjut Namjoon. "aku hanya ada sedikit urusan nanti" jawab Jimin.

Setelah beberapa puluh menit, akhirnya mereka sampai ditempat pemotretan tersebut. Para member mulai memasuki gedung tersebut, dan mulai sibuk dengan diri mereka masing-masing.

Setelah semua siap para member mulai memasuki ruang studio. "baik, pertama pemotretan secara individu, mulai dari Seokjin" ucap sang fotografer. selagi emunggu member lain duduk di sofa yang telah tersedia.

Namjoon dan Yoongi, beristirahat sejenak, Taehyung dan Jungkook sibuk dengan game diponsel mereka, Hoseok hanya berdiam diri sambil melihat Jimin yang tidak banyak omong dari tadi.

Lalu Hoseok mencoba mendekati Jimin. "Jimin-ah" Hoseok duduk di sebelah Jimin. "ne hyung?" tanya Jimin. "masih memikirkan masalah kemarin?" tanya Hoseok kembali. Jimin tidak menjawabnya.

"ternyata bukan masalah yang kemarin saja hyung, ada masalah yang lebih serius ketimbang yang kemarin" jelas Jimin. "apa masalahnya masih menyangkut tentang Ahri?" tanya Hoseok. Jimin hanya mengangguk kecil. "masalah apa?" tanya Hoseok. 

Belum sempat Jimin menceritakannya Taehyung dan Jungkook datang kearah mereka. "apa kalian hanya ingin cerita berdua saja dan tidak memberitahu kami?" sahut Taehyung sambil merangkul Jimin. "Aniyo kami tidak sedang bercerita" ucap Jimin sambil terseyum. "ahh~ jinjja?" goda Jungkook.

"kurasa ia sedang membicarakan seorang wanita hyung" Lanjut Jungkook sambil melihat kearah Taehyung. "Woah, Jimin-ah sebaiknya lekas kau kenalkan kepada kami siapa wanita itu" Goda Taehyung. "ya, ani, aku tidak sedang menyukai wanita" sanggah Jimin.

"ah ku kira sedang ada wanita yang kau sukai" Jungkook berbicara dengan nada sedikit kecewa. "baiklah kalau begitu, aku ingin lanjut bermain game" sambung Taehyung.

.

Setelah pemotretan dan makan Jimin pun langsung berpamitan terlebih dahulu, karena ia berkata ia mempunyai jadwal yang lain, sebenarnya ia pergi untuk menemui Ahri. Jimin pergi kerumah sakit sendirian.

.

Jimin POV's

aku berlari memasuki rumah sakit, aku hanya memikirkan tentang Ahri sedaritadi, aku takut sesuatu terjadi dengannya. ketika aku sampai didepan pintu ruang inapnya. Aku mendengar suara kegaduhan dari dalam ruangan tersebut "Ya! Kau tak perlu peduli lagi denganku!" Aku yakin suara tersebut adalah suara Ahri. "apa yang kau bicarakan nak?" tanya suara seorang yeoja. aku berasumsi bahwa itu adalah eommanya.

"tidak usah panggil aku dengan embel-embel nak, karena aku bukanlah anakmu!" Teriak Ahri. aku sangat ingin masuk kedalam, tapi aku tak ingin ikut campur dengan masalah Ahri saat ini. "aku tidak inginbertemu dengan siapapun sekarang, tolong pergilah dan tinggalkan aku sendiri" ucap Ahri sambil merendahkan suaranya.

Tanpa ada balasan eommanya keluar dari kamar tersebut. ia melihatku sedikit terkejut. aku hanya membalasnya dengan senyuman. "apa kau datang untuk menjenguk Ahri?" tanya eomma Ahri.

"iya, aku datang kesini untuk menjenguknya" jawabku. "tolong bujuk dia untuk makan". "ne akan aku coba" lalu aku tersenyum dan membuka pintu ruangan Ahri.

"Ahri?" aku masuk ke ruang inap tersebut, dan melihat Ahri yang sedang duduk di pinggiran ranjangnya. ia meoleh kearahku lalu mengabaikanku. "untuk apa kau datang?" tanya Ahri tapa melihat kearahku.

"aku ingin memenuhi janjiku" jawabku. "percuma jika kau hanya bisa mendengarkan ceritaku"jawab Ahri dengan ketusnya. "aku akan membantuku sebisaku" aku duduk disebelahnya, lalu ia menoleh kepada ku.

"sebaiknya sekarang kau makan, eommamu bilang kau belum makan" aku mengambil makanannya yang sudah tersedia di meja sebelah ranjangnya. "perlu kusuapkan?" tanya ku.

"sudah ku bilang aku tak mau makan!" Ahri mengambil piring dari tanganku dan membuang makanan tersebut sejauh mungkin. aku sedikit terkejut dengan sikapnya sekarang. ini semua juga salahku. "Ahri?" aku memegang tangannya dan menatap matanya.

"semua salahku, jadi tolong maafkan aku" ucapku dengan sangat menyesal. Aku menatap matanya, ia menatapku dengan tatapan aneh.

"Apapun yang terjadi, tidak ada masalahnya denganmu. Jadi lebih baik kau pergi"ia masih menatapku dengan tatapan itu.

Aku masih termenung, mengaku atau tidak. Aku tidak tahu jika akan seperti ini. Aku menundukkan kepalaku sejenak. "Bila kau tak ingin pergi aku yang pergi" ucap Ahri sambil mencopot infusnya dengan paksa.

"Apa yang kau lakukan! Kau bisa melukai dirimu" aku menarik tangannya, aku melihat tangannya. "Kau lihatkan? Karna kau menariknya jadi seperti ini" aku langsung mengambil beberapa lembar tisu lalu menempelkan dipunggung tangannya.

Aku berniat memanggil suster agar bisa diobati, tapi ketika aku berada di ambang pintu Ahri memanggil ku dan berkata "hatiku sudah luka, jadi apapun yang terjadi pada diriku aku tidak bisa merasakannya"

Aku langsung berlari kearahnya dan memeluknya erat, ia menangis tanpa ada suara sedikitpun. Apa sesakit itu?

"Aku mohon jangan ada seseorang yang menyakitiku lagi" Ahri mulai memelukku.

"Jeongmal mianhae, bunny"

-tbc

Makasih yaa yang udah comment dan vote💕💕 banyakin commentnya kalo bisa 😂😂😂

New Manager (Dalam Perbaikan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang